Keputusan

1K 56 10
                                    

Saat ini Rafa, Faya, Vano, serta beberapa anggota inti agent rahasia sedang berkumpul. Namun kali ini ada yang berbeda. Rafa membawa sepupunya, ia bilang mungkin akan berguna dimisi kali ini, terdengar mengesalkan memang ucapan Rafa, namun mereka hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Rafa, sepertinya kamu punya ide untuk masalah ini, sampai kamu membawa sepupumu ini," kata pak komandan, pimpinan mereka.

Faya yang berdiri didekat Rafa hanya melirik Rafa, sekilas ia bisa melihat seringaian dari Rafa. Hal yang selalu membuat ia kesal akan sikap Rafa.

"Tentu" jawab Rafa singkat.
"Perkenalkan dia adalah sepupu saya, namanya Calya," lanjutnya.

Semua mata tertuju pada Calya, dari segi pengamatan gadis itu terlihat lugu, polos, dan manis, namun jika dilihat lebih teliti lagi ada sinyal berbahaya yang terpancar dari Calya.

Faya tersenyum miring, seakan tahu apa yang direncanakan oleh Rafa, "Raf, jangan bilang kalo ini bukan kita yang maju, tapi sepupu loe ini?" Bisik Faya sangat pelan, sehingga tidak ada yang mendengarnya.

Seringaian kembali muncul dari sudut bibir Rafa, "loe selalu tahu apa yang gue rencanakan, jangan-jangan loe emang tulang rusuk gue yang hilang," bisik Rafa lirih dengan nada menggoda.

Faya hanya memutar bola matanya malas. menurut Faya, jika Rafa sedang dengan dirinya lebih tepatnya berdua, semua sifat dingin yang menempel seakan-akan hilang entah kemana.

"Ngimpi nggak usah ketinggian!" bisik Faya dengan sinis.

Disisi lain Vano melihat ulah keduanya hanya memutar bola matanya malas. Sudah biasa melihat kelakuan keduanya yang aneh. Saling berbisik-bisik mesra namun nyatanya hanya berisi godaan gila.

"Jadi?"

"Rafa?"

"Eh, maaf Ndan,"

Rafa hanya meringis malu karena asyik sendiri dengan percakapannya  dan Faya.

"Makanya jangan pacaran Mulu loe, yang lain udah pasang telinga buat dengerin penjelasan dari loe, eh malah yang ditungguin entah lagi ngapain," sindir Vano.

Pemimpin mereka yang sering disebut Komandan hanya bisa menghela nafasnya, melihat tingkah laku anak buahnya tidak ada yang waras.

"Ok, Rafa silahkan lanjutkan penjelasannya," titah pak Komandan.

"Baik, jadi inti dari rencana saya adalah mengirim sepupu saya menjadi mata-mata disana, dan kebetulan disana sedang membutuhkan sekretaris, jadi ini akan lebih mudah untuk penyelidikan kali ini, dan kenapa kasus kali ini Faya dan saya akan terlibat dibelakang layar? Karena, jika Faya yang menjadi mata-mata itu tidak akan mungkin, pasalnya target kita kali ini merupakan teman masa kecil Faya, tentunya target akan sangat mudah menebak tujuan kita, " jelas Rafa.

Dan lebih jelasnya si, biar Faya nggak deket-deket sama si Gio-Gio itu, batin Rafa.

"Baik, saya setuju dengan rencana Rafa ini, lalu bagaimana dengan yang lain? Apakah kalian setuju?" Tanya pak Komandan.

"SETUJU NDAN!"

"Ok, untuk rapat kali ini cukup sampai disini saja, kalian bisa melanjutkan kegiatan kalian masing-masing," kata pak komandan.

                               ***

Saat ini Faya dkk sedang berada di apartemen Rafa, duduk santai ditemani dengan cemilan enak dari kulkas Rafa tentunya. Jika kalian tanya bagaimana dengan pemilik cemilan-cemilan tersebut, ia sekarang sedang asyik tiduran di sofa tetapi menampilkan raut wajah yang sangat datar, sudah dari lahir dianugerahi wajah datar sekarang ditambah-tambahin datarnya.

"Weiii, sungguh nikmatnya hari ini," celetuk Vano sambil mengunyah cemilan favorit Rafa.

"Iyalah, ngabisin cemilan orang mah seneng apalagi berlabel gratis," kata Rafa dengan pedas.

Faya, Dara, dan Calya hanya cekikikan melihat Vano kicep dengan perkataan Rafa.

"Cal, gimana persiapan loe untuk jadi sekretaris besok?" Tanya Faya.

"Beres kak, jangan khawatir, nggak akan gagal aku jamin," jawab Calya sambil tersenyum menerawang jauh ke depan.

"Good, tapi jangan sampai jatuh cinta loh, soalnya Gio ganteng kaya oppa-oppa Korea loh," goda Faya sambil menaik turunkan alisnya.

"Ehmm"

"Uhuk-uhuk"

Vano, Dara, Faya dan Calya menoleh ke Rafa yang tadi berdehem dan batuk-batuk, menaikan alisnya namun sedetik kemudian tersadar jika ada yang sedang kebakaran, kecuali Faya, dia memiliki tingkat kepekaan yang minim kalau masalah seperti ini.

"loe kenapa, Raf?" Tanya Faya dengan polosnya.

"Kesedak api!" Jawab Rafa ketus.

Api cemburu, batinnya.

"Hah? Emang bisa?" Tanya Faya lagi.

"Bisa, buktinya gue kesedak tadi," kaya Rafa masih dengan nada ketusnya.

"Ooh,"

"What!!"  Seru Rafa tidak percaya dengan tanggapan Faya ini, harus berapa kali lagi Rafa meng-kode Gaya supaya peka dengan perasaan Rafa ini.

"Kenapa si Raf? ketus mulu perasaan,"
Tanya Faya heran.

"Nggak, nggak papa," jawab Rafa dengan nada lemah.

Vano sedari tadi sudah cekikikan tidak jelas, sementara Dara dan Calya hanya menggelengkan kepala mereka melihat tingkat kepekaan Gaya yang minim ini.

" Makanya Fay, jadi orang yang peka dong," kata Vano diselingi dengan cekikikan.

Faya menatap Vano bingung, "peka? Peka gimana maksudnya?" Tanya Faya.

Semua saling melirik, dan menghembuskan nafasnya dengan kesal.

"PEKA TERHADAP RANGSAN!"

"kaya pelajaran IPA aja peka terhadap rangsang," gumam Faya.

"Bodoamat Fay,"

"Terserah loe,"

"Untung Adek gue loe,"

"HAHAHAHA"

Calya satu-satunya orang yang tertawa keras dengan tingkah mereka.
Ia juga merasa senang berada di sekeliling mereka. Senang intinya menurut Calya.

_____________________________________

Halooo eplibadehhhhhh akhirnya setelah sekian lama bisa up lagi :) makasih loh untuk yang udah baca cerita ku ini tak hehe makasih juga buat yang komen, terus yang vote, author kira nggak ada yang suka sama cerita ini, soalnya kurang seruuu, ya mau gimana lagi otak author masih Pentium rendah, susah mikir kalau lagi bener2 nggak pas suasana disekitar. Pokoknya makasihhhhhh banget buat yang baca cerita ku ini ya hehe, maaf ya up nya ngaret :(
Tapi akan author usahain buat up satu Minggu sekali, nggak papa kan?

Ok sekian curcolan gaje dari author ini, dan sampaiii jumpa di next part selanjutnya see youuuu babyeee dari author 😘

THE SECRET AGENT (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang