"JEONGIN BANGUN, BESOK KAMU UJIAN JADI MINGGU INI GAK ADA MALES-MALESAN!"
Jeongin yang masih berada di atas kasur menyerngitkan wajahnya, kemudian ia memeluk guling lalu menenggelamkan kepalanya dibalik bantal.
Nana menghela napas panjang, kepalanya dibuat pusing hanya karena mengurus Jeongin yang sangat sulit dibangunkan.
Ia meletakkan ponselnya diatas nakas, lalu duduk dipinggiran kasur. "Jeongin bangun... Kamu gak mau belajar? Besok kan udah ujian."
Jeongin membuka matanya secara perlahan, "cium dulu."
"Hah?"
"Aku mau bangun asal cium dulu."
Nana menggaruk tekuknya, JEONGIN INI KALAU MANJANYA KELUAR NYEBELIN BANGET. Ditambah lagi sekarang Jeongin sangat menyukai shinskip, sehingga jangan heran kalau dia meminta ciuman dari Nana.
Akhirnya Nana melemparkan bantal ke wajah Jeongin, "BANGUN APA BESOK-BESOK TIDUR DI LUAR?"
Karena mendapatkan ancaman dari Nana akhirnya Jeongin pun bangun juga. Ia menatap Nana dengan wajah di tekuknya.
Jeongin hanya memandang Nana yang kini tengah menatapnya tajam. Lalu tanpa aba-aba lelaki itu menarik lengan Nana sehingga badan Nana terjatuh di atasnya.
Ketika Nana ingin bangkit berdiri dengan cepat Jeongin menekan tekuk Nana dan mencium bibir gadis tersebut.
Nana yang kaget membelalakkan matanya, ia mendorong bahu Jeongin tapi jelas tenaganya kalah.
Jeongin menikmati ciumannya dengan Nana, digigitnya sedikit bibir bawah Nana sehingga memudahkannya untuk mengabsen setiap deretan gigi Nana.
Nana mulai kehabisan napas, ia meremas bahu Jeongin. "Jeong, udahhhhh."
Jeongin tersenyum tipis, ia tidak ingin membuat Nana kehabisan napas. Dilepasnya tautan bibir mereka dan mereka berdua menormalkan napas mereka masing-masing.
Diciumnya sekali bibir Nana yang sedikit bengkak karena ulahnya, "makasih ya kak."
Nana yang masih menetralkan pernapasannya pun menatap Jeongin, "buat?"
"Semuanya."
Hari ini terakhir Jeongin ujian nasional. Ia menghela napas lega ketika keluar dari ruangan ujiannya tadi. "Semoga aja jawaban gue tadi bener semua."
Jeongin pun melangkahkan kakinya melewati koridor depan kelas-kelas. Alisnya mengkerut bingung ketika dilihatnya sosok Nana dari jauh.
Kebingungannya bertambah ketika dilihatnya Nana tersenyum dan tertawa ketika bersama lelaki yang berjalan beriringan bersamanya.
Sebentar, itu kan Pak Woojin??! Ngapain Nana gue ngobrol sama si bapak guru muda itu.
Dengan langkah yang dipercepat Jeongin melangkahkan kakinya menyusul Nana dan Woojin yang ada jauh didepannya.
"Nana!"
Mendengar seruan dari Jeongin membuat Nana menolehkan kepalanya dan menatap Jeongin dengan kaget.
"Jeongin, loh udah selesai ujiannya?"
Tanpa menjawab pertanyaan dari Nana, Jeongin menatap Nana dan Woojin secara bergantian. "Ngapain kamu sama Pak Woojin?"
Nana langsung menoleh menatap Woojin, "Oh.. Kak Woojin ini temennya Mas Chris. Tadi Mas Crish minta tolong sama aku kalau nanti Kak Woojin sama dia ada janji ke rumahnya Kak Minho."
"Itu doang?"
Nana menganggukkan kepalanya, "sama jemput kamu sih."
Baru saja Jeongin ingin buka suara tapi Woojin sudah duluan membuka suara. "Nana sama Jeongin saya tinggal dulu ya, saya ada urusan mendadak di kantor."
Setelah Woojin pergi meninggalkan mereka berdua, Jeongin langsung menarik Nana ke pinggir koridor karena banyak sekali siswa-siswi yang berlalu lalang melewati mereka.
"Jemput aku?"
Nana menganggukkan kepalanya.
"Kamu tadi ke sini naik apa?"
"Naik taksi, kenapa?"
Jeongin menghela napasnya panjang, "Kenapa gak minta anterin Kak Felix?"
Nana yang mendengarkan omongan dari Jeongin memiringkan kepalanya, "dia hari ini kuliahnya sampe sore beda sama aku yang jadwal kuliahnya emang free."
Mendengar penjelasan dari Nana membuat Jeongin mau tak mau menganggukkan kepalanya, tangannya refleks terulur untuk memperbaiki poni Nana yang tidak rapi.
"KIW MENTANG-MENTANG UDAH SELESAI UJIANNYA MALAH BAWA MBAK TUNANGAN KE SEKOLAH. PAMER NEH???"
Jeongin dan Nana langsung menoleh ke arah Haruto, Doyoung, Yedam, Jaehyuk dan Mashiho yang sedang menggoda mereka. Jeongin mendengus, ia merangkul Nana untuk pergi meninggalkan teman-teman yang sangat tidak jelas itu.
Sebelum benar-benar pergi meninggalkan teman-temannya yang semakin gencar menggodanya, Jeongin melambaikan tangan dan mengacungkan jari tengahnya tanpa sepengetahuan Nana.
Melihat apa yang barusan Jeongin lakukan teman-temannya pun semakin ribut. Nana yang mendengar kegaduhannya semakin bertambah pun menatap Jeongin dengan heran.
"Temen-temen kamu kenapa sih?"
"Gak papa yang, mereka emang going crazy semua."
_____________ Curhat dong, kenapa ya aku tuh kalo nulis yang menjurus ke enaaa pasti gelyyyy:(( padahal aku ga polos( ͡° ͜ʖ ͡°)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.