end

9.9K 812 94
                                    

Tiba lah hari dimana Jeongin dan Nana melangsungkan pernikahan. Nana sedari tadi menatap gugup ke arah cermin yang kini menunjukkan pantulan dirinya yang berbalut gaun pengantin yang sangat cantik untuknya.

Beberapa kali ia menghembuskan nafas karena gugup yang entah kenapa membuatnya merasa tak nyaman.

Tiba-tiba pintu ruangan tempat Nana terbuka, menunjukkan sosok yang selama ini selalu menjadi tempat dimana ia berlindung.

Papa Nana tersenyum kemudian beliau mengelus pundak Nana dengan sayang, "Anak papa yang cantik, bahagia selalu ya. Maaf karena papa masih belum bisa menjadi yang terbaik buat kamu."

Nana menggelengkan kepalanya, ia tersenyum kemudian memeluk cinta pertamanya itu, "enggak.... Papa selalu menjadi yang terbaik buat aku. Makasih udah mau jadi papa yang terhebat buat Nana dan Mas Chris."

Tangannya terulur yang langsung diterima dengan Nana. Mereka berdua keluar dari ruangan dan mulai berjalan ke altar.

Jeongin di sana sudah menunggu dengan senyum cerahnya yang bahkan tidak luntur barang sedikit pun. Ketika papa Nana menyerahkan gadis satu-satunya itu ke genggaman Jeongin, ia berbisik.

"Jaga permata papa, jangan pernah buat ia sakit."

Jeongin menganggukkan kepalanya, ia selalu berjanji akan membuat Nananya bahagia. Iya, itu adalah janji seorang Yang Jeongin.

Pendeta mulai mendekati Jeongin dan Nana, lalu ia menatap mereka bergantian. Setelah bertanya tentang kesungguhan dan mereka menyanggupi pernikahan ini atas janji setia sebagai suami istri akhirnya mereka berdua telah resmi.

Nana tersenyum menatap Jeongin begitu pun sebaliknya. Mereka berdua sama-sama bahagia atas pernikahan ini, dan mereka berdua berharap semoga mereka bisa melewati rintangan dalam mempertahankan bahtera rumah tangga mereka.











Setelah mengikrarkan janji suci, Nana dan Jeongin langsung ke sebuah hotel dimana tempat mereka melangsungkan resepsi pernikahan mereka.

Nana dan Jeongin sama-sama tersenyum ketika satu persatu tamu undangan memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua.

Banyak sekali teman-teman Nana yang mengucapkan selamat untuknya, bahkan banyak dari mereka yang menggoda Nana dengan merequest kepada pasangan baru tersebut untuk dibuatkan keponakan laki-laki atau perempuan.

Kalau Jeongin dia bersikap biasa saja, tapi Nana, wajah gadis itu memerah karena malu mendengar apa yang diucapkan oleh teman-temannya.

"HOI YANG BARU MARRIED BEDA YAA KAYAK ADA MANIS-MANISNYA GITU."

Nana memandang datar ke arah Felix yang kini jalan dengan teman-temannya menghampiri mereka berdua. Sepupu laki-lakinya itu menarik lengan Hyunjin, menghadap ke Jeongin.

Jeongin yang melihat kehadiran Hyunjin menatap datar ke arahnya sehingga membuat Nana meringis pelan. Felix menepuk bahu Hyunjin dan Jeongin, "dia mau minta maaf, Jeong."

"Maafin gue dulu yang gak tau kalo lo sama Nana tunangan, semoga kalian langgeng ya sampai maut memisahkan. Gue minta tolong lo harus jaga dia, kalo gak dia bakalan gue rebut dari lo."

Jeongin menganggukkan kepalanya pasti, "sudah kewajiban gue buat jagain dia."

Setelah Hyunjin dan Jeongin berdamai, suasana menjadi sedikit ribut. Apalagi saat geng-gengnya Felix yang juga termasuk geng Jeongin tebar pesona ke tamu undangan wanita.

Nana dan Jeongin sampai terkekeh melihat kelakuan mereka semua. Setelah acara berlangsung hingga sejam, Nana sedikit meringis ia menahan rasa sakit di kakinya karena heels yang ia pakai sedari tadi.

Menyadari hal tersebut Jeongin langsung menolehkan kepalanya menatap Nana dengan khawatir, "kamu kecapean, kaki kamu sakit?"

Nana menggelengkan kepalanya pelan, ia tersenyum berusaha meyakinkan Jeongin. "Gak papa kok Jeong."

"Tapi dari tadi wajah kamu gak nyaman, kita istirahat ke kamar aja ya?"

Mendengar apa yang barusan diucapkan oleh Jeongin membuat pipi Nana merona karena malu. "T-tapi kan tamunya masih banyak."

"Gak papa, biar aku ngomong sama mama."

Jeongin merangkul bahu Nana, lalu mereka menyusul kedua orang tuanya yang sedang berbincang-bincang dengan teman kerja mereka.

Menyadari kehadiran Nana dan Jeongin, mamanya Jeongin langsung menoleh menatap mereka.

"Maaa, Nana udah capek. Kasian dia dari tadi berdiri terus, aku sama dia langsung istirahat aja ya?"

Nana meringis ketika melihat tatapan yang orang tua mereka berikan "maaaa......"

"Iya-iya, aduh yang baru aja sah udah salting aja. Sana Jeong, ajak istri kamu istrihat sana."

Mereka berdua saling tatap kemudian meringis, ketika Jeongin dan Nana sudah berjalan menjauhi orang tuanya tiba-tiba Mas Chris menepuk pundak Jeongin sehingga membuatnya menatap lelaki tersebut.

"Main pelan ya."

Mendengar hal tersebut membuat Jeongin menggaruk tekuknya, tapi kemudian ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Nana yang curiga karena mereka hanya berbisik tanpa mau tau kalau disana juga ada Nana pun menatap Jeongin tajam. Sekarang posisinya mereka sedang di lift "Ngomong apa sih?"

"Enggak ngomong apa-apa."

"Jeong, aku ga percaya."

Jeongin terkekeh, ia menarik pinggang Nana sehingga membuat badannya menempel dengan Jeongin. Jeongin mencium sekilas bibir Nana sehingga membuat gadis tersebut salah tingkah.













Ketika mereka sudah sampai di lantai 25, Jeongin langsung memeluk pinggang Nana  dan mereka berjalan masuk ke kamar yang sudah disediakan.

Sebenarnya dari tadi Nana sudah gugup, padahal mereka sebelumnya selalu tidur bersama tapi entah kenapa rasanya kali ini jauh lebih membuatnya merasakan gugup.

"Tadi Mas Chris bilang apa?"

"Penasaran banget sih."

"Kan manusiawi, dia gak bilang yang aneh-aneh kan?"

Jeongin menunjukkan smirk nya. Ia menarik Nana ke arah sofa dan membuat Nana yang duduk di atas pangkuannya. Jeongin tersenyum ketika melihat kembali wajah panik istrinya yang malah terlihat menggemaskan itu.

Dengan tangan yang memeluk pinggang Nana Jeongin menarik tekuk istrinya lalu mencium bibir Nana yang selalu saja membuatnya merasakan ingin lagi dan lagi.

Dia melumat habis bibir Nana sehingga membuat gadis itu kewalahan dibuatnya.

"Manis. Selalu saja manis."

Nana yang mendengar pujian dari Jeongin pun tersipu malu. Apalagi ketika melihat wajah serius suaminya yang kini menatapnya dengan lembut.

"Na, terima kasih udah mau menerima aku. Semoga kita bisa melewati semuanya bersama-sama, dan semoga kita saling percaya ya."

Nana menganggukkan kepalanya, Jeongin tersenyum tipis kemudian kembali menarik tekuk Nana dan mencium bibir yang selalu saja membuat Jeongin menginginkannya.

Malam itu adalah hari yang sangat membuat mereka bahagia. Di dalam hati mereka berdoa semoga apa yang tengah mereka jalani kelak dan apapun cobaannya, semoga mereka bisa melewatinya dengan kepala dingin dan semoga mereka bisa menjaga pernikahannya.








end.













A/n
Ada yang mau sequel?????

DIJODOHIN | Yang Jeongin (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang