Kecurigaan

8 3 0
                                    

Keesokan paginya.

     Saat bangun tidur mulai kembali berubah menjadi diriku seperti biasa, bukan Bima lagi. 
Aku tidak melihat keberadaan Ashya, pintu kamar pun terbuka menandakan bahwa Ashya sedang keluar kamar,  yang ku pikir sedang berada didapur untuk mempersiapkan sarapan.

     Aku lekas mandi untuk segera pergi sarapan. Saat sedang memakai pakaian sembari melihat ke cermin, aku berbicara kepada diriku sendiri

“Oh tuhan, mengapa harus begini lagi, ini sudah kesekian kalinya aku berada di tubuh Bima, kapan semua ini berakhir?, aku tidak mau tertukar menjadi orang lain seperti ini”

     Saat aku menoleh ke belakang aku mendapati Ashya dibalik tembok yang sedang menguping. Aku terkejut tapi aku harus menutupinya supaya Ashya tidak curiga dengan semua ini. Aku berpura – pura bernyanyi untuk menutupinya dan berharap bahwa Ashya tidak mendengar yang aku ucapkan. Aku menegur Ashya yang berdiri di balik tembok depan kamar.

  “Shya, sini masuk. Ngapain berdiri disitu”
  “Aku habis matiin lampu lorong barusan, sayang udah terang masih nyala begitu. Yuk kebawah aku udah masakin Nasi goreng kesukaan kamu” ujar Ashya.

Aku berbicara dalam hati.

“Untung saja Ashya tidak curiga kalau aku telah    mengeluarkan kata – kata seperti tadi”

Sesampainya di meja makan.

Ashya menyodorkan piring yang berisikan nagi goreng.

  “Kamu kerja kan hari ini?” ujar Ashya. 
  “Iya dong pasti, kenapa emangnya?” tanya ku.
  “Ya nggak apa-apa aku kira kamu gak kerja” sambil berdiri mengambil air minum.

Setelah selesai makan.

Aku izin pergi kepada Ashya.

  “Aku berangkat kerja dulu ya, jaga rumah baik-baik ya” ujar ku sambil berjalan keluar rumah. 
  “Iya, hati-hati dijalan ya” balas Ashya.

     Saat aku berjalan kekantor, Ashya berusaha mencari segala dokumen yang bersangkutan tentang riwayat hidup Bima. Ashya membuka sebuah koper didalam lemarinya dan menemukan tumpukan kertas - kertas berisikan kartu keluarga miliknya dengan Bima, surat-surat berharga dan masih banyak lagi.
Setelah dicoba rapihkan dan dibaca kembali satu persatu. Ashya menemukan sebuah foto 2 orang anak kecil. Ashya kemudian menyembunyikan foto tersebut dibawah tumpukan bajunya untuk ditanyakan kepada Bima yang asli yang diketahuinya akan kembali esok setelah bangun tidur.

     Sampailah ku dikantor. Dimana aku di melihat banyak sekali tumpukan kertas dan dokumen dimeja ku yang perlu ku baca dan ditanda tangani. Aku membaca satu demi satu kertas tersebut. 3 jam kurang lebih aku menanda tangani dan membaca suratsurat tersebut, pulpen ku kehabisan tinta.
Aku mencoba mencari di laci meja kerja bima, aku mendapati sebuah foto Bima yang tersobek, setelah ku lihat-lihat ternyata foto kecilnya pun persis dengan yang ku punya.

     Aku sejenak berpikir dan berkata dalam hati kalau nyatanya aku dan Bima adalah anak kembar.

  “Mungkin di sobekan foto ini terdapat foto ku    disebelah Bima dengan mengenakan baju yang sama dengan yang dipakainya”

     Tapi aku merasa aneh saat berpikir hal yang seperti itu, aku lantas menyangkal dan berbicara dengan diri ku sendiri

  “Kalau memang benar kita anak kembar, mengapa foto ibunya saat pernikahan dengan Ashya tidak sama dengan paras ibuku? Sangkal ku.

     Aku membayang kan hal lain sembari menatapi foto yang ku temukan.

  “Atau mungkin kita anak yang tertukar? Kemiripan secara fisik ku dengan Bima adalah kebetulan, tapi ini mungkin cara tuhan menunjukkan kalau benar adanya jika kami adalah anak yang tertukar?”

     Aku lantas menyangkal nya, pikiran ku sangat aneh saat itu. Aku mencoba untuk melupakannya sejenak dan berharap tidak terjadi hal apapun dengan yang ku pikirkan tadi. Jam telah menunjukkan pukul 13.28 dan office boy yang biasa mengantar makanan belum datang.

Lantas ku mencoba menelepon Jelita untuk menanyakan,

  “Kemana office boy yang biasa bawakan makan?” tanya ku. 
  “Maaf pak, saya lupa memberi tahu bapak. Ia sedang sakit dan tidak bisa datang kerja hari ini, kalau memang bapak ingin memesan makanan, saya bisa meminta tolong office boy yang lain” jawab Jelita.
  “Boleh, tolong belikan ayam bakar ya, nanti uangnya saya ganti di ruangan saya. Terimakasih” pinta ku. 
  “Sama-sama pak. Ditunggu ya pak, saya akan hubungi orang pantry untuk pergi belikan pesanan bapak” ujar Jelita. 

     Sembari menunggu, aku meneruskan pekerjaan ku yang tadi belum selesai ku kerjakan. Setelah membaca dan menanda tangani 6 surat, office boy yang membelikan ku makanan turut datang membawakan pesanan ku. Kurang lebih jam 14.30 sekarang setelah selesai makan, aku berniat menelepon Ashya untuk menanyakan kabar karena biasanya ia mengabariku lewat pesan singkat.

  “Hai Shya, kamu tumben gak sms aku?” tanya ku.
  “Iya, aku lupa kalau pulsa ku habis dan belum sempat beli pulsa” 
  “Mau aku belikan gak? Biar nanti aku minta tolong office boy belikan” tanya ku. 
  “Gak usah lah, aku juga gak kemana-mana hari ini, paling cuma nonton film korea aja sembari nunggu kamu pulang Bim” ujar Ashya.
  “Yasudah kalo gitu, nanti aku pulang sedikit lebih awal mungkin” 
  “Iya, aku tunggu dirumah ya. Udah aku mau nonton film Korea dulu ah” jawab Ashya.

Setelah ku mematikan telepon.

     Aku melihat ke arah tumpukkan kertas diatas meja, ternyata masih cukup banyak yang perlu kubaca dan ku tanda tangani. Aku segera meneruskan pekerjaan ku. Tanpa sadar, aku melihat jam telah menunjukkan pukul 5 tepat. Aku segera merapihkan pekerjaan ku dan segera pulang. Perjalanan lancar, sampai rumah hanya membutuhkan waktu hampir 1 jam.
Sesampainya dirumah.

  “Masih nonton film Korea dari tadi? Belum selesai?” tanya ku kepada Ashya. 
  “Belum, tanggung tadi udah nonton setengah. Aku tonton aja lagi episode yang lainnya sekalian biar gak penasaran” jawab Ashya    sambil mencium tangan. 
  “Aku keatas dulu ya mau mandi sama ganti baju, nanti aku kebawah lagi” ujar ku. 
  “Yaudah aku tunggu disini, abis itu kita makan. Akuudah masak kok tadi” ajak Ashya. 
  “Yaudah tunggu ya” jawab ku sambil beranjak ke lantai dua.

     Tak lama kemudian, aku yang telah selesai mandi baru menyadari adanya cctv yang tidak ketahui sejak kapan berada disini.

  “Saat pertama ku datang untuk melihat seisi rumah, aku tidak melihat ada nya cctv ini, sejak kapan ada disini? Apa Ashya telah menyadari kejadian selama ini?” tanya ku dalam hati.

     Aku segera turun untuk mencari tahu apakah ada lain cctv di rumah ini. Aku mendapati Ashya yang saat ku turun sedang menunggu di meja makan dan mengajak ku pergi besok kerumah orang tuanya di bogor besok.

  “Besok ke bogor yuk pulang ketemu ibu setelah kamu dari kerja aja, gimana? Mau gak?” ajak Ashya. 
  “Yuk, boleh. Udah lama kan kamu gak kesana?” tanyaku. 
  “Iya, terakhir bulan kemarin yang sama kamu itu” ujar Ashya. 
  “Yaudah besok aku berangkat kerja, kamu siapin pakaian aja. Aku pulang kita langsung berangkat” jawab ku 
  “Yaudah makan dulu deh yuk, abis itu keatas kita istirahat dikamar” ajak Ashya.

     Setelah selesai makan, aku mendapati adanya cctv di atas dan tanpa bertanya aku berjalan ke lantai dua beriringan dengan Ashya. Sesampainya dikamar aku tidak melihat Ashya yang seperti biasanya, seperti berbeda dari biasanya

  “Mungkin Ashya telah menyadari dengan semua yang terjadi selama ini, aku hanya berharap untuk tidak merusak semua hal yang memang seharusnya bukan milikku” ucap ku dalam hati.

Ashya pun meminta mematikan lampu dan tidur.

Siapa Aku SebenarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang