34. Pengharapan Yang Tidak Disadari

885 60 15
                                    

Rey berjalan memasuki ruangan tempat kerja timnya. Entah mengapa saat ini ia ingin berada di kantor setelah beberapa hari lalu, semangatnya luntur.

Rey duduk di sopa yang biasa tempat timnya bercengkrama. Ia menautkan bibirnya. Baru sebentar ia mengenal teman-temannya, namun ia merasa begitu dekat dengan mereka. Padahal mereka juga hanya menghabiskan waktu membahas kasus, dengan suasana yang kelewat serius.

Di jam segini, teman-temannya biasa berada di sini, namun sekarang entah kesibukan apa yang mereka jalani. Satu hal yang Rey yakini adalah yang pasti Keisya tidak lagi mengurus kasus Rubiqua.

Sesaat Rey tertunduk menenggelamkan kepalanya.
Aku tidak seharusnya meninggalkan timku hanya karena merasa begitu bersalah atas kematian papa.

Aku sudah memilih jalan ini, aku harus menanggung resikonya. Aku akan melanjutkan kasus ini dan menangkap Rubiqua.

Rey bangun dari sopa, dan berjalan menuju ke ruangan lamanya semasih menjadi jaksa. Kantor masih berpenghuni, sebagian karyawan sudah bersiap-siap untuk pulang.

Sesampainya, Rey membuang tatapannya ke meja Tari yang kosong. Kemana dia? Apa dia sudah pulang? Biasanya jam segini dia sedang menyusun laporannya.

Rey menyempatkan untuk bertemu dengan Tari, gadis pertama yang membuatnya bisa seakrab itu dengan perempuan. Namun bukan berarti Rey jatuh cinta ke padanya, Rey hanya menganggapnya teman dekat.

Ketika Rey kehilangan ayahnya, Tari selalu datang menemaninya. Yah meskipun tidak ada perubahan suasana dalam hatinya. Setidaknya dengan kehadiran Tari, ia bisa tersenyum walau hanya karena terpaksa demi menghargai niat tulus Tari.

Rey mendekati meja Tari, terlihat sedikit berantakan dari biasanya. Laptopnya yang biasa dimasukkannya ke dalam tempatnya, kini dibiarkannya begitu saja di atas mejanya. Beberapa berkas juga masih terbuka, Rey pun merapikan berkas-berkas tersebut.

Kini, tatapan Rey tertuju pada diary mini yang juga terbuka di dekat laptop milik Tari. Rey menutup diary itu tanpa berniat membacanya, karena ia tau itu adalah privasi Tari. Namun ketika Rey melihat cover diary  itu, ia terkejut. Di sana nampak jelas sebuah foto tiga orang gadis muda.

Rey mengeluarkan foto tersebut dari sampul diary. Mata Rey tak dapat terkejap. Keisya dan Tari?

Foto itu sedikit usang, tetapi Rey jelas dapat mengenali dua orang gadis di dalam foto itu. Iya dua orang itu adalah Keisya, dan Tari, dan satu gadis lainnya Rey tidak begitu yakin. Ketiga gadis itu tersenyum dengan lebarnya seolah tak ada beban kehidupan yang ditanggungi.

Rasa penasaran Rey membuat Rey membuka kembali diary itu. Pada lembaran pertama, Rey mengerutkan dahinya kebingungan.

Welcome to my story
↓↓↓
Nasya  Mardenia

Nasya Mardenia? Jadi ini bukan diary milik Tari, ujar Rey dalam diam.

Otak Rey terus berpikir keras. Ia ingat bahwa teman-temannya pernah menceritakan soal Nasya ke padanya.

Nasya sahabat Keisya yang diduga bersangkut pautan dengan kasus Rubiqua? Berarti, gadis yang ada di foto ini adalah Nasya. Mereka bertiga bersahabat?

###

Aldo dan Reno kini masih berada di dalam mobil mereka yang terparkir di samping toko, ditambah satu penghuni lagi. Iya, mereka berdua berhasil membujuk salah satu karyawan dari toko berlian itu hanya dengan beberapa rupiah.

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang