Jeongin mengelus pelan punggung tangan Nana yang ia genggam dengan ibu jarinya. "Gak usah gugup, asal kamu tahu mama itu sayang banget loh sama kamu."
Nana memandang Jeongin dengan antusias, "Masa sihhhh?????"
Melihat antusiasnya Nana membuat Jeongin terkekeh, dia merangkul Nana. "Iya lah... Ini aja aku dipaksa harus bawa kamu ke rumah gak mau tau alesannya apa pokoknya harus."
Mendengar apa yang di ucapkan oleh Jeongin membuat Nana tersenyum. Dia senang kalau ternyata kehadirannya sangat di tunggu oleh Mama Jeongin.
Sesampainya di parkiran Jeongin langsung membukakan jok belakang mobil dan menaruh koper kecil milik Nana, karena mereka akan menginap.
Kalau Jeongin dia tidak membawa apa-apa karena barangnya pun masih lengkap di dalam kamarnya.
"Je~, kok aku takut ya???"
Jeongin yang sedang menyetir menoleh sekilas ke arah Nana. Dia terkekeh, kemudian tangan kirinya mengelus pelan puncak kepala gadisnya.
"Gak usah takut... Mama gak bakal gigitin kamu kok."
Gak kerasa setelah mereka ngobrol-ngobrol selama perjalanan akhirnya mereka sampai juga di rumahnya Jeongin.
Orang yang pertama kali menyambut kedatangan mereka adalah mamanya Jeongin. Mamanya Jeongin sangat antusias ketika menantu cantiknya itu datang.
Bahkan Jeongin yang jelas-jelas anak kandungnya sampai diacuhkan oleh mamanya Jeongin. Kata Jeongin dulu mamanya sangat mengharapkan memiliki anak perempuan tapi yang lahir malah Jeongin.
"Sayang, kamu langsung ke kamar Jeongin aja ya... Kalian istirahat sebentar aja dulu. Nanti kalau makan malamnya mau mulai bakal dipanggilin kok."
Nana udah nyoba nolak, soalnya dia pengen bantu-bantu di dapur. Tapi mamanya Jeongin kekeh gak mau, katanya semuanya udah dikerjain sama pembantu-pembantu di rumahnya Jeongin.
Akhirnya setelah dibujuk oleh Jeongin, Nana mau beristirahat di kamarnya.
Baru kali ini Nana memasuki kamar tunangannya. Yang ia lihat kamar Jeongin sangatlah rapi dengan aroma kamar khas lelaki tersebut. Semua barang-barang yang ada di dalamnya juga tertata rapi.
Nana melangkahkan kakinya menuju balkon yang ada di kamar sedangkan Jeongin berjalan mengikutinya dari belakang.
Tiba-tiba Jeongin memeluk Nana dari belakang, dia meletakkan dagunya di pundak gadis tersebut.
Nana mengelus pelan tangan Jeongin yang ada di perutnya, lalu dia menolehkan kepalanya menatap Jeongin. "Rumah kamu senyaman ini tapi kenapa kamu milih tinggal di apartemen??"
Jeongin terkekeh, dia mencium bibir gadisnya lalu mengeratkan pelukannya. "Soalnya aku pengen mandiri aja."
Nana menganggukkan kepalanya paham, "Je nanti kalau kita nikah rencananya kamu mau ngapain?"
Jeongin yang mendengar pertanyaan dari Nana terdiam sebentar, lalu dia membuka suara. "Nanti aku mau ngurusin restoran yang aku punya itu. Sekalian aku kuliah, gak papa kan??"
Nana menggelengkan kepalanya, "Gak papa kok. Ayo sama-sama berjuang buat kedepannya."
Mendengar apa yang Nana ucapkan membuat Jeongin tersenyum. Gadisnya selalu saja membuatnya bersemangat untuk membahagiakannya.
"Iya Na, aku juga punya kewajiban buat bahagiain kamu kedepannya." Balas Jeongin seraya tersenyum manis ke arah Nana.
Yang Nana tahu, hatinya telah jatuh ke lelaki bermarga Yang tersebut.
Christina.bang
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♥️ bang.chris, lee.felix, and 658others.
🎄🎄🎄
comment turned off
__________ Huhuhu 3 atau 4 chapter lagi ff ini ending gaes
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.