Bosan itu manusiawi, coba pakai rasa sayang pasti bosan itu akan kalah.
***
Istirahat Nata menuju ruang OSIS yang ada di lantai satu. Menemui Refan yang katanya ingin menemui Nata. Nata mengetuk pintu ruangan OSIS dua kali hingga terdengar sautan dari dalam.
"Iya masuk."
Nata segera membuka pintunya dan melihat Refan duduk di kursi nya sambil mengetik sesuatu di laptop. Cowok itu mengalihkan pandangan menatap Nata.
"Duduk Nat." Refan menutup laptopnya dan mempersilahkan cewek berkuncir kuda itu duduk. "ada yang mau gue omongin."
Nata menurut, dia segera duduk di depan Refan "Ngomong apa Fan?"
"Yeyen udah bilang belum?"
"Iya, tapi gue masih kurang ngerti."
"Jadi gini, sistem pengurusan OSIS itu adalah perwakilan kelas. Dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas, harus ada dua orang perwakilan yang jadi pengurus OSIS. Kebetulan dari kelas sepuluh ipa 3 itu perwakilan nya Yeyen sama Hani, tapi Yeyen ngundurin diri, alasannya sih karena dia punya penyakit asma jadi nggak di bolehin kecapean di tambah orang tuanya nggak ngizinin juga."
Nata mengangguk mendengarkan.
"Biasanya buat masuk OSIS harus dites dulu, berhubung kita bakal punya acara dan kepepet butuh orang, harus ada seseorang yang gantiin posisi Yeyen. Terus Yeyen ngajuin lo buat ngegantiin dia. Terserah sih, gue nggak maksa juga. Tapi harus ada perwakilan yang gantiin dia."
"G-gue Fan?" Nata nampak kaget, "Gak salah?"
"Gue rasa lo bisa." Refan tersenyum, "Besok ada rapat OSIS, kalau setuju lo datang, kalau nggak setuju lo boleh chat gue dan bilang kalau lo gak setuju. Keputusan ada di tangan lo. Abis pulang sekolah rapatnya."
"Gimana ya Fan? nanti gue pikirin lagi deh." Nata tidak mau gegabah. Jadi dia putuskan untuk memikirkannya matang-matang di rumah. "Udah kan, cuma mau ngomong itu doang?"
"Iya." Refan mengangguk, "Itu doang kok."
"Kalau gitu gue permisi." Nata bangun dari kursi, dia segera berbalik dan menuju pintu.
"Eh tunggu bentar." Nata spontan berhenti melangkah, dia menoleh dan menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Refan yang sedang menatapnya.
Satu detik, dua detik mereka bertatapan sampai akhirnya Refan angkat suara, "Gue harap sih lo bisa bergabung jadi pengurus baru kita. Mengisi kekosongan nya Yeyen. Ya udah bel istirahat udah mau abis, entar malah nggak sempet jajan." Refan tersenyum.
"Gue usahain." Setelah mengucapkan itu Nata lantas langsung meninggalkan ruang OSIS itudan menutup nya kembali. Dia berjalan dengan keadaan setengah sadar, karena setengah kesadarannya lagi dia gunakan untuk berpikir, memikirkan kata-kata dari ketua OSIS nya itu.
Matanya tidak menatap ke depan, melainkan ke lantai koridor. "Awhh!" cewek itu meringis dan tubuhnya nyaris saja terjatuh kebelakang jika tidak ada sebuah tangan yang menahan lengan dan bahunya. Nata mendongak dan melihat Karel. Tepat di depannya, hanya berjarak beberapa senti.
Karel sama kagetnya. Kaget ternyata Nata yang baru saja dia tabrak.
"KAREL!! BERHENTI KAMU!!" teriakan keras menggema dari belakangnya, tampak bu Heni berlari mengejar Karel. Sesekali guru itu berhenti untuk mengatur nafasnya dan kembali berlari mengejar Karel dengan penggaris kayu panjang di tangannya.
"Iya Bu, Sabar!" balasnya berteriak, tapi matanya masih tidak lepas dari wajah Nata.
"Hati-hati dong, untung aja gue yang nabrak kalau cowok lain gimana---ADUH!" cowok itu mengaduh kesakitan saat merasakan sesuatu yang keras menghantam punggungnya dan matanya tertuju pada bu Heni yang sedang berkacak pinggang menghampiri nya. Karel meringis, "Udah tua tuh jangan galak-galak, pantangan tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanata
Teen FictionKalau kata Nata, Karel itu menyebalkan, pria yang suka membuat onar di sekolah, suka menyimpan rahasia di dalam masa lalu nya, dan Suka menganggu Nata dengan cara apapun supaya Nata luluh. Karel selalu mencoba menarik perhatian Nata agar Nata terse...