Pencarian

24 6 0
                                    

Aku pun terdiam sambil menyuap nasi goreng ku.

“Sebenarnya Bima itu siapa? Apakah aku bukan Wira? Ah aku yakin ini hanyalah sebuah mimpi” gumam ku dalam hati. 

Tiba-tiba Ashya menyubit tangan ku yang sedang terdiam karena bingung dengan ini semua,

“Heh, kalau makan jangan bengong! Nanti kesambet” ujar Ashya. 

Aku terdiam karena terkejut saat merasakan sakit sewaktu dicubit Ashya. Aku mulai yakin kalau ini bukan sekedar mimpi, tapi ini memang kenyataan.

“Eh..mm..iya maaf – maaf tadi masih sedikit ngantuk makanya ngelamun barusan hehe” ujarku sambil sedikit tersenyum menutupi pemikiran ku yang semakin kacau dengan terjadinya semua ini.

Setelah makan selesai.

Aku menghadap ke cendela ruang makan yang mengarah ke taman belakang rumah dan bertanya kepada Ashya 

“Itu didekat pohon besar ada tanaman hias disitu bagus ya kalau dilihat dari sini” ucap ku memancing untuk mencari tahu apa sangkut paut ku dengan semua ini.
“Itu tanaman kan kesukaan kita berdua, kita tanam bareng – bareng. Kamu yang bilang sendiri kalo kamu suka bunga amarilis kan, setiap kamu lihat bunga amarilis juga selalu kamu bilang bagus” ucapnya sambil mengejek.

           Aku tidak tahu harus menjawab apa, yang ku tahu memang aku menyukai bunga amarilis, lantas aku semakin bingung antara Bima dan diriku. 

          Selain fisik, Bima dan aku sama – sama menyukai tanaman itu. 
Aku yang dengan bingung dan bingung menjawab 

“Y...Ya memang bagus bunga itu” ucap ku yang sedikit gugup karena tidak tau harus menjawab apa.
“Kamu mau berangkat kerja jam berapa hari ini? Kemarin katanya ada meeting?” ujar Ashya. 
“I...Iya, aku mau rapih – rapih dulu ya” Ujar ku kebingungan.

          Berjalan ku menuju kamar Bima di atas.
Aku melihat ada sebuah tulisan besar di ruang tamu berada tepat diatas tv. Ada sebuah tulisan yang dibingkai, dan aku baru sadari keberadaannya. Ashya pun menegur ku dengan lembut yang sedang menatapi tulisan di dinding itu 

“Cepat ke atas sana, nanti kamu terlambat berangkat kerja loh. Udah jam 7 takutnya macet” Sembari membersihkan meja makan.

          Aku bergegas keatas untuk mengganti pakaian ku dan lekas kebawah untuk menanya kan tulisan yang belum sempat ku baca tadi 

“Aku berusaha menerima kenyataan ini, aku tidak boleh mengacaukan hari - hari Bima dengan perlakuan ku yang aneh” ujar ku dalam hati.

Sesampainya ku dibawah setelah mengganti pakaian aku membaca tulisan di dinding yang bertuliskan,

"Sometimes we need to stop analyzing the past. Stop planning the future. Stop figuring out precisely how we feel. Stop deciding exactly what we want, and just see what happens."

- Ashya, 16 – Maret – 2017 -

Aku mencoba mencari tahu hal sekecil apapun dari Bima supaya tidak mengacaukan ini semua. Lantas aku memulai pembicaraan dengan Ashya,

“Tulisan siapa ini? Kenapa ada nama kamu disana?” Tanyaku sambal menunjuk ke arah tulisan tersebut.
“Tumben kamu ganti bajunya cepat? Biasanya kalau pilih baju setahun. Itu kan kamu yang buat, masa lupa juga? Nama lupa, tulisan sendiri lupa, semua aja lupa” Jawab Ashya sambal mengela nafas.
“Memangnya kamu ingat?” Tanya ku sambil mencari informasi sebanyak mungkin supaya aku tidak merusak kehidupan orang lain.
“Ingat dong Bim, kan tulisan ini kamu ambil dari kata – kata ku, lalu kamu tulis dikanvas dan di bingkai. Kamu buat waktu beberapa hari setelah kita tinggali rumah ini sehabis pulang dari bulan madu kurang lebih satu tahun lalu, mau ngetes aku ya? Dikira aku pikun kaya kamu hihi” Jawab Ashya sambil tertawa kecil.
“Cuma itu yang kamu ingat?” Tanya ku yang masih mencari informasi
“Kamu bilang kalau kita lagi menghadapi saat – saat sulit, kita baca tulisan ini” sambil berjalan mengarah ku dan menunjuk ke arah bingkai. 
“Aku kira kamu lupa sama tujuan ku bikin tulisan ini, aku cuma tes kamu aja kok hehe” jawab ku sambil tersenyum supaya Ashya tidak curiga.
“Ya enggak dong. Sana berangkat gih, takutnya macet nanti jalan” sambil membenahi jas dan dasiku yang miring. 
“Aku berangkat dulu ya kalo gitu” sambil menyodorkan tangan ke arah Ashya. 
“Itu kunci mobil sama tasnya di sofa ya, hati – hati dijalan, jangan ngelamun lagi” jawab Ashya sambil mencium tangan ku.

Lekas ku mengambil kunci mobil yang disediakan Ashya. Lantas aku bertanya dalam hati.
“Aku harus pergi kemana? Dimana kantor Bima? Sebagai apa Bima bekerja?” Aku belum menemukan petunjuk sama sekali soal ini. 

Siapa Aku SebenarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang