16. One Night In a Strange City pt. 2

1.6K 197 24
                                    




Part ini fit banget sama lagunya adek Jeon yang judulnya Euphoria.

Dengarkan lagu itu dengan hatimu, lalu baca yaa~~

***

Lampu yang berkilau di jalanan membuat Jimin dan Chenya tersenyum. Banyak kenangan jika diucap kata 'jalan' . Dahulu, dia dan Chenya sering sekali menghabiskan waktu untuk menembus malam dan padatnya keramaian sambil berlari-lari kecil.

"Korea tidak banyak berubah ya Chim," Jimin melihat ke sisi wanita itu, satu tangan Chenya dia gunakan untuk merasakan dinginnya embun dingin malam. Iris Chenya yang berbinar saat tatapan mata mereka bertemu membuat Jimin ikut tersenyum seolah kebahagiaan itu turut mengalir kedalam hatinya.

"Korea sepi, tidak ada lagi gadis yang hobi menabrak orang lain di keramaian," Chenya mempoutkan bibirnya dan Jimin tersenyum sambil mengusap rambut gadis itu.

"Oh ya, Chim. Maaf aku memintamu menjemput, kau pasti sangat sibuk ya. Kalian kan sudah menjadi artis berkelas. Aku merasa tersanjung sekaligus tidak enak," Chenya melihat ke sisi Jimin yang tersenyum sambil menyetir. Tidak ada yang banyak berubah dari pacarnya -- dulu itu. Ramah dan hangat, lembut dan perhatian.

Hanya beberapa detik saja, ketika Park Chenya usai mengatakannya, Lelaki itu ingat bagaimana dia meninggalkan Seulgi. Apakah dapat disebut meninggalkan atau bahkan membatalkan dia tidak tahu pasti. Perasaannya yang tiba-tiba sesak ini menjadi pertanda bahwa dia merasa bersalah. Salah. Salah karena tidak menemui kekasihnya di suatu tempat.

Chenya merasakan kecepatan Jimin dalam membawa mobil yang meningkat. Dia ingin bertanya namun melihat Jimin yang tiba-tiba gusar sambil sesekali memukul kemudi membuat gadis itu diam.

"Ada masalah?" Chenya membuka suara. Dia ketakutan sembari memegang safetybelt dengan kuat. "Chim," panggilnya lagi.

"Jimin,"

"Ah iya, maaf aku --"

"Hotelku sudah dekat, sebaiknya kau langsung pulang."

Jimin mengangguk dan beberapa menit kemudian dia menghentikan mobilnya di depan hotel mewah milik keluarga besar Park Chenya. Dia dengan rendah hati meminta maaf bahwa tidak bisa ikut keluar dan mengantar Chenya ke dalam. Hal yang dia lakukan adalah tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Jimin, dia yang tadinya terburu-buru menjadi diam di dalam mobil. Sedetik, dua detik, dia mencerna mengapa perasaannya begitu tidak nyaman. Segera ia merogoh handphone dari dalam saku jaketnya, menggulir layar benda itu lalu menemukan sebuah nama.

Sheismine💛

Sebuah tulisan dalam bahasa Inggris dan diakhiri dengan tanda hati berwarna kuning menjadi perhentiannya dalam mengutak-atik benda itu.

Park Jimin memutar bola matanya ke kiri dan kanan, jemari tangannya ia gunakan untuk mengetuk pelan kemudi. Dalam hatinya ia menghitung sebuah nada pertanda bahwa panggilan belum juga di jawab.

Tut, tut, Tut ...

Masih dengan perasaan yang gusar dan sedikit kacau, jujur, dia sangat benci perasaan ini. Meraba-raba, membayangkan kenapa dia tidak bisa tenang, apa alasannya dan kenapa ini terjadi, membuat Jimin frustasi.

Dalam kegelisahannya, dia mendapatkan panggilan masuk dari seseorang dengan nama 'Kim Irene noona'. Dia pun segera meletakkan handphone di telinga,

Dengan lemah dan sedikit malas-malasan, dia menjawab, "Yeobeose-"

"Jimin-ssi, antar Seulgi pulang sekarang, kakinya harus segera diperiksa. Aku mohon, sekarang juga!" Jimin di buat membeku dengan ucapan itu. Suara itu terdengar meminta dengan putus asa, membuat Jimin lebih merasa cemas seratus kali lipat.

SEULMIN is REAL [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang