31. Bertahan Pada Pemikiran Masing-Masing

901 62 3
                                    

Keisya berjalan menuju lemarinya. Hari ini, entah mendapat energi dari mana, gadis itu memiliki niat meluangkan waktunya untuk mandi, setelah beberapa hari hatinya begitu mendung.

Dengan baju mandinya yang polos tidak bermotif, Keisya membuka lemari. Mengambil training panjang dan juga sweater rajut kebesarannya. Hendak ditutupnya pintu lemari, tangannya terhenti setelah melihat kejanggalan di antara baju-bajunya yang bergelantung. Tanpa berpikir panjang, diraihnya pakaian yang ia yakini bukan miliknya itu.

Sepersekian detik, ia terlonjak kaget, hatinya menciut. Sebuah shortdress hitam bermanik mutiara sebagai hiasan, ia temukan di sana.

Lemas, bingung, tak percaya, mustahil, semua rasa itu menggerogoti diri Keisya. Ia mematung di tempat, sementara training dan sweater yang tadinya berada di tangannya kini sudah terjatuh dengan mulus.

Keisya sangat mengenali dengan jelas shortdress itu, bahkan pemiliknya. Keisya memegangi kepalanya yang terasa berat, ia terus mencoba mengumpulkan setiap kejadian guna mendapatkan sebuah kesimpulan yang tidak melenceng.

Dress ini milik Mikaela. Tapi mengapa dress ini ada di dalam lemariku? 

Tidak, berarti benar bahwa gadis berdress hitam yang ada di lockscreen ponsel itu adalah Mikaela? Tapi bagaimana bisa?

Lalu tulisan yang ditulis di kaca depan mobil Rey, apa benar itu ulah Mikaela juga?  Kata-kata tentang senja itu adalah kata-kata yang dulu Mikaela lontarkan ke padaku.

Apa mungkin Mikaela? Tidak! 5 tahun yang lalu, Mikaela pergi tanpa kabar, begitu pula dengan keluarganya.

Lalu apa hubungan semua ini dengan Mikaela?

Argh!

Cukup! Keisya sudah cukup berargumen. Ia lelah, ia ingin tenang. Ia ingin memikirkan kebahagiaannya, bukan malah terus-terusan memikirkan misteri yang hingga bahkan sekarang melibatkan orang baru lagi.

Drrrtt! Drrrtt!

Getaran ponsel memecahkan segala pemikiran Keisya. Dengan dress hitam yang masih di tangannya, ia berjalan dan mengambil ponselnya di atas nakas.

Hai, Kei! Bagaimana kabar kamu? Sudah lama tidak bertemu, dua hari yang lalu aku pulang dari New Zeland. Aku ingin bertemu dengan kamu. Nanti malam, kita ketemu di tempat yang mana dulu kita sering melarikan diri ya. Banyak hal yang ingin aku ceritakan ke pada kamu.
By: Mikaela

~nomor tidak dikenal~

"Mikaela?" lirih Keisya menyerupai pertanyaan untuk dirinya sendiri. Sesaat kepala nya kembali terasa berat. Ia terduduk di samping kasurnya.

Benar, banyak hal yang harus dikatakan. Banyak hal yang membutuhkan penjelasan. Tapi di balik itu, banyak hal pula yang harus diwaspadai.

Keisya menggenggam kuat dress hitam di tangannya, lalu dibawanya ke pelukannya.

Apa pun yang terjadi saat ini, siapapun dalang di balik semua ini. Aku hanya berharap, nggak ada lagi korban setelah ini. Nggak ada lagi pasien yang masuk rumah sakit karena kasus ini. Terlebih bagi orang-orang yang berarti dalam kehidupanku.

Keisya menarik nafas sejenak, mencoba memenuhi pasokan oksigen yang hampir habis di paru-parunya.

Jika dengan melepas kasus ini penjahat itu tidak akan berbuat ulah lagi, aku akan melepasnya. Jika nyawaku bisa menjadi penyelamat nyawa lainnya, aku akan merelakannya.

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang