7-Proklamasi

196 16 0
                                    

Nittt..nittt..nittt..
Alarm nakal yang berbunyi berhasil membangunkan Sehun. Sepertinya hari ini akan lebih baik, ukiran senyum tercipta dari bibir Sehun. Iapun beranjak dari kasur dan bergegas mengguyur tubuhnya dengan kumpulan air.

20 menit ia habiskan untuk mandi. Tak seperti biasanya, dendangan merdu menghiasi kamar Sehun. Mengeringkan rambut sambil berkaca, memakai seragam, jangan lupa tersenyum kembali kepada diri sendiri melalui pantulan kaca.

"Kamu itu laki-laki Oh Sehun, dan takdir seorang laki-laki itu melindungi. Bagaimana kamu melindungi orang lain jika kamu gagal melindungi diri sendiri?" Bibir monyong dan gestur tubuh yang dibuat seperti menirukan seseorang.

"Nee.. araseo araseo eommanim. Hahaha." Sehun sendiri saja menganehkan dirinya pagi ini.

"Du dudu duuu duu." Yeon So heran, siapa yang menyanyi pagi-pagi seperti ini. Yeon So masih sibuk menyiapkan sarapan di dapur.

"Anyeong eomma.. selamat pagi.." Sehun duduk di kursi yang sudah disiapkan, mengambil roti dan memakannya lahap.

"Anyeong.. ada apa kamu hari ini? Tumben semangat sekali, tidak seperti biasanya." Yeon So menggeleng-gelengkan kepala karena merasa aneh pada Sehun.

"Tidak apa-apa hanyaa senang saja. Oh yaa eomma, hari ini aku naik bis lagi saja. Hehe"

"Terserah kamu, yang penting hati-hati."

"Siap." Sehun memberi tanda hormat kepada ibunya, segera setelah selesai ia berangkat menuju sekolah. Tak lupa ia berpamitan sebelum berangkat.

Sehun akhir-akhir ini lebih suka untuk berangkat naik bis, mungkin ia suka melihat siswa lain yang berangkat berbarengan dengannya. Kursi dekat jendela merupakan tempat favoritnya.

"Lihatt.. lihatt.. itukan anak sekolah sebelah.. wahhh aku jadi betah jika berangkat harus disuguhi pemandangan indah setiap pagi."

"Apakah dia trainee di suatu agensi.. kenapa kadar ketampanannya tercampur oleh surga."

Dua anak perempuan yang duduk bersebelah sedang membicarakan Sehun. Namun Sehun tidak sadar, karena ia sibuk melihat orang-orang berlalu lalang dan gedung tinggi yang menjulang di luar sana.

Halte dekat sekolahan sudah hampir sampai. Sehun bersiap-siap untuk turun, ketika berdiri ia terpaksa berhenti sejenak karena tangannya ditahan oleh seseorang.

"Permisi.. boleh tau namamu?" Seorang perempuan memegang tangan Sehun.

"Oh Sehun.. Sehun-imida." Sehun yang tersipu malu bergegas lari untuk turun, ia tak menyangka bahwa seorang perempuan mengajak kenalan dirinya dahulu.

Jantungnya sedikit berdebar, daripada mengingat-ingatnya hanya membikin deg-deg an, Sehun memilih menuju ke kelasnya.
Sebenarnya Sehun cukup dikenal di satu angkatannya, hampir semua murid perempuan mengenali Sehun. Oleh karena ketenarannya itu, ada saja murid laki-laki yang sengit kepada Sehun, seperti Jeong Pyo.

Sehun baru saja duduk dan membuka buku yang ia baca akhir-akhir ini. Sampaii..

"Yak.. Oh Sehun. Cepat ikuti kami." Panggil Kim Jeong Pyo dari pintu kelas Oh Sehun.

Sehun yang tengah duduk asik membaca buku sontak menolehkan kepalanya ke arah pintu. Ekspresi mukanya seketika berubah takut. Ia hanya berharap mempunyai satu hari tanpa mendapat gangguan dan perlakuan bullying dari Kim Jeong Pyo dan teman-temannya.

Your Idol Is My OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang