16) Di hukum

307 23 4
                                    

Tidak perlu berteriak hanya untuk di dengar, terkadang diam adalah cara terbaik agar di dengar.

***

"Lo di apain aja sama bu Heni tadi?" Keano tiada henti-hentinya menanyakan hal itu kepada Karel yang baru saja di ajak kencan dengan bu Heni.

"Di tanya udah punya pacar belum, kalau belum sama ibu aja gimana." kata Karel sambil menirukan suara bu Heni.

"Gila lo Rel, yakali Bu Heni ngomong gitu." timpal Angga.

"Mungkin aja kalau gue kedipin sekali."

"Eh tunggu, btw si Rey kenapa gak kesini? barusan udah gue chat suruh kesini katanya iya. Tapi belum nyampe juga."

"Boker kali dia Ga, tadi kan pas istirahat dia makan bakso sambel nya di keruk semua sama dia." jawab Keano.

"Iya kali ya."

Karel menghisap rokoknya sambil membayangkan wajah Nata yang tidak pernah tersenyum itu.

"Lo pernah gak sih ngeliat Nata senyum?" Karel menatap kedua temannya itu.

Angga menatap Keano, Keano menatap Angga, dan mereka bertatapan seolah berbicara lewat mata.

"Woy pernah gak?"

"Nata adiknya Rey?" tanya Keano memastikan dan Karel mengangguk sebagai jawaban.

"Tadi pas-pasan sama gue dia senyum," Keano membuka kuaci yang ada di atas meja.

"Tadi sih waktu ngelewatin koridor dia bilang permisi sama gue, sambil senyum." Angga menimpali.

"Kalian sadar gak sih? Nata tuh gak pernah senyum ke gue doang? Selalu datar aja tuh muka. Gue jadi penasaran." Karel menatap kosong ke arah depan.

"Mungkin dia mikirnya lo tuh bad banget, apalagi lo ketua geng, dia juga pernah ngeliat lo berantem kan?" tanya Angga.

"Gak senyum aja cantik, apalagi senyum." Karel jadi senyum-senyum sendiri, membuat Angga dan Keano bergedik ngeri.

Tak lama kemudian terdengar suara dehaman dari bawah, membuat mereka bertiga meringis kecil ketika mengenal suara itu.

"Pak Darrel Rel." bisik Angga.

"Ssstttt."

"Kalian turun sekarang!"

Karel meringis, "Iyaa pak bentar ngabisin kuaci dulu, bapak mau nggak?"

Tanpa aba-aba Angga menoyor kepala Karel tanpa dosa, membuat cowok itu mengusap kepalanya.

"Kenapa noyor sih?!"

"Pemilik sekolah, lo mau di DO?" Desis Angga.

"Kalian gak denger saya ngomong apa tadi? ke bawah sekarang! ke lapangan basket!!" nada suara pak Darrel mulai meninggi, membuat Angga, Karel dan Keano mau tak mau turun ke bawah.

Ketika sudah di lapangan basket mereka menjadi pusat perhatian siswa siswi SMA Galaxy. Selain penampilan geng Alister yang mencolok, kehadiran Rey yang kini berdiri dengan agak sempoyongan karena masih mengantuk tentu saja menarik perhatian. Di tambah kehadiran Darrel yang mereka duga kuat akan memberikan hukuman.

KanataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang