"Tidak paman! Aku tidak mau!" Arrow menggendong Vesto dan menaruhnya di tempat sebelum Gurunya meninggal.
"Duaghh!!" Benturan keras karena jejakkan kaki Vesto yang memberontak mengenai perut Arrow.
"Rupanya kau tidak bisa diam ya bocah?" Arrow mengambil pisau kecilnya dan menancapkannya pada telapak kaki Vesto.
"Akkkhhh!!! Akhh.." Vesto Menjerit tertahan karena sebuah pisau kecil masuk ke dalam mulutnya dan menggores tepian mulutnya lumayan lebar, sampai ia kesusahan untuk berbicara.
"Hiks.. hiks.." Vesto hanya bisa menangis, kaki dan tangannya sudah terikat ke tepi meja itu begitu saja, goresan pada mulutnya sangatlah lebar mencapai tepi wajahnya.
Ibu.. Ayah.. tolong aku! Hiks.. Alonne tolong aku! Mulutku sakit sekali!
Vesto bahkan merasakan mulutnya meneguk darah yang terus mengalir dari mulutnya.
"Kenapa kau diam dan hanya menangis nak? Kau tidak bisa bicara kah? Kan aku sudah melebarkan mulutmu. Seharusnya kau bisa menjerit sangat keras jika ku gores seperti ini.." Arrow menggores pisau itu pada bagian betis putih Vesto.
"Mmmphh... hiks.. hiks.. stophhmm..." Vesto tau mulutnya sangat sakit, ia berfikir bagaimana ia akan berbicara dan bercerita pengalamannya di sekolah kepada anjingnya nanti jika mulutnya saja seperti ini.
"Hmm.. tidak bisa ya? Mungkin aku salah, untung saja di bawah sini.. nah ini ada jarum jahit fiuh.. tidak sia-sia wanita jalang itu menyimpannya di sini" Vesto menjerit tertahan ia tau apa yang akan di lakukan pria yang sedang berusaha memasukan benang itu.
"Hmm.. sulit ya? Istri brengsekku itu dulu sering menggunakan jarum ini untuk menjahit pakaianku yang robek, kau tau dulunya dia itu sangaaattt.. baik bahkan dulu aku sangat mencintainya, aku melamarnya dahulu. Tapi semenjak ia mengetahui apa yang kulakukan bersama anakku itu ia depresi dan mencoba melakukan bunuh diri lebih dari tiga kali" Alone berbicara masih sambil memasukan benang yang dibahasi air liurnya itu.
"Nah, sudah bisa huh.. lama ya? Maaf nak ternyata memasukan benang itu susah, yah kau tau kita harus merapikan dulu benang yang kusut lalu setelah rapi baru bisa di masukan baru kau bisa menjahit pakaian yang robek. Seperti saat kau melakukan rencana yang kau buat tapi hasilnya berantakan dan kau harus merapikan itu dan memasukannya lagi dalam rencana barumu supaya bisa menambal robekan yang kau buat agar tidak ada orang yang mengetahui robekan itu. Kau tahu maksudku?" Vesto menangis keras, ia memegang erat tali di tepi tangannya yang mengepal ia tidak bisa lagi mendengar ataupun fokus pada hal lain, Arrow benar-benar gila menjahit mulut Vesto yang di robeknya tadi, dengan benang berwarna hitam yang sekarang menambah derasnya darah yang mengucur dari mulutnya.
"Mmmphhh... hiks.. mphhmmm.. kaummph.. gilhaamphh.. hiks.." Arrow yang mendengar itu tersenyum miring.
"Aku waras nak, dan lihat aku bisa berbicara normal tidak seperti mu kau sekarang yang tidak bisa bicara normal seperti orang gila" Arrow menancapkan pisau kecil yang tajam itu ke dalam perut Vesto, ia membuka nya seperti kue ulang tahun.
"Wah darahmu masih segar ya? Slurrpp.. enak seperti sirup marjan meski aku tidak pernah mencobanya hahaha.." Arrow mengambil gelas yang berisi darah tadi dan mengisi darah itu dengan tangannya yang di pakai sebagai centong untuk mengambil darah yang ia pikir adalah minumannya.
"Jleb!" Sebuah pisau kecil tajam mirip seperti pisaunya menancap di bagian perutnya, ia tidak bisa mengetahui letak jantung orang yang akan di bunuhnya itu karena ia sangat panik.
"Aww.. hmm.. wow ternyata pisau ini di tancapkan oleh anakku sendiri, sayangnya ia meleset dari sasarannya seharusnya jantung itu di sini anakku bukan di sini.." Ia menunjuk perut sebelah kirinya yang kini mengalirkan darah yang cukup deras.
"Aku membencimu! Dasar ayah bodoh! Psikopat! Kau bukan ayahku!" Ayahnya itu tertawa sebentar.
"Hahahaha... apa kau bilang? kau mengejek dirimu sendiri nak. Kau tidak ingat kau juga psikopat, kau lupa ingatan dan terbentur dinding karena ulah ibumu yang depresi, saat itu ia melihatmu yang mengajaknya bermain ke tempat kita dan aku sudah bilang padamu untuk tidak menunjukan padanya, namun uhukkk..! Kau masih sangat kecil, aku bisa apa? Kau memasuki tempat bermainku sendiri, jadi jangan salahkan aku jika kau menjadi sepertiku nak uhukk.. uhukk.." Arrow terduduk ia masih memegangi perutnya karena tancapan yang lumayan dalam dari anak itu, ia tidak bisa menarik pisaunya karena pisau itu berada di punggungnya sedikit ia bergerak punggungnya akan membelah begitu lebar dan menambah deras pendarahannya.
"Aku tidak peduli! Itu hanya omong kosong aku tidak pernah terbentur dinding dan aku bukan psikopat!Aku bermain dengan ayah? itu sangat mustahil! Ayah tidak pernah menyayangiku dan sekarang ayah membunuh satu-satunya temanku!Jika ayah menyayangiku matilah untukku sekarang juga!" Ayahnya itu hanya menatap anaknya datar lalu mendengus dengan tatapan meremehkan.
"Hm.. kau tidak percaya? Bukalah album foto yang kau simpan sendiri di bawah kasurmu mungkin kau akan mengingatnya kembali, kuharap kau sadar bahwa aku menyayangimu dan tidak pernah mencoba membunuhmu uhukk.. uhukk.. sekarang tancapkan pisau ini untukku di sebelah sini" Ia menunjuk letak jantungnya persis dibagian dada nya agak bawah di sebelah kiri.
"Kau tidak mau? Oh iya perlu kukatakan aku membunuh mereka bukan tanpa alasan, yang pertama Vesto temanmu itu, kau bilang saat di kamarmu kau sangat menyesal bahwa ia memaksa mengajakmu bermain video game sampai larut dan keesokan harinya kau mendapatkan F untuk pertama kalinya hingga menjadi bahan bulian teman yang lainnya karena nilai itu, uhukhh.. kedua gurumu ini bukanlah guru yang baik" Ia menunjuk mayat gurunya yang sudah tidak bernafas.
"Ia selalu lupa memberitahumu tentang lomba-lomba dengan terlambat dan itu di sengaja nak, setelah kau menjadi lelah karena kerja kerasmu belajar kau akan menjadi bodoh sehingga guru itu tidak perlu mengajarimu untuk latihan Olimpiade atau apalah itu. Dan jika kau menang uang hasil lomba itu sebagian akan di gunakannya dengan alasan bahwa ia akan membayar uang sekolahmu 35% bukankah itu sangat merugikanmu? Ia selalu menagih utangmu bukan? Kau pasti bertanya, darimana aku tau semua itu ya kan? Aku tau itu semua dari orang suruhanku Uhukkhh.. kau ingat? aku memang ayah bodoh yang tidak pantas untukmu, maaf nak" Arrow mencancapkan pisau itu ke letak jantungnya sendiri, jantung yang selama ini berdenyut normal untuk menghentikan jantung-jantung yang lainnya.
"Ayah? Maaf, Tapi kau tidak boleh memperlakukan mereka seperti itu Ayah." Alonne mencium kening ayahnya dan memeluknya sebentar lalu berlari ke arah sahabat satu-satunya.
"Vesto.. bangunlah!" Alonne membuka tali yang mengikat erat temannya itu, tangan nya membiru.
"Haha.. Alonnemphh.. kauhh.. menangismmph.. hehe.. Maafkanhhh.. akmphhh khuummph.. kawanmph..!" Vesto menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan Alonne yang sekarang menjatuhkan bulir air matanya yang terpendam selama ini, air mata duka yang di teteskan pertama kalinya.
"Hahaha.. tidak mungkin kan? Vesto kau bercanda? Kau tidak mati kan? Kau bohong! Bodoh bangunlah hiks.. bangun bodoh! Hiks.. Lihat aku menangis kau ingin aku menangis bukan? Hiks.. bangun Vesto!" Alonne mengguncang bahu sahabatnya yang mulai mendingin.
__________TBC___________
Halo yang masih pada mau baca wkwk, maaf jarang update. Gua bingung ini akun mau dibuat apaan, antara fokus mau bikin yaoi atau bikin cerita biasa gua masih bingung. Pikiran gua lagi acak-acakan hehe.. jadi maaf ya 😁
![](https://img.wattpad.com/cover/149734537-288-k613010.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Psycho Girl
Mysterie / ThrillerKamu harus selalu waspada! Teman, Sahabat, Saudara, atau Keluargamu bisa jadi salah satu dari Pembunuhmu. Mall, Restoran, Rumah Sakit, atau Sekolah bisa jadi salah satu dari tempat Kematianmu. Orang Dewasa, Anak Kecil, maupun Lansia bisa jadi salah...