"Terkadang rasa itu tidak harus diutarakan. Biarkan saja ia menyadari dengan sendirinya!"
Hubungan Nancy dan Arunika sudah semakin membaik. Lihat saja, malam ini Nancy ikut bergabung untuk makan malam bersama keluarga Arunika.
Canda gurau, kehangatan, dan kegembiraan keluarga Arunika, mengingatkan Nancy kepada orang tuanya. Entah apa kabar mereka di sana. Mungkin mereka sudah tidak peduli lagi dengan Nancy. Begitu pikir Nancy setelah ia membuat orang tuanya teramat kecewa.
Makan malam pun berakhir dengan penuh kehangatan. Nancy dan Arunika beranjak menuju kamar, lebih tepatnya kamar Arunika. Ya, malam ini mereka akan kembali berdiskusi untuk menjebak gadis sialan itu.
"Kalian tidurnya jangan kemaleman!" peringat Ibu Arunika yang kemudian beranjak menuju sofa dimana suaminya tengah menonton televisi.
"Iya, Ma,"
"Siap, tante,"
Sahut Arunika dan Nancy yang hampir sampai di depan kamar Arunika.
"Nancy, lo udah dapat info apa aja tentang si Alhena?" Tanya Arunika yang sudah penasaran.
Keduanya tengah berdiri di dekat balkon kamar Arunika sambil menikmati angin malam dengan bintang yang bertaburan di langit. Indah.
"Gue udah dapat satu bukti, bentar gue ambil hp dulu, tadi gue cas soalnya," Jawab Nancy dan segera beranjak menuju kamarnya.
"Buruan, gue udah gak sabar," Ujar Arunika sembari mendorong pelan bahu Nancy.
Sekejap setelah menghilang di hadapan Arunika, Nancy sudah tiba kembali dengan ponsel di genggamannya.
"Nih, lo dengerin kalau perlu pake earphone biar makin jelas kebusukan wanita ular itu," Saran Nancy yang terdengar seperti amarah.
"Stay calm, gurl!"
Setelah menelaah rekaman suara tersebut, Arunika ingin secepat mungkin mencabik-cabik wajah Alhena yang sok kecantikan itu. Tak hanya mengetahui siapa pelaku teror itu, Arunika juga mendapat fakta yang mengejutkan jika Imanuel, kakak kelas yang pernah menyatakan cinta padanya ikut terlibat dalam aksi kejahatan Alhena.
Untung aja waktu Kak Nuel nembak gue Nathan datang, kalau gak gue pasti bakalan nyesal nerima tuh cowok. Gue mesti berterimakasih sama Nathan. Batin Arunika mengingat kejadian ketika Imanuel menyatakan cintanya.
"Gimana? Lo udah semuanya kan?" Tanya Nancy menunggu reaksi Arunika.
"Maaf ya, Nancy, selama ini gue gak percaya sama lo," Arunika kemudian mengembalikan ponsel Nancy setelah mengetahui semua fakta yang selama ini ia cari.
"It's okay! Lain kali lo harus percaya sama gue," Ujar Nancy sambil menaik-naikkan alisnya. Berusaha menggoda Arunika.
•••
Arunika dan Nathan sudah membuat janji untuk pergi ke makam Yunda. Walaupun Arunika dan Nathan sering beradu mulut, terkadang juga mereka akur.
Nathan sudah tiba di depan kelas Arunika. Seragam Nathan sudah tidak serapi pagi tadi. Kemeja seragamnya sudah keluar, dan dasinya pun sudah mengendur. Hal itu membuat beberapa siswi berteriak histeris.
Sebelumnya Nathan tidak mau datang ke kelas Arunika untuk menjemputnya. Namun, Arunika bersikeras dengan alasan ia takut ke kelas Nathan karna banyak senior. Arunika harus membutuhkan keberanian yang besar untuk menginjakkan kaki di kelas para senior. Akhirnya Nathan mengalah karena Arunika yang terus memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA
Teen FictionArunika Joyce seorang gadis yang tidak menyukai senja. Baginya senja hanyalah akhir dari kisah cintanya. Jonathan Bagaskara seorang cowok yang sangat menyukai fajar. Baginya fajar menjadi saksi awal kisah cintanya. Lantas bagaimanakah kisah cinta k...