35. Kamu akan mati?

858 53 6
                                    

Keisya masih berdiam diri di posisinya. Ia merasa sangat bersalah terhadap Mikaela. Ia perlu meminta maaf, tapi Mikaela sendiri tidak mau menunjukkan dirinya.

Apa kamu yang selama ini menerorku, Mik? Apa kamu ingin menuntut balasan atas sakit yang aku ciptakan untukmu?

Lagi-lagi air mata Keisya tumpah dengan mulus, Keisya pun langsung menghapusnya. Kepalanya tergeleng pelan, tidak mungkin sosok Mikaela melakukan ini ke padanya.

Bukan! Bukan Mikaela kan yang membunuh teman-temanku? Ini pasti akal-akalan Rubiqua. Dia segaja mengalihkan perhatianku.

Tapi siapa Rubiqua? Keisya saja tidak mengetahui sosok di balik psikopat itu. Yang jelas dia ketahui Rubiqua merupakan seorang laki-laki. Lalu apakah Rubiqua juga adalah pembunuh bayaran yang di perintahkan orang lain? Tapi siapa?

"Argh!" Keisya memukul kepalanya yang terasa pusing. Ia menepis pikiran negatifnya tentang Mikaela.

Keisya menatap kembali diary itu. Ia pasti menemukan petunjuk lain seperti pada foto yang didapatnya dari bingkai yang pecah tersebut, pikir Keisya. Dan yang benar saja. Di lembar terakhir diary, Keisya menemukan sebuah kata 'AKAN' yang lagi-lagi bertuliskan darah.

Ptakkk!

Keisya terkejut bukan main, anak panah baru saja meluncur tepat di depan matanya. Untung saja ia sempat menghindar.

Keisya mendekati dinding rekayasaan, tempat anak panah tersebut mendarat. Mata Keisya membelalak, menemukan dress hitam milik Mikaela, yang menjadi sasaran anak panah.

Mengapa dress ini sudah bisa berada  di sini?

Keisya mencabut anak panah itu dari dress tersebut. Seperti yang pernah dilakukan Rubiqua sebelumnya, yaitu pencobaan pemanahan terhadap Keisya beberapa waktu lalu, ternyata Rubiqua meninggalkan pesan melalui anak panah tersebut.

"MATI"
Itulah kata yang tertulis dengan cara yang sama, bertintakan darah.

Keisya menderetkan tiga kata berdarah yang baru saja di dapatnya.

'KAMU AKAN MATI'

Hati Keisya mencelos. Mustahil bagi dirinya untuk tidak takut dengan ancaman itu. Bagaimanapun kuodratnya tetaplah wanita yang lemah, ia hanya bisa menyembunyikan kelemahannya, karena itulah sejatinya wanita. Dia tidak setangguh laki-laki, namun ia sudah cukup baik dalam menjaga dirinya.

Ketakutan akan tiada dan meninggalkan orang-orang yang disayanginya itu mungkin ada, tapi hanya 10% dari total perasaannya saat ini.

Aku tak masalah dengan ancaman ini. Sejujurnya aku lebih takut jika Mikaela lah yang berada di balik semua teroran ini. Kalau itu sampai terjadi, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri.

"Mmmmm!!" Mulut Keisya tiba-tiba dibekap, lampu bohlam itu juga kini sudah padam. Keisya berusaha memberontak, namun tenaga orang itu sangatlah kuat.

Keisya di seret paksa oleh si pembekap, kakinya mulai melemas, kepalanya terasa semakin berat. Sapu tangan yang menempel di mulutnya seakan membuat kesadarannya melemah.

Sialan! Aku dibius, umpat Keisya dalam kebisuan, sampai akhirnya ia sudah tak dapat sadarkan diri lagi.

###

"Salah satu dari kita harus bisa keluar dari tempat ini," ucap Reno sembari menatap setiap inci ruangan kumuh itu. Ia berharap menemukan celah. Namun nihil, ruangan seperti gudang itu bagaikan ruangan bawah tanah, tanpa pentilasi sedikitpun.

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang