12. PIRUS

1K 69 24
                                    

"Halo! Enggak usah basa-basi. Aku ingin bertemu denganmu sekarang juga."

" ...."

"Aku tidak mau tau. Pokoknya sekarang juga kita harus ketemu."

"...."

"Enggak usah sok enggak tau. Dengerin! Kalo sampai dia terluka, kamu akan tau akibatnya. Pejamkan itu!"

Bippp...

###

BRUKKK

Pintu toilet terbanting dengan kerasnya. Menampilkan sosok seorang pemuda.

Perempuan misterius itu merasa terancam. Ia mengeluarkan pisau dari saku celananya dan mendekatkannya pada leher Keisya. "Jangan mendekat! Kalau tidak gadis ini akan mati."

Pemuda itu diam. Tak berani mengambil kesimpulan dengan gegabah. Sementara Keisya seakan tak berani bernafas melihat pisau yang ada di lehernya..

Perempuan itu berjalan perlahan mendekati pintu. "Ini belum saatnya kau mati," lirihnya dekat telinga Keisya. Kemudian perempuan itu melepas Keisya dan berlari secepat-cepatnya.

Pemuda itu hendak mengejarnya. Namun ia lebih memilih membantu Keisya. "Kamu tidak kenapa-kenapa?"

Keisya hanya menggeleng. Penampilannya sangat kacau sekarang.

Drttttt drtttt..

Ponselnya bergetar. Dia langsung mengangkatnya.

"Ha-halo Fer?" ujar Keisya masih shock.

"Kei! Kamu ke Rumah Sakit sekarang! Akash ...."

"Akash? Akash kenapa?" Keisya kembali seriouse.

"Akash ...."  suara Ferdi melemah. "Akash ditemukan tewas di toilet rumah sakit Kei."

"Apa? Akash--"

"Iya Kei! Aku jelaskan nanti. Kamu cepat ke sini."

"Aku langsung ke sana."

Bipp..

"Ada apa?" tanya pemuda itu setelah lama diam memperhatikan Keisya.

"Aku harus pergi sekarang. Terima kasih kamu telah menyelamatkanku."

Keisya berjalan namun tangannya ditahan oleh pemuda yang sudah dua kali menyelamatkannya itu. "Izinkan aku ikut."

Keisya menatap pemuda itu. "Apa maksudmu?"

"Aku hanya ingin mengetahui kasus itu." Pemuda itu mengeluarkan kartu ID kerjanya. "Kita satu kantor."

Keisya mengangkat sebelah alisnya. "Iya aku sudah tau ... kamu memang seorang jaksa. Tapi bukan pada kasus ini."

Pemuda itu tersenyum tipis. "Aku akan menjadi jaksa pada kasus ini. Kau tunggu saja."

"Apa sekarang kau mengizinkanku untuk ikut?" lanjut pemuda itu.

Karena tak mau menghabiskan waktu, Keisya pun mengiyakan. "Baiklah. Tapi nanti kamu tak perlu ikut campur." Keisya kembali berjalan duluan. "Ow iya satu lagi, kamu bawa mobil?"

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang