15. Benda Ungu Mengkilat

902 65 0
                                    

Dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang sedang, akhirnya Tari telah berada di parkiran gedung kantor. Hari masih pagi sehingga jalanan tidak terlalu ramai.

Tari berjalan memasuki kantor, para karyawan cuma sedikit yang sudah datang. Dia terus melangkahkan kakinya hingga sampai pada ruangan khusus para jaksa, baik senior ataupun junior. Dia tidak berhenti di mejanya, ia lebih memilih ke meja pemuda yang dapat memperbaiki moodnya. Siapa lagi selain Rey. Tanpa pikir panjang ia langsung duduk di kursi depan meja Rey.

Setelah belasan menit menunggu, Rey akhirnya datang. "Eh Tari," sapa Rey sedikit heran dengan keberadaan Tari. "Udah lama?"

Tari bangun dari duduknya. "Lumayan."

"Mau ngapain?" tanya Tari yang melihat Rey sedang mengepak barang-barangnya yang ada di mejanya.

Rey tersenyum. "Aku akan pindah ruangan, Tar."

Tari mengerutkan dahi.

"Aku sekarang sudah menjadi bagian tim detektif ... tim Keisya," lanjut Rey.

Tari diam sembari menekuk kepalanya ke bawah. Ia tak tau harus merespon apa. Bahkan untuk mengatakan 'kok bisa?' itu aja, bibirnya terasa berat.

Hening!

Tak ada pembicaraan di antara mereka lagi, sampai Rey selasai mengepak barangnya.

"Tar! Aku duluan ya!" pamit Rey yang hanya direspon dengan senyuman penuh luka oleh Tari.

Rey berjalan membawa box silvernya menuju ruangan barunya.

Sesampainya di sana ia telah menemukan Ferdi dan Reno yang tengah berbincang di sofa biasanya.

Rey sudah diceritakan tentang kamera tersembunyi yang berada di ruangan tersebut. Itulah alasan mengapa mereka lebih sering berada di ruangan tengah tersebut.

"Taruh saja barang-barang kamu di sana, Rey." Ferdi menunjuk meja kosong Akash yang tak berpenghuni.

Rey pun langsung bergegas membereskan barang-barangnya.

"Sampai kapan kita akan membiarkan kamera-kamera sialan itu mengawasi kita?" dengus Reno.

"Sampai kita benar-benar tidak membutuhkannya lagi," balas Ferdi sambil menyandarkan kepalanya di sofa.

Sementara itu Keisya keluar dari kamarnya dengan handuk yang terlilit rapi di kepalanya hingga menutupi rambut basahnya. Ia ikut duduk di dekat Ferdi.

"Enggak ada kejadian aneh tadi malem?" tanya Ferdi.

"Enggak. Sama sekali enggak ada."

"Baguslah."

Keisya perlahan membuka lilitan handuknya dan mengusap rambutnya lembut menggunakan handuk tersebut.

"Sebernarnya aku punya rencana," tutur Ferdi di sambil mengangkat kepalanya yang bersandar.

"Apa itu?" respon Reno cepat.

Keisya dan Rey tetap menyimak.

"Aku tidak yakin ini berhasil atau tidak."

Rey berhenti dari kegiatannya kemudian duduk di sebelah Reno.

"Gini-" Ferdi menggantungkan kalimatnya, ia memperbaiki posisi duduknya. "Kita akan membuat sandiwara pencelakaan Keisya."

Ketiga temannya mengernyitkan mata.

"Karena Keisya merupakan tokoh utama dalam permainannya, itu berarti sang pencipta game tidak ingin tokoh utamanya dicelakai oleh orang lain selain dirinya ... sang pencipta game ingin permainannya berjalan lancar sesuai naskahnya sampai pada bagian akhir dalam permainan."

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang