12) Hari sial Nata

368 27 0
                                    

Jangan sia-siain orang yang tulus sama lo, karena lo gak tau kapan mereka pergi.

***

Seisi kelas berubah hening, bungkam, khidmat, pekat tanpa suara saat Bu Heni mengajar di depan. Ibu guru cantik nan rupawan, bening, manis, tapi punya mata tatapan super tajam!

Semua siswa memperhatikan saat guru itu menjelaskan seputar Algoritma hingga akhirnya konsentrasi mereka dipecahkan dengan ketukan pelan yang terdengar dari arah pintu kelas. "Selamat pagi Bu Heni." Muncul bu Siska di pintu, membuat seisi kelas mengalihkan pandangan ke pintu.

"Saya titip anak murid ibu ya, sampai berakhir jam pelajaran ibu. Dia terlambat tapi saya nggak kasih dia untuk ke kelas. Kemari kamu!" Bu Siska melotot pada seseorang di balik pintu.

Ghea segera menyikut lengan Nata, "Nat, liat tuh, Kak Karel telat."

Nata segera menoleh dan melihat cowok berpostur tinggi itu masuk ke kelasnya. Karena Bu Heni wali kelas Karel, jadi bu Siska akan menyerahkan anak itu kepada bu Heni.

"Kamu berdiri di depan papan tulis, Karel!"

Karel mengangguk paham, raut wajahnya berubah jadi anak yang patuh aturan saat dipelototi sedemikian rupa oleh bu Heni. Salah satu kelebihan Karel dibanding anak-anak lain, dia pinter dalam merubah mimik wajah.

Cowok itu lantas berjalan mendekat dan berdiri di depan papan tulis.

"Pagi, bu." Karel mengangguk pada Bu Heni yang melemparkan tatapan super tajam.

"Kamu lagi, kamu lagi! Kapan sih kamu nggak telat?!"

"Nah iya, saya mau jelasin bu." jawabnya dengan senyuman manis, "Jadi gini, hari ini sebenarnya saya niat ke sekolah itu datang pagi-pagi, saya juga udah janji sama Keano buat bantuin dia piket. Sebagai teman yang baik, saya juga nggak tega liat sahabat saya sendirian bersihin kelas, jadi---"

"Saya tidak tanya alasan kamu! Yang saya tanya kenapa kamu terlambat?" Bola mata Bu Heni hampir saja keluar.

"Gara-gara main PS, Bu!" sahutnya lugas, singkat, padat dan meledak lah tawa satu kelas.

"KAMU! KAREL! Saya tidak minta kamu bicara seperti itu."

"Lah, terus ibu minta saya bohong? kata guru ngaji saya, bohong itu dosa, Bu. Sekalinya bohong nanti ketagihan. Kalau gitu, ibu mau nanggung dosa saya?"

Nata yang semula mengetuk-ngetuk pena miliknya langsung terdiam, matanya menatap Karel dengan sorot tak percaya.

"Gitu lo yang bilang keren?" Nata berbisik pada Ghea, membuat cewek itu menoleh.

"Bukan keren, tapi nggak sopan. Parah banget," Ghea menggelengkan kepalanya.

***

Suasana kelas 11 ips1 memang tidak berbeda dari kelas lainnya sewaktu tidak ada guru. Ribet, berisik, rusuh, apalagi ditambah Karel si biang kerok sekaligus tukang buat onar kelas. Seharusnya jam pertama adalah jam olahraga, tapi berhubung gurunya tidak masuk, akhirnya digantikan oleh guru piket. Itupun mereka hanya memberikan tugas untuk mengerjakan tugas 1-50, sangat menyebalkan.

"Lo semua pada ngapain sih?" Dewi sang bendahara kelas berteriak melihat tingkah laku anak laki-laki yang naik ke atas meja dan menengadahkan leher mereka untuk mengintip celah jendela kelas. "Woi Bobi! Lo sadar badan kek, badan udah segede gajah naik-naik meja."

KanataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang