Hari ini Nana dan Jeongin sedang sibuk mengurus semua perlengkapan untuk acara pernikahan mereka yang akan dilaksanakan tiga minggu lagi. Baik Nana maupun Jeongin sama-sama gugup melewati hari-hari tersebut.
Saat ini mereka berdua sedang berada di butik langganan milik mamanya Jeongin. Nana yang dari tadi pusing ngeliatin pelayan toko tersebut mondar-mandir buat ngambilin gaun pengantin pilihan mamanya Jeongin dan tentunya mamanya.
Sedangkan Jeongin, dia udah fitting jas pengantin pria jauh-jauh hari.
"Nah yang ini aja gimana?" Tanya mamanya Jeongin ke mama Nana.
"Apa gak terlalu terbuka kalau yang ini?"
"Hmm... Iya juga sih, tapi kalo menurutku ini yang paling cocok."
Mama Nana langsung menatap putrinya, dia memegang pundak gadis tersebut. "Sayang, kamu kalo merasa gak nyaman sama gaun ini bilang yaa."
Nana menganggukkan kepalanya, sebenarnya ia sangat risih dengan gaun pengantin yang saat ini ia pakai. Bahu serta punggungnya terekspos jelas sehingga membuatnya sedikit tidak nyaman.
"Kita keluar dulu aja ma, biar Jeongin yang ngasih penilaian."
Baik mamanya maupun mama Jeongin sama-sama mengiyakan ucapan Nana. Setelah itu tirai dibuka dan Nana keluar, orang-orang yang menunggu diluar dibuat terkejut bahkan Jeongin pun sama terkejutnya melihat penampilan Nana yang menggunakan gaun pengantin yang sangat cantik di tubuhnya itu.
"Gimana pilihan mama, Nana kamu cantik gak Jeong?"Jeongin bahkan hampir membuka mulutnya saking kagetnya, GILA INI MAH CANTIK BANGET WOI.
Tapi--, "Ma... Ini bisa ganti yang lain gak gaun pengantinnya? Aku gak mau punyaku diliat sama orang lain."
Setelah fitting gaun pengantin, Nana dan Jeongin disuruh pulang sama kedua orang tuanya.
"Mau langsung pulang, apa jalan-jalan dulu nih?"
"Jalan-jalan ya??? Aku bosen di apartemen terus."
Jeongin terkekeh pelan, tangannya terulur untuk meraih punggung tangan Nana dan mengusapnya. "Padahal aku gak mau kamu pakai gaun yang itu tadi di acara pernikahan kita nanti."
"Kenapa?"
"Yaa, aku gak mau kamu diliatin cowok-cowok selain aku."
Nana terkekeh, "tapi kamu kalah kan sama mama."
"Iya sih, dari pada mereka ngamuk gara-gara kamu gak pake gaun itu jadi ya aku bisa apa?"
Kemudian mereka pun tertawa mengingat bagaimana kedua mamanya ingin mengamuk ketika mendengar Jeongin yang menolak gaun yang sebelumnya mereka pilih.
Mobil Jeongin terparkir di sudut parkiran mall yang ada di dekat butik tempat fitting baju mereka tadi. Nana dan Jeongin keluar dari mobil dan bergandengan tangan memasuki mall tersebut.
"Aku bingung mau bawa kamu jalan-jalan ke mana, maaf yaa kita cuma bisa ke sini."
"Gak papa kok." Nana menoleh ke Jeongin yang berada di sampingnya. "Bagaimana kalo kita nonton aja?"
Jeongin menganggukkan kepalanya, "kalo kamu pengen banget nonton aku mah ayo ayo aja."
Nana tersenyum senang, ia mengeratkan pelukannya di lengan Jeongin.
Setelah mengantri untuk membeli tiket dan popcorn serta minuman untuk mereka, Jeongin dan Nana langsung duduk di bangku tengah bioskop tersebut.
"Yang, ini serius kamu berani nonton film horror? Kan biasanya kamu takut."
Nana mengerucutkan bibirnya, "Iya aku serius lah. Dari dulu aku pengen banget nonton film horror tapi selalu aja ga berani karena ga ada yang nemenin."
Jeongin terkekeh mendengar apa yang barusan Nana bilang, ia menarik pelan kepala Nana mendekat ke arahnya. "Kalo kaget sembuyi aja dibelakang aku."
Nana menganggukkan kepalanya, setelah lampu bioskop dimatikan Nana menggeser tubuhnya mendekat ke Jeongin.
Untungnya yang menonton film bersama mereka banyak, jadi Nana tidak takut karena disebelahnya duduk ada sepasang kekasih yang sama seperti mereka berdua.
"Jeong, kok hantunya jelek sih? Kan aku kaget mulu."
Jeongin ketawa dengernya, ia mencubit pelan hidung Nana yang bersembunyi dibelakangnya. "Yaa masa ganteng sih hantunya? Ga serem dong nanti ceritanya."
"Ih tapi kan takut liatnya."
Nana masih bersembunyi dibelakang Jeongin, dia tersenyum ketika berada sedekat ini dengan Jeongin. Tangannya terulur untuk memegang pipi Jeongin sehingga membuat pemuda itu menoleh menatapnya.
Tanpa aba-aba Nana menarik tekuknya dan mencium bibir Jeongin membuatnya sedikit terkejut. Jeongin membalas lumatan pelan yang Nana berikan, mereka berciuman cukup lama tanpa memperdulikan sekitarnya.
Setelah tautan bibir mereka terlepas Nana berbisik, "terima kasih untuk semuanya."
Jeongin tersenyum, dia mengecup bibir Nana. "Seharusnya aku yang berterima kasih karena kamu mau menikah denganku nanti. Aku mencintaimu, Na."
"Aku juga cinta sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIJODOHIN | Yang Jeongin (✓)
Historia Corta❝kenapa sih kakak gak pernah liat aku sebagai laki-laki. kenapa kakak nganggap aku anak kecil? aku suka sama kakak, kakak mau kan jadi ibu dari anak-anak aku?❞ cute cover by ExacIm ©Marklipss,2019