14

1.2K 113 18
                                    

'Kau tahu kenapa angin tak terlihat? Karna yang tulus hanya bisa dirasakan bukan dilihat'

•••

Sepulang sekolah Arunika tak langsung pulang ke rumahnya. Melainkan ia menuju rumah Nathan. Arunika membawa kotak yang masih mengganggu pikirannya untuk ia perlihatkan pada Nathan.

Arunika memencet bel rumah Nathan. Ia menunggu beberapa menit. Decihan pintu pun memecahkan lamunan Arunika. Seorang wanita paruh baya keluar dari balik pintu. Arunika menafsir kalau wanita itu adalah asisten rumah tangga Nathan.

"Ada yang bisa saya bantu non?" Tanya asisten rumah tangga Nathan dengan ramah.

"Mm-- begini bi, saya ini temennya Nathan. Dianya ada di rumah gak, bi?" Arunika menjawab dengan sopan.

"Temen apa pacarnya den Nathan, non?" Gurau Bi Ijah seraya tertawa ringan.

"Saya cuma temen sekolahnya, bi." Ada perasaan lain ketika Arunika harus mengatakan kalau dia dan Nathan hanya sebatas teman. Entah mengapa hatinya berbanding terbalik dengan ucapannya.

"Den Nathan nya ada di kamar. Non masuk dulu." Ajak Bi ijah.

Arunika mengekori Bi ijah. Arunika melemparkan pandangannya untuk mengamati rumah Nathan yang cukup luas.

"Non, duduk sini dulu. Bibi mau manggil Den Nathan," Bi Ijah mempersilakan Arunika untuk duduk di sofa berwarna coklat yang berada di ruang tamu.

"Iya bi." Arunika menghempaska bokongnya di sofa. Lalu ia mengambil ponselnya dan berselancar di media sosial miliknya.

Lima menit kemudian Arunika masih berkutat pada ponselnya. Sehingga ia tak mendengar langkah kaki Nathan dari balik punggungnya.

"DOR!!" Nathan mengagetkan Arunika seraya menepuk kedua bahu Arunika.

Arunika terlonjak kaget. Ponselnya pun terlepas dari genggamannya alhasil ponselnya berciuman dengan lantai.

"Hahaha. Makanya jangan fokus ke hp mulu." Nathan tertawa dengan terbahak-bahak. Sebelah tangannya memegang perutnya.

Arunika kesal bukan main. Ia memukul dada Nathan. "Lo ngeselin banget sih!" Arunika memanyunkan bibir seraya mengambil ponselnya.

"Peace." Nathan mengangkat tangan kanannya, jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf 'v'. Tak lupa Nathan memasang seulas senyuman.

Arunika memalingkan wajahnya dari Nathan. Walaupun sebenarnya Arunika masih ingin memandang ciptaan Tuhan yang begitu memanjakan matanya.

"Gue minta maaf." Nathan mengacak-acak rambut Arunika dengan gemas.

Arunika luluh dengan perlakuan Nathan. Lalu ia menganggukan kepala sebagai jawaban ucapan maaf Nathan.

"So, lo ada urusan apa ke rumah gue? Kangen ya sama gue?" Nathan berlagak songong sambil melipat kedua tangannya.

"Najong!" Ketus Arunika. Keduanya pun memilih untuk duduk di sofa.

"Bibi udah buatin es jeruk buat kalian," Ucap Bi Ijah yang tengah membawa dua gelas es jeruk. Bi Ijah mengangkat salah satu gelasnya dari atas nampan dan hendak memberikan pada Arunika. Namun sayang, es jeruknya tertumpah di baju Arunika. Kucing Nathan yang tiba-tiba melintas dan menyenggol kaki Bi Ijah membuat wanita paruh baya itu terkejut.

Sejak kecil Nathan sangat menyukai kucing. Itu sebabnya sampai sekarang  Nathan memiliki kucing di rumah.

"Maaf non, Bibi gak sengaja." Lirih Bi Ijah seraya memandang ke arah Nathan. Ia takut jika Nathan marah padanya.

"Gak papa, Bi." Arunika membersihkan bajunya dengan tangannya.

Bi Ijah pun kembali beringsut ke dapur setelah memastikan Arunika ataupun Nathan tidak marah padanya.

"Lo pake baju gue aja. Ikut gue," Tawar Nathan. Nathan beringsut menuju kamarnya, sedangkan Arunika menyusulnya dari belakang. Kucing Nathan pun juga mengikuti keduanya.

Sesampai kamar Nathan, Arunika memandangi kamar cowok itu. Perpaduan warna hitam dan putih membuat kamar Nathan terlihat simple.

Nathan membuka lemari baju miliknya yang hanya terdiri dari tiga pintu. Lalu ia mencari baju kaos miliknya untuk dikenakan Arunika.

"Lo pake yang ini aja," Nathan melemparkan kaos berwarna hitam dengan tulisan mine berwarna putih di bagian depan kaos itu.

Arunika yang tengah di kasur Nathan menangkap kaos itu. "Keluar gih. Gue mau ganti baju. Awas lo ngintip!" Arunika memberikan tatapan ancaman pada Nathan.

"Gue gak doyan ngintip lo!" Balas Nathan lalu berlalu keluar dari kamarnya. Punggung Nathan hilang bersamaan tertutupnya pintu kamar.

"Buruan!" Teriak Nathan dibalik pintu yang sama sekali tak digubris oleh Arunika.

Arunika menghirup dalam-dalam aroma khas Nathan yang menempel di kaos yang sudah ia kenakan. Aroma cowok itu sangat memanjakan indra penciumannya.

•••

"Gue curiga sama Nancy," Ucap Nathan setelah mendengarkan Arunika bercerita panjang lebar mengenai kotak yang  didapati Arunika di kelas.

"Kok lo curiganya sama Nancy?" Tanya Arunika dengan dahi yang mengernyit. Lalu gadis itu mencelupkan kedua kakinya ke dalam kolam. Ya, keduanya tengah duduk di pinggir kolam renang rumah Nathan.

"Sebenarnya Nancy itu mantan gue. Dan kemarin ia nelfon gue dan minta balikan. Terus gue nolak dia. Dan gue rasa dia mau balas dendam sama gue," Nathan menjelaskan semua tentang masa lalunya bersama Nancy.

Tentu saja Arunika kaget dengan kenyataan yang harus ia dengar dari bibir Nathan.

"Kenapa lo gak pernah cerita sama gue?" Tanya Arunika.

"Karna itu privasi gue. Dan maaf kalo baru sekarang gue baru bisa cerita sama lo," Nathan menggenggam sebelah tangan Arunika untuk meyakinkan gadis itu.

"Iyaa gue ngerti. Tapi rencana lo apa buat buktiin kalo Nancy pelakunya?"

"Besok malam lo aja Nancy ke cafe dekat sekolah. Setelah itu kita interogasi Nancy. Gimana, lo setuju?"

"Gue setuju." Ucap Arunika sambil menganggukkan kepalanya.

"Btw, lo lucu pake baju yang ukurannya lebih besar dari badan lo," Ujar Nathan seraya terkekeh.

"Eh-- baju lo gue balikkin besok aja ya." Arunika gugup. Ia mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau berada dalam situasi canggung seperti ini.

"Gak lo balikkin juga gak papa, kalo lo suka ambil aja." Nathan tersenyum tulus ke arah Arunika.

"Lo seriusan?"

"Hooh."

"Gue pulang dulu ya, soalnya udah sore," Ucap Arunika setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Gue antar ya,"

Arunika hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan Nathan. Lalu keduanya beringsut menuju garasi mobil Nathan. Kemudian Nathan menghidupkan mesin mobilnya. Mobil itupun membelah jalanan yang cukup ramai.

•••

Maaf ya gue baru up hehe...

Jangan lupa vote dan comment kalian. Jangan jadi siders yee^^

Follow instagram gue: @anthonlc_

Ajak teman kalian buat baca cerita gue yaa...

Big love

Antonius Lase



ARUNIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang