14. Sakit Yang Sama?

973 72 1
                                    

"Jika benar tiga orang. Apakah ketiga orang ini bekerja sama? Maksudku berarti pembunuhan yang selama ini terjadi bukan pembunuhan tunggal, melainkan mungkin saja merupakan pembunuhan bersekongkol?"

"Mungkin iya. Tapi kita harus tetap mencari bukti yang akurat untuk menyimpulkan seperti itu," ucap Keisya.

Rey menggosokkan kedua telapak tangannya. "Hmmm ... jika boleh kuusulkan supaya kita lebih baik membagi tugas agar kita tidak melalaikan salah satu dari mereka."

Keisya mengangkat sebelah alisnya. "Baiklah. Kita bagi tugas menjadi tiga-"

"Tiga?" Reno memotong ucapan Keisya. "Sedangkan jumlah kita empat, lalu bagaimana kamu membaginya?"

Keisya tersenyum. "Tugas pertama ini difokuskan untuk orang yang paling sangat membuat kita penasaran yaitu, Rubiqua ... dan tugas ini diberikan kepada kalian berdua, Ferdi dan Reno."

"Aku setuju," balas Ferdi sangat mantap.

"Aku juga." Reno pun menyetujui.

"Untuk Rey, difokuskan kepada pria bersweater biru tua yang meneror aku waktu di toilet ... sementara aku akan menyelidiki wanita misterius yang hampir menyelakaiku di toilet, Villa." Keisya menatap satu persatu temannya.

###

"Hey, Rey!" Tari menghampiri Rey yang baru kembali ke ruangannya.

"Eh Tari," balas Rey disertai senyuman. Rey kembali ke ruangannya untuk mengambil barang-barangnya, karena jam sudah menunjukkan pukul 17:45 yang dimana para pekerja dapat pulang ke rumah.

"Mau langsung balik?" tanya Tari.

"Hmmm ... kayaknya sih enggak, aku masih ada urusan."

"Oww ada urusan ya."

Rey menatap Tari aneh. "Emang kenapa, Tar?"

"Tadinya aku mau ngajak kamu makan malam sambil membahas tentang beberapa hal yang menyangkut kasus di persidangan."

"Oh ya?" Rey menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Gimana kalo besok malam aja?"

"Emang kamu bisa? Entar sibuk lagi."

Rey tersenyum tulus. "Tidak. Aku janji."

Tari tersenyum. "Oke di tempat yang biasa ya, All B Cafe ... berangkatnya barengan atau langsung ketemu di sana aja?"

Rey berpikir sebentar. "Kayaknya kita langsung ketemu di sana aja, Tar. Soalnya nanti takutnya aku telatan."

"Ow oke." Tari mengangguk. "Ya sudah, aku pulang duluan, Rey."

"Sip!" Rey mengacungkan jempolnya.

###

"Iya, Ma. Kei enggak pulang malam ini ... mau nginep di dorm kantor aja."


"...."

"He'em. Kei nanti makan."

"...."

"Nigth! Ma."

Bippppp....

Keisya berbaring di sofa panjang bagian tengah dari ruangannya. Ia memilih diam di dorm tanpa adanya alasan khusus. Mungkin ia hanya malas pulang ke rumah.

Dengan setelan celana cokelat panjang dan baju putih berlengan pendek, ia berusaha merilekskan diri di ruangan itu seorang diri. Ferdi dan Reno pulang ke rumah masing-masing karena ada urusan, jadi tak ada satupun di antara mereka yang dapat menemani Keisya di dorm.

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang