Terbangun

11 3 0
                                    

Aku terbangun dan terkejut, seingat ku kemarin aku pergi ke Bandung dengan Ashya
Aku berusaha menelan kenyataan ini mentah - mentah tanpa bertanya yang terjadi kemarin.
Aku melihat jam dikamar menunjukkan pukul 6.38 pagi dan Ashya tidak ada dikamar.

Aku lekas mandi dan mengganti pakaian.
Setelah mandi aku pun turun ke bawah, aku mendapati Ashya yang sedang berada di meja makan dan memanggil ku untuk makan.

"Makan dulu Bim sebelum berangkat kerja, jangan lupa nanti meeting ya sama bu Silvi jam 10, jangan sampai terlambat datang" ajak Ashya.

Selesai makan aku bergegas pergi meninggal kan rumah untuk berangkat ke kantor.
Seperti hari sebelumnya, aku mengambil tas dan kunci mobil dan mengendarainya sampai ke kantor.

Sampai di depan gedung kantor, sekiranya pukul 9 pagi karena jalanan hari ini sedikit padat, lagi - lagi Syarifudin membukakan pintu mobil dan menyapa untuk membawakan tas.
Kali ini ku tolak, karena aku melihatnya sedang sibuk mengurus barang masuk yang tidak ku ketahui apa isinya kedalam gedung.

Aku berjalan ke lift mengarah ke ruangan ku. Aku melihat Jelita sedang duduk di mejanya dan menyapa ku.

"Selamat pagi pak, ibu Silvi mengirim pesan kalau sebentar lagi sampai, ruangan untuk meeting juga sudah dipersiapkan" ujarnya sambil berdiri.
"Yasudah kalau memang semuanya sudah siap, nanti ke ruangan saya saja kalau bu Silvinya sudah datang" ujar ku sambil membuka pintu ruangan ku. Jelita pun mengangguk menandakan mengerti apa yang ku ucapkan.

Tidak lama setelahnya, kira - kira baru 15 menit aku memasuki ruangan dan menduduk kursi yang empuk, ada bunyi ketukan pintu. Saat ku persilahkan masuk, ternyata Jelita. Ia memberitahu ku untuk menemui ibu Silvi dan beberapa rekannya di ruangan meeting.

Aku berjalan ke lift, turun ke lantai 4 mendapati banyak ruangan tertutup dengan kaca besar yang dibaluti tempelan buram ditengahnya, sehingga tidak terlihat didalam hanya bayangannya saja.

Aku berjalan membuntuti Jelita yang memandu ku berjalan ke ruangan meeting, berjalan ku menyusuri lantai 4, ada sebuah ruangan yang ukurannya ber beda dari yang lain. Kurang lebih sekitar 5 x 8 meter persegi. Sesampainnya di ruang meeting tersebut, aku pun tercengang karena didepan ku ada sekitar 6 orang yang tidak ku ketahui siapa dan apa tugas mereka disini, hanya Jelita yang ku ketahui.

Aku pun lekas mempersilahkan Jelita untuk membuka rapat, sedangkan aku sedang berpura - pura menerima telefon dari kantor cabang lain. Sekiranya setelah rapat dibuka oleh jelita, aku yang berada lurus bertepatan dengan proyektor seakan berpura-pura mengerti akan apa yang disampaikan oleh bu Silvi yang sedang menjelaskan tentang program diskon yang akan di realisasikannya. Aku dimintai pendapat tentang hal ini. Beruntungnya aku sedikit mengerti persoalan seperti ini, karena aku sempat berkuliah di jurusan manajemen, walaupun tidak sampai selesai karena saat itu kekurangan untuk membayar biaya kuliah per-smester ku.

Aku memberi kesempatan kepada bu Silvi untuk merealisasikan programnya, namun dengan syarat harus mencari maskapai penerbangan untuk bekerja sama supaya tidak terlalu banyak mengeluarkan dana dari kantor untuk merealisasikan program tersebut.
Setelah semua dicatat oleh Jelita untuk ditinjau lagi oleh para staff dikantor Bima, aku pun mengakhiri rapat yang berlangsung sekitar 3 jam tersebut.

Aku bergegas kembali keruangan ku untuk makan siang. Sesampainya di ruangan, aku mendapati office-boy yang kemarin ku temui itu sedang menaruh ayam bakar yang ku pesan dan menanya kan hal yang sama seperti kemarin.

"Siang pak, besok mau makan apa pak?" jawabnya terkejut saat mengetahui ku masuk.
"Soto ayam kalau ada yang enak boleh, ini uangnya untuk makan besok" office-boy tersebut pun berjalan meninggalkan ruangan ku.

Aku yang sembari menyantap makanan ku berpikir dan berkata dalam hati

"Apa yang terjadi kemarin? Mengapa tiba tiba aku berada dirumah Bima, sedangkan seingat ku, aku pergi dengan Ashya ke Bandung untuk merayakan ulang tahun pernikahannya dengan Bima, tapi kenapa aku terbangun tiba - tiba sampai dirumah Bima?".

Tak lama kemudian ada bunyi telepon masuk dari ponsel Bima bertuliskan panggilan masuk dari Ashya, aku mengangka telepon tersebut dan perbincangan pun terjadi.

"Hai, jangan lupa makan ya kamu"
"Iya aku baru selesai meeting barusan. Ini juga baru banget sampe ruangan terus makan. Kamu sendiri jangan lupa makan ya"
"Aku udah makan kok tadi, kamu makan apa? Ayam bakar lagi?"
"Iya hehe, abisnya ayam bakar dekat kantor ku enak, bikin nagih. Kamu makan apa tadi?"
"Aku makan ayam goreng tadi aku masak sendiri. Tumben kamu nanya balik, biasanya gapernah. Jangan sampe aja kejadian kemarin keulang lagi"
"Engga kok, cuma lagi pengen tau aja kamu makan apa, emangnya salah?"
"Hmm, iya..iya yaudah, nanti pulang jam berapa?"
"Jam 5 kalau emang kerjaan bisa selesai semua dan jalanan gak macet"
"Yaudah, jangan lembur ya pulang cepet kalau bisa. Kalau emang ada kerjaan yang gak bisa selesai sekarang dibawa pulang aja atau dikerjain lagi besok, aku takut kalau sendirian lama - lama dirumah"
"Iya lihat nanti ya gimana, aku usahain sih selesai semua biar besok gak dobel kerjanya"
"Nah mulai kan, kamu jadi rajin begitu. Kamu mana pernah mau pulang terlambat demi kerjain kerjaan kamu? Kamu juga kan tau kalau aku gasuka ditinggal lama, bibi juga masih dikampung suaminya sakit 3 hari lalu izin, dan pulangnya masih lama aku gak ada temen dirumah"
"Iya nanti aku janji pulang cepet kok, aku mau selesaiin makan dulu ya"
"Yaudah kalau gitu aku tunggu dirumah ya"
"Iya, sampe ketemu nanti ya Shya"

Percakapan ku cukup lama, membuat makanan ku menjadi sedikit keras karena terkena angin pendingin ruangan. Aku pun dengan tidak perduli menyatapnya dengan lahap karena sedang lapar.

Setelah selesai makan, Jelita datang keruangan meminta ku untuk meninjau keuangan perusahaan yang diberikan setiap 2 minggu sekali. Aku melihat perkembangan yang bagus dari perusahaan ini. Tapi aku tidak berani berkomentar banyak, aku berkata kepada Jelita

"Saya baca ini nanti ya, saya bawa dulu untuk di tinjau lebih lanjut, makasih ya"
"Sama-sama pak, satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. Kalau besok akan datang orang dari PT Garda Kencana, menanyakan perihal tentang program diskon yang akan di realisasikan oleh bu Silvi, apa bapak bersedia menemuinya atau saya jadwalkan lain hari?"

Aku pun bingung harus menjawab apa. Aku terdiam seketika seakan - akan sedang berpikir, padahal hanya alibi ku untuk menutupi kebingungan ku. Aku pun menjawab,

"Boleh kok besok saya bisa, saya tidak ada janji dengan siapa - siapa sepertinya"

Jelita menuliskan di agendanya untuk meeting besok jam 10 pagi dan lekas meninggal kan ruangan sambil berkata

"Terimakasih pak, maaf mengganggu waktunya"

Aku mengangguk sambil tersenyum mengartinkan untuk mempersilahkannyna pergi. Aku membuka lembar demi lembar kertas laporan yang dibawakan Jelita untuk ditinjau. Tanpa ku sadari, Aku telah menghabis kan 3 jam untuk membaca laporan sambil menghitungnya. Pukul telah menunjukkan jam 5 dan aku harus segera bergegas pulang.

Siapa Aku SebenarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang