Mengikuti Alur

17 3 0
                                    

Yang dapat ku tangkap dari percakapan ku dengan Ashya adalah Bima orang yang kreatif, baik namun sedikit lamban dalam mengerjakan sesuatu, berbanding terbalik dengan ku yang teliti dalam mengerjakan sesuatu sampai ke detail dan aku tidak bisa mengerjakan kerajinan tangan seperti itu.

Aku pun bergegas berjalan ke arah luar rumah mencari mobil bima dan berharap menemukan petunjuk dimana Bima bekerja. Aku membuka garasi dan melihat hanya ada sebuah mobil BMW Seri 5 berwarna hitam. Aku masih berdiri di depan mobilnya membayangkan apa mungkin Bima adalah seorang pemilik perusahaan? Karena yang ku tahu mobil ini sangat mahal, dan biasa dipakai bos - bos dikantor besar.

"Tetapi masih sangat muda untuk jadi seorang pemilik perusahaan" bantah ku dalam hati.

Aku beranjak masuk kedalam mobil dan mencari petunjuk tapi hasilnya nihil, aku hanya melihat jas dan kemeja beserta sepatu di bangku belakang.

"Bima adalah orang yang sangat sibuk sampai membawa banyak pakaian seperti ini"pikir ku dalam hati.

Aku teringat kalau aku sedang membawa tas Bima yang dibawakan Ashya tadi. Aku membuka tas Bima dan melihat ada sebuah ponsel, dompet, dokumen dan tumpukan kertas di dalamnya. Ku taruh tas dan ponsel Bima di bangku sebelah ku dan aku membuka dompet bima sembari berharap menemukan petunjuk. Aku mendapati sebuah KTP, SIM, Kartu kredit, dan sebuah kartu nama.

Aku pun terkejut saat melihat kartu nama tersebut bertuliskan Bima Antara, Direktur utama Bima Travel beserta alamat yang berada di Jl. Jend Sudirman Kav. 77-78 Lot. 49, Senayan, Jakarta Selatan. Aku pun tersadar sekarang kalau aku sedang berada di Jakarta, dan seingat ku tempat tinggal ku di Bogor.

"Mengapa aku bisa sampai sini?" tanya ku dalam hati.

Saat aku membuka ponsel Bima, aku membuka aplikasi penunjuk jalan di ponsel bima dan mulai berjalan mengarah ke kantor Bima. Satu jam perjalanan akhirnya sampai ke alamat yang tertera di kartu nama Bima dan berharap bahwa memang benar ini kantor nya.
Saat sampai depan pintu lobby gedung, aku melihat ada seorang satpam datang untuk membuka kan pintu mobil yang ku kendarai dan menyapa.

"Selamat pagi pak" ujar satpam yang membuka kan pintu mobil yang ku tumpangi.

Aku melihat ada nama Syarifudin dibaju nya dan supaya dia tidak curiga aku pun menyapa nya,

"Selamat pagi juga din" sambil tersenyum.
"Mau saya bawakan tas nya keruangan pak?" ujar Syarifudin.

Aku melihat celah untuk mengetahui ruangan kantor Bima, aku pun menjawab.

"Oh, boleh kalau tidak ngerepotin hehe" aku memberikan tas yang ku bawa kepada Syarifudin.

Aku melihat tulisan di dinding tepat dibelakang meja resepsionis bertuliskan Bima Travel, aku juga melihat banyak orang berlalu lalang dan mereka semua menyapaku. Aku hanya membalas dengan senyum sambil berpura - pura memainkan ponsel supaya mereka semua tidak curiga, karena aku tidak mengenal nama - nama mereka.

"Ayo pak ke lift, selagi kosong" ajak Syarifudin kepada ku.

Aku pun lantas mengikutinya sembari masih berpura - pura memainkan ponsel.
Setelah masuk kedalam lift aku melihat Syarifudin menekan tombol lantai 5, dan setelah beberapa detik di lift, sampai lah aku di lantai 5.

Aku melihat banyak komputer dan orang - orang yang sedang bersiap untuk bekerja.
Mereka semua menyapa ku,

"Selamat pagi pak".
Aku pun mau tidak mau menjawab,
"Pagi semuanya".

Berjalan lurus dari lift menuju ruangan Bima bekerja, di kiri ku berjejer meja kerja dan karyawan yang tadi menyapa ku dan di kanan ku ada 3 buah mesin foto copy, dan sebuah dispenser air.

Tidak lama ku berjalan, aku melihat satu ruangan didepan ku dan satu meja kosong yang terpisah dari jejeran meja karyawan lain didepan ruangan ini. Aku pun dibawa masuk kedalam ruangan tersebut

"Mau ditaruh mana tas nya pak?" tanya Syarifudin.
"Taruh di kursi aja din, terimakasih udah ngantar saya" jawab ku.
"Sama - sama pak, permisi pak" jawab Syarifudin dan mulai berjalan meninggalkan ruangan ini.
"Iya din, terimakasih ya sekali lagi" sambil ku melihat seisi ruangan dengan cat berwarna putih terang.

Aku menyadari ada sebuah meja yang kulihat bagus dan kokoh berwarna cokelat yang diatasnya ada sebuah komputer, telepon kantor, beberapa alat tulis dan terdapat rak buku dibelakangnya.

Aku melihat rak buku itu hanya berisikan novel, majalah dan koran tidak menemukan petunjuk tentang apa yang harus aku lakukan selanjutnya disini.

Aku tidak ingin mengacaukan pekerjaan Bima, aku harus berhati - hati dalam melakukan sesuatu disini, tidak bisa seenaknya bertindak.
Tidak lama kemudian terdengar suara perempuan sambil mengetuk pintu

"Tok..tok..tok permisi pak".

Lekas ku duduk sambil merapihkan pakaian ku dan menjawab,

"Silahkan masuk" sambil beranjak duduk di kursi yang tadi kulihat di belakang meja kerja.

Seorang wanita muda cantik berkaca mata, tinggi kira - kira 170 cm, berkulit kuning langsat, rambut hitam sebahu diikat model updo dengan badan ideal mengenakan kemeja berwarna putih dengan tuxedo hitam dan rok sedengkul berwarna hitam menghampiri ku.

"Silahkan duduk, ada apa ya?" tanya ku.
"Maaf mengganggu pak, bapak sudah cek e-mail dari saya semalam tentang meeting hari ini dengan Ibu Silvi?" sambil beranjak duduk dan membaca sesuatu di sebuah buku kecil beserta alat tulis yang dibawanya.
"Maaf saya tidak sempat baca e-mail kamu kemarin, sebentar coba saya cek dulu". Jawab ku untuk menutupi yang terjadi sebenarnya.

Aku melihat ada sebuah aplikasi e-mail di ponsel Bima, Pesan paling atas tertulis e-mail masuk dari Jelita, dengan subject meeting. Yang kupikir bahwa benar ini yang dimaksud perempuan bernama Jelita ini. Sewaktu ku buka, isinya menanyakan penjadwalan ulang untuk meeting hari ini dengan ibu Silvi karena sedang diluar kota.

"Yasudah, sampaikan aja ke ibu Silvi kalau meetingnya diganti besok jam 10 pagi disini" ujar ku kepada Jelita.
"Jadi diganti besok pagi jam 10 ya pak, nanti saya buatkan di agenda bapak dulu ya pak. Permisi pak" jawab Jelita dan bergegas pergi.


"Oh iya, makasih ya" ujar ku kepada Jelita sambil tersenyum.

Siapa Aku SebenarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang