13

6.4K 848 32
                                    

Selesai makan malam gue, Jeongin beserta mama papanya Jeongin berbincang-bincang di ruang keluarga.

Mamanya Jeongin sih yang banyak nanya-nanya sama gue. Bener banget apa yang dibilangin Jeongin kalau beliau itu sangat menyayangi gue.

Buktinya aja yang selalu di nomor satukan itu gue, bukannya Jeongin.

Gue meringis ketika mamanya Jeongin mulai berbicara, kali ini dia ingin mengajak gue berbelanja di mall besok karena kita besok libur.

Jeongin udah geleng-geleng kepala melihat betapa antusiasnya Nyonya Yang mengajak calon menantunya itu.

"Ma, Nana keknya udah ngantuk deh kita duluan ke kamar ya."

Benar, Nana beneran ngantuk karena ini tuh udah tengah malam banget. Tapi melihat betapa antusiasnya mamanya Jeongin, dia jadi gak enak buat ijin tidur duluan.

Mendengar apa yang Jeongin ucapkan mamanya Jeongin langsung menganggukkan kepalanya, "Selamat beristirahat ya sayang."

Kemudian Nyonya Yang langsung menatap putra tunggalnya itu dengan tajam, "Kamu jangan aneh-aneh ya ... Biar Nana istirahat.".

Jeongin hanya memutar kedua matanya malas meladeni sang mama. Kalau disuruh jangan aneh-aneh, untuk apa mereka dibiarkan satu kamar.

Akhirnya Nana dan Jeongin pun masuk ke dalam kamarnya Jeongin. Nana duduk di pinggiran kasur sementara Jeongin berjalan ke arah meja belajarnya meletakkan ponselnya.

"Je, aku tuh padahal belum ngantuk."

"Gak usah bohong."

"Ih beneran!"

Jeongin menatap Nana dengan tajam seraya melangkahkan kakinya mendekat ke tempat tidur.

"Na, tidur apa aku tidurin?!"

Nana merengut. Jeongin selalu saja memaksanya seperti sekarang ini. Akhirnya Nana memilih membaringkan tubuhnya disebelah Jeongin.

"Ngapain jauhan? Sini deketan."

Gadis itu menatap kesal ke arah Jeongin, tapi dia tetap mendekatkan dirinya dengan Jeongin sehingga membuat pria tersebut memeluknya.

"Aku tau kalau kamu itu beneran udah ngantuk, kamu itu gak pinter bohong." Jeongin mengelus rambut gadis tersebut sehingga mau tak mau membuat Nana meringis

Memang benar nyatanya kalau gadis itu tidak pandai berbohong.
















Pagi itu adalah pagi yang sangat mengejutkan untuk Nana.

Bagaimana tidak, biasanya Jeongin masih tertidur ketika gadis itu selesai memasakkan sarapan namun kali ini nampaknya pria tersebut bangun lebih cepat.

Nana menatap Jeongin heran, "Kamu mau ke mana Je?"

"Mama tadi mau ngajakin kita jalan-jalan. Kamu mandi abis itu siap-siap ya aku turun ke bawah dulu."

Nana nganggukki  kepalanya, setelah Jeongin keluar dari kamarnya Nana langsung bersiap-siap untuk mandi.

"MA KITA MAU KE MANA SIH?" Jeongin yang baru memasuki dapur langsung teriak.

"ASTAGA JEONGIN GAK USAH TERIAK MAMA GAK BUDEK."

Jeongin mendengus kemudian duduk di meja makan dan memperhatikan mamanya yang kini menyiapkan berbagai makanan untuk acara jalan-jalan mereka nanti.

"Emang mau kemana sih?"

Mama Jeongin menoleh sebentar, "Mau jalan-jalan, kasian Nana pasti capek sama kuliahnya. Kamu juga bentar lagi mau ujian."

Jeongin nganggukkin kepalanya paham. Dia membantu mamanya menyiapkan segala bekal untuk mereka nanti.

Setengah jam kemudian muncul Nana yang semakin terlihat cantik karena sudah mandi dan berdandan. Mamanya Jeongin yang menyadari kehadiran Nana menyuruh Nana untuk bergabung.

Setelah semuanya beres mereka langsung bersiap-siap menuju tempat refresing mereka nanti.

Kali ini mamanya Jeongin wajib menyuruh mereka untuk membawa sunblock, dan karena Nana baru mengetahui kalau tujuan mereka adalah pantai Nana langsung kembali ke kamar dan mengambil barang-barangnya beserta milik Jeongin.

Perjalanan mereka kali ini menempuh waktu dua jam. Cuaca kali ini benar-benar cerah membuat Nana ikut bersemangat karena sebentar lagi dia akan melihat laut lepas.

"Semangat banget, belum pernah ke pantai apa gimana nih?"

Nana menolehkan kepalanya menatap Jeongin, dia nyengir. "Udah lama gak ke pantai. Hehehe."

Jeongin menganggukkan kepalanya. Kemudian dia memasangkan sebelah earphone-nya ke telinga kiri Nana, sedangkan sebelahnya lagi di telinga kanan Jeongin.

"Tidur aja dulu ini sampainya dua jam lagi, masih lama." Jeongin menggenggam tangan gadisnya dengan ibu jari yang mengelus pelan punggung tangan gadis tersebut.

Nana tersenyum. Hari ini dia sangat bahagia karena keluarga Jeongin sangat menerima kehadirannya disini.







_____
Ada yg udah nonton?

_____Ada yg udah nonton?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIJODOHIN | Yang Jeongin (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang