'Cinta itu sangatlah rumit. Menguras emosi dan kesabaran. Ibarat benang yang dimasukkan ke dalam jarum. Apalagi kalo lubang jarumnya kecil:v'
_Happy Reading_
Fajar sudah memperlihatkan dirinya dibalik awan yang begitu cerah. Ia tampak begitu ceria. Dengan senang hati ia menyinari bumi dengan kehangatannya.
Disebuah rumah yang tergolong mewah. Seorang cowok tengah sibuk di dalam kamarnya mencari seragam sekolahnya. Kamar cowok itu di dominasi warna hitam dengan perpaduan sedikit warna putih. Sudah lima belas menit yang lalu ia mencari seragamnya. Namun, tak kunjung ia jumpai. Ia merutuki dirinya sendiri karna ia selalu membiarkan barang barangnya tergeletak disembarang tempat. Termasuk seragam sekolah yang kini ia cari. Penyesalan memang selalu datang terlambat.
Cowok itu keluar dari kamar dan mencari sang ibu di dapur. Ia menuruni tangga rumahnya satu persatu. Ingin rasanya ia mematahkan anak tangga rumahnya ini yang telah membuat sepasang kakinya kelelahan.
"Maa... " Teriak cowok itu dengan suara yang menggelegar. Suara berat cowok itu memenuhi ruangan rumahnya.
"Ada apa Nathan? Pagi pagi kamu kok teriak teriak?" Tanya sang ibu dari arah dapur yang suaranya tak kalah nyaring dengan suara cowok itu.
"Maa... Seragam Nathan dimana? Nathan udah nyari sampe ke rumah tikus tapi gak ada ma." Keluh Nathan pada sang ibu layaknya seperti seorang bocah kecil yang sedang mengadu kesakitan kepada ibunya.
Nathan. Begitulah sapaan keluarga bagi cowok yang memiliki paras yang begitu tampan. Paras Nathan bagaikan pahatan yang begitu sempurna. Hidungnya yang mancung, ditambah rahangnya yang begitu kokoh. Tak satupun siswi sekolahnya yang tidak tertarik dengannya. Hal itulah yang membuat dia dinobatkan sebagai pangeran di sekolahnya. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang belum pernah orang lain ketahui.
"Yaampun Nathan. Kamu itu udah besar! Nyari pakaian aja belum bisa! Apa perlu mama masangin seragam kamu sekalian?" Ucap sang Ibu dengan ceramah singkat yang membuat Nathan tersenyum kecil.
"Aduh maa.. Ceramahnya ntar pulang sekolah dilanjutin yaa... Sekarang baju Nathan mana? Udah mau telat ni." Jawab Nathan dengan wajah yang sudah panik. Bagaimana tidak sebentar lagi bel sekolahnya akan berbunyi dengan nyaring. Tak peduli dengan alasan apapun nantinya yang akan dilontarkan Nathan pada guru BP kesayangannya.
Sinta sang ibu memasuki kamar Nathan yang disusul oleh Nathan. Sinta membuka lemari baju Nathan. Sinta memeriksa tiap sudut lemari. Tak sampai beberapa menit, Sinta sudah menemukan seragam Nathan dan memberikannya pada Nathan. Lalu Sinta keluar dari kamar Nathan. Ternyata seragam itu sedang bermain petak umpet dengan Nathan.
"Dasar seragam gak tau diri! Kalo gue lulus gue akan bakar lo hidup hidup." Nathan berucap pada seragamnya. Namun seragam itu tak merespons perkataan yang baru saja dilontarkan Nathan.
Nathan meraih kunci mobilnya di nakas dan berpamitan pada Sinta yang sedang membuat sarapan. Ia memasuki mobil sport nya dan menghidupkan mesin sang mobil. Mobil sport itu melaju kencang membelah jalan raya.
***
Gadis cantik yang masih berseragam putih abu abu tampak sedang panik. Gadis itu tengah menunggu transportasi umum. Ya dia akan ke sekolah. Tapi sudah setengah jam berlalu tak satupun batang hidung transportasi ia jumpai.
Sudah keberapa kalinya ia melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Jarum jam yang ia lihat, semakin membuatnya panik. Bagaimana tidak sebentar lagi pelajaran pertama akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA
Teen FictionArunika Joyce seorang gadis yang tidak menyukai senja. Baginya senja hanyalah akhir dari kisah cintanya. Jonathan Bagaskara seorang cowok yang sangat menyukai fajar. Baginya fajar menjadi saksi awal kisah cintanya. Lantas bagaimanakah kisah cinta k...