'Gue bingung. Gue yang menebar kesialan. Atau dia yang menebar cinta'
_Happy Reading_
"Kalian ini mau jadi apa besarnya nanti?!" Tanya Pak Ridwan selaku guru BP SMA Tunas Bangsa.
Cowok dan gadis itu sampai di sekolah saat perkarangan sekolah sudah sepi. Yaa mereka terlambat.
"Mau jadi oranglah pak." Jawab Cowok itu apa adanya dengan sedikit cengiran.
Gadis di samping cowok itu hanya menahan tawanya akan Jawaban konyol cowok itu.
"Jonathan Bagaskara! Kamu itu sudah kelas dua belas. Bagaimana bisa nantinya kamu lulus kalau karakter kamu seperti ini?!" Ceramah Pak Ridwan.
'Jonathan Bagaskara' Batin gadis itu ketika mengetahui nama cowok di sampingnya. Ia merasa sangat beruntung dapat mengetahui nama cowok tampan itu.
"Dan kamu! Siapa nama kamu dan kelas berapa?" Tanya Pak Ridwan sambil menunjuk gadis yang sedang menahan tawanya.
"Sa-saya Arunika Joyce Pak. Kelas sepuluh." Jawab Arunika dengan gaya sok polosnya.
"Kamu baru juga umur jagung di sekolah ini, udah berani terlambat!" Bentak Pak Ridwan.
"Pak-- sebenarnya saya terlambat karna dia!" Ucap Arunika menunjuk ke arah Nathan dengan dagunya.
"Heh! Jelas jelas lo yang buat gue terlambat!" Protes Nathan tak terima akan tuduhan yang baru saja dilontarkan Arunika.
"Lo--"
"Lo-"
"Lo"
Perdebatan itu terjadi begitu saja. Argumentasi yang dikeluarkan oleh ke dua belah pihak anggota caleg saling bertentangan.
"SUDAH!! SEKARANG KALIAN SAYA HUKUM BERSIHKAN TOILET!!! " Ucap Pak Ridwan menengahi perdebatan antara kedua anggota caleg itu. Lalu ia meninggalkan kedua makhluk itu.
"Elo sih-- pake nuduh nuduh gue segala" Kesal Nathan akan hukuman yang baru saja dijatuhkan oleh guru BP nya.
"Lo kok jadi nuduh gue sih?!" Protes Arunika.
"Karna emang lo pantas mendapatkan tuduhan itu." Ucap Nathan kesal lalu meninggalkan Arunika.
Arunika hanya memasang wajah kesalnya pada Nathan. Ia menyusul Jonathan untuk mengambil peralatan kebersihan Toilet.
***
Arunika bercerita panjang pada sahabatnya yaitu Amel. Ia menceritakan semua tentang harinya pada Amel. Mereka sedang berada di kantin.
Amel dengan senantiasa mendengarkan cerita Arunika yang tidak terlalu menarik baginya. Namun, sebagai sahabat yang baik, Amel rela mendengarkan semua celotehan Arunika.
"Jadi lo tadi terlambat? Terus kenak hukum sama Pak Ridwan bersihin toilet?" Tanya Amel dengan nada yang lumayan tinggi.
"Ho-oh" Arunika berucap dengan anggukan kepalanya.
"Pantesan daritadi bau tai!" Ucap Amel.
Arunika mencium seragamnya. Ia tak percaya dengan perkataan Amel.
"Ternyata lo bener Mel." Pasrah Arunika menerima nasibnya.
"Gue bilang apa juga. Mending sekarang lo pake parfum gue. Biar lo wangi kayak gue." Ucap Amel sambil menyodorkan botol parfum kecilnya ke arah Arunika.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA
Teen FictionArunika Joyce seorang gadis yang tidak menyukai senja. Baginya senja hanyalah akhir dari kisah cintanya. Jonathan Bagaskara seorang cowok yang sangat menyukai fajar. Baginya fajar menjadi saksi awal kisah cintanya. Lantas bagaimanakah kisah cinta k...