13. Persekongkolan?

1K 69 2
                                    

Indahnya sinar mentari pagi mengiringi Keisya terbangun dari tidurnya. Kendaraan-kendaraan sudah memenuhi jalanan. Semuanya tampak lebih indah dilihat dari bilik jendela.

Keisya beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Untungnya masih ada pakainnya di kamarnya yang belum sempat dibawanya pulang saat menginap beberapa minggu yang lalu.

Tidak butuh waktu lama untuk mandi, Keisya pun bergegas untuk merapikan diri.

Drtttt drttttt...

"Halo, Pak! Bagaimana?"

"Hasil otopsinya sudah keluar, Nona. Saya sekarang sudah berada di parkiran kantor."

"Kalau begitu, tolong Pak Alpian langsung ke ruangan saya saja!"

"Baik, Nona."

Bipp...

"Pak Alpian akan ke sini membawa hasil otopsi," ujar Keisya ke pada Ferdi yang sedang memakai sepatu di sofa tengah.

"Oh iya? Sekarang?"

"He'em." Keisya menuang air putih ke gelas yang ada di meja, kemudian meneguknya.

Tok! Tok! Tok!

"Pak Alpian sudah datang. Biar aku saja yang membukanya." Ferdi beranjak dari sofa, membukakan pintu untuk Pak Alpian.

"Selamat pagi, Detektif Ferdi."

"Pagi juga, Pak Alpian. Silahkan masuk!"

Keduanya mengulas senyum.

"Ini dia hasilnya." Pak Alpian menyodorkan sebuah map cokelat.

Ferdi mengambilnya. Keisya datang. Ferdi menatap Keisya sebentar kemudian membuka map yang berisi lembaran hasil otopsi.

"Cairan alkunorium?" Keisya mengerutkan dahi setelah membaca hasil otopsi. "Cairan yang dapat melumpuhkan anggota tubuh seketika."

"Kami sudah mengamankan sebuah suntikan yang ditemukan dekat mayat korban," ujar Pak Alpian.

Keisya membaca kembali hasil otopsi. "Sidik jari pada tubuh korban, kosong. Pada suntikan, kosong. Pada pisau, kosong. Pada batu pirus, kosong ... semuanya bersih."

"Sampai sekarang kita belum mendapat clue yang menuntun kita menangkap pembunuh itu." Ferdi merasa frustasi.

###

"Ya ampun, Adek!" Mata Gita terbuka lebar, dirinya terkejut mendapatkan adik Akash dan yang sekarang sudah menjadi adiknya sendiri, sedang terbaring kejang-kejang parah di atas kasur rumah sakit.  "Adek! Kamu kenapa?"

"Dok! ... Dokter!!" Gita berlari ke pintu untuk meminta bantuan pada dokter ataupun suster.

"Dokter! Dokter! Tolongin adik saya, Dok," ujar Gita saat sang dokter dan beberapa suster menghampirinya.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya dokter sambil memeriksa adiknya.

"Saya tidak tau, Dok. Tadi saya hanya keluar membeli air minum. Dan setelah saya tiba di sini, saya sudah mendapatkan kondisinya yang seperti ini."

Kali ini tak hanya kejang-kejang. Sekarang, cairan seperti busa keluar dari mulut adiknya. Melihat hal itu, Gita semakin was-was. "Dokter! Selamatkan adik saya, Dok."

"Iya iya. Nona yang tenang ya. Kami akan berusaha. Tapi sebaiknya Nona menunggu di luar."

"Tapi, Dok-"

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang