Rafa, Faya, dan Vano kini sedang bersantai di ruang tengah rumah dinas mereka. Hari ini mereka dibebaskan dari segala macam misi yang selalu mengelilingi mereka. Dan hari ini mereka cukup bernafas lega.
"Fay,"
"Hem,"
"Gue meresa ada yang aneh," Vano berkata sambil memikirkan sesuatu yang Faya tentunya tidak tau.
Faya melirik sebentar. "aneh kenapa?" Tanyanya.
"Gue merasa dibagian tertentu tubuh gue ada yang bergetar dan berbunyi," kata Vano dengan wajah serius.
Mengerti akan maksud dari Vano, Faya hanya mendengus kesal. "Tinggal bilang kalo lo laper bang, nggak usah berbelit-belit," Katanya dengan sinis.
"Hehehe, lo emang adek gue yang paling peka, unch, tambah sayang deh gue,"
Faya berdecak sinis. "Emang adek lo ada berapa bang?" Katanya.
"Lo kan cewek Fay, masakin gih," pinta Vano. Faya yang malas berdebat pun beranjak pergi ke dapur.
Rafa sudah terbiasa melihat pertengkaran antara kakak-beradik ini, jadi ia tak ambil pusing. lebih baik ia tidur, pikir Rafa.
***
Rafa merasa tubuhnya pegal-pegal, kemudian ia memutuskan untuk bangun dari sofa. Ia melangkah menuju taman belakan rumah. Dari jauh ia melihat Faya yang duduk di kursi panjang taman, melangkah untuk mendekat itulah yang ia putuskan.
"Lagi ngapain?" Dua kalimat terlontar dari bibir Rafa dengan nada datar. Faya mendengarnya, ia tau suara siapa.
"Duduk," Faya menjawab tanpa menoleh kearah Rafa.
Rafa mengangguk dan tanpa basa-basi ia duduk disebelah Faya. Memejamkan kedua matanya sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
"Fay,"
"Hem,"
"Waktu digudang tua belakang sekolah, lo nggak di apa-apain kan, sama mereka?" Tanya Rafa dengan nada yang serius.
Mendengar pertanyaan Rafa, ingatan Faya melayang pada kejadian seminggu yang lalu, dimana dia melakukan kecerobohan, sehingga ia tertangkap dan harus berhadapan dengan Jerry, si licik dan mesum. Sampai hari ini, ia tidak rela, keningnya ternoda dengan ciuman dari Jerry si brengsek itu.
"Nggak, cuma kening gue dicium sama dia," Faya berucap dengan nada kesal, karena mengingat hal itu.
Entah mengapa, Rafa terlihat sedikit emosi. Rafa memandang kening Faya dengan tatapan penuh arti, sementara Faya hanya mengangkat sebelah alisnya.
Tiba-tiba Rafa mendekatkan wajahnya ke wajah Faya. Faya yang dilanda kebingungan pun hanya menatap Rafa bingung.
"Ada apa Raf?" Tanya Faya.
Menggeleng, itu yang Rafa lakukan. Kemudian...
Cupp
Rafa mendaratkan kecupan ringan di kening Faya, "biar bekas si brengsek itu hilang," katanya.
Syok, itu lah yang Faya rasakan, ia tak pernah berfikir bahwa Rafa akan menciumnya untuk menghilangkan jejak Jerry di keningnya. Ia berusaha mengumpulkan semua kesadarannya.
Belum sempat ia mengeluarkan kata-kata, Rafa langsung menyela.
"Fay,"
"Apa?"
"Badan gue pegel-pegel semua, rasanya kayak remuk,"
"Terus gue harus ngapain Raf?" Faya menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Pijitin gue dong Fay," entah itu meminta tolong atau memerintahnya, karena Rafa berkata dengan nada yang datar.
Faya menganga lebar, "Whattt! Pijitin? Lo pikir gue tukang pijit apa, hah!" Seru Faya.
Rafa hanya menoleh sebentar, "iya," jawabnya dengan santai tanpa ragu.
"YAKKKK! RAFA, LO NGESELIN YA." suara teriakan dari Faya yang menggelegar. Rafa hanya menutup kedua telinganya, berharap telinganya tidak akan tuli setelah ini. Tanpa Faya sadari, diam-diam Rafa tersenyum tipis, sangat tipis.
"Berisik!"
____________________________________
Halo,, aku kembali lagi, maaf ya, seharusnya kemarin aku up-nya tapi kuota ku habis.
Selamat membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET AGENT (Revisi)
Action" Target selanjutnya adalah robert de frans, direktur utama perusahaan Frans Corp, dia memiliki proyek ilegal dan termasuk anggota Mafia." Ucap sang ketua. "APA!!!" jawab mereka kaget. Hayoo kepo ya? kenapa mereka kaget, baca cerita aku yuk, biar ga...