12

1.1K 97 2
                                    



"HENTIKAN!!"

Suara tegas itu mampu membuat sekujur tubuh Alhena menciut. Bagaimana tidak, sang pemilik suara itu terlihat begitu tersulut emosi.

"Nathan, gu--gue," Alhena berusaha menjelaskan pada Nathan untuk membela dirinya.

"Tutup mulut lo itu!" Nathan berkata dengan tatapan tajam.

"Tapi-- gue gak salah Nathan," Alhena masih berusaha untuk membela dirinya.

"Lo pergi sekarang! gue gak mau dengar apapun dari mulut lo itu!" Bentak Nathan pada Alhena.

"Well, gue akan pergi. Tapi ingat masalah gue sama cewek ini masih belum selesai." Jari telunjuk Alhena terangkat ke udara dan mengarah ke wajah Arunika. Kemudian Alhena berlalu meninggalkan mereka.

"Lo gak papa?" Nathan khawatir akan keadaan Arunika.

Arunika hanya menggeleng sebagai sebuah jawaban. Dua detik kemudian, Arunika sudah berhambur ke dalam pelukan Nathan.

Nathan membalas pelukan Arunika. Kini sebelah tangan Nathan mengelus punggung Arunika untuk menenangkannya. Keduanya merasa nyaman di posisi seperti itu.

Amel yang melihat hal itu senyam senyum sendiri. Ia ikut senang melihat sahabatnya itu.

"Gue kapan coba bisa pelukan sama cogan?" Batin Amel yang mulai ngawur.

Di sisi lain, Nancy merasa hatinya tercabik-cabik melihat pemandangan itu. Sangat menyakitkan baginya ketika melihat Nathan berpelukan dengan Arunika. Air mata Nancy hampir saja jatuh, namun ia tetap berusaha untuk kelihatan tegar.

•••

Pagi minggu Nathan selalu mengisinya dengan kegiatan rutinitasnya yaitu nge-gym. Di rumah Nathan sengaja dibuat sebuah ruangan yang berisi alat-alat gym.

Peluh Nathan telah membasahi sekujur tubuhnya. Hal itu membuat ia semakin terlihat sexy. Ditambah lagi dengan badan bagian atasnya yang tidak ditutupi oleh sehelai benang, membuat dada bida bidang miliknya begitu tersohor. Kaum Hawa manapun yang melihat Nathan akan terbang ke awan-awan.

Drt.. Drt..

Suara ponsel Nathan yang sengaja ia letakkan di atas meja. Ia pun menghentikan aktivitasnya sejenak dan beranjak untuk mengambil poselnya. Dahinya berkerut ketika melihat nomor baru di layar ponselnya.

"Ini siapa ya? Gue angkat aja kali," Nathan berbicara pada dirinya sendiri.

Nathan kemudian menekan tombol hijau di layar ponselnya, lalu ia mendekatkannya di indra pendengarannya.

"Hallo,"

"Hallo Than, gue Nancy,"

"Ngapain lo nelpon gue?!" Ketus Nathan.

"Nathan gue mau minta maaf, gue pengen hubungan kita bisa seperti dulu lagi." Jawab Nancy dengan penuh harapan disetiap kata yang terucap dari bibirnya.

ARUNIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang