Pertanda

8 3 0
                                    

     Aku bergegas rapih – rapih dan segera pulang, jalanan sedikit padat, aku mendengar kalau kaca mobil ku diketuk oleh anak kecil yang ku lihat mengenakan baju yang lusuh dengan membawa 6 tangkai bunga mawar berwarna merah.

     Aku yang iba melihatnya lantas membeli semua bunga yang dijualnya dan lantas membawa pulang untuk diberikan kepada Ashya. 

     Setelah 1 jam lebih perjalanan, sampailah dirumah. Aku memberikan bunga yang ku beli tadi dijalan kepada Ashya dan berharap senang dengan bunga yang ku berikan. Ashya yang sedikit terkejut melihat ku membawa bunga itu menegur 

“Duh kamu kok tiba – tiba romantis banget sih, pulang sesuai permintaan ku udah gitu bawa bunga mawar banyak, aku seneng kalau kamu balik lagi romantis seperti lusa. Aku taruh di vas bunga di sebelah tv ya” ujar Ashya sambil mencium pipi ku.

     Aku terkaget dia mencium ku dan aku juga terkaget bahwa aku melupakan satu hal. Aku lupa kalau Bima orangnya tidak romantis, aku salah memberikan bunga kepada Ashya, yang ia tahu aku Bima bukan Wira, aku seorang yang sedikit cuek dan tidak romantis seperti aku pada normalnya. 

     Aku mengganti baju dan berharap Ashya tidak menegur ku karena hal barusan. Tidak lama berselang setelah mengganti pakaian. Ashya memanggil mengajak makan malam bersama. Ashya bertanya kepada ku. 

“Kok kamu tumben romantis sih, kan kamu orangnya cuek gak romantis, tiba – tiba sikapnya berubah lagi. Mulai lagi deh sikap anehnya keluar” sambil menatap ku yang sedang duduk di seberang bangkunya. Aku yang sedikit terkejut karena yang ku harapkan Ashya melupakan hal tadi, ternyata ia malah meningatnya dan menegur ku disaat seperti ini. Aku menjawabnya sambil gugup 

  “Y...Ya tadi aku lihat anak kecil bawa mawar dilampu merah, aku kasian liatnya. Aku beli aja semua yang dibawanya aku bawa kerumah”
  “Tuh kan kamu balik lagi anehnya, setau ku kamu tuh gapernah suka anak kecil kaya gitu jualan dijalan. Biasanya kamu gak mau beli, kalau menurut kamu anak kecil jualan gitu gak bagus, harusnya dia nuntut ilmu bukan malah jualan bunga di lampu merah kaya gitu, yakan?” ujar Ashya dengan alisnya yang ditekuk. 

     Aku terdiam sambil melahap makanan dan berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Ashya untuk mulai menyantap makanan yang sudah disediakannya. 

“Yuk makan, ngobrol mulu kapan selesai makannya?”

Aku pun berkata dalam hati.

“Salah ku memang melupakan hal yang satu ini. Perkara yang seharusnya mudah malah menjadi sulit, niat baik tidak mengacau malah nyatanya merusak. Aku berharap hal ini tidak terulang lagi sedetikpun dalam hidup ku”

     Aku menyantap habis makanan yang ada di piring ku, dan mengajak Ashya keatas untuk beristirahat. Setelah sampai diatas, Ashya menyalakan tv untuk menonton film Korea, aku berpura – pura membaca laporan yang ku bawa pulang tadi siang. Sekitar hampir satu jam aku ikut menonton film Korea yang ditonton nya
Aku mendapati Ashya yang tadinya sedang serius menonton tv malah tertidur lelap.

     Aku mengangkatnya untuk membenarkan posisi tidurnya dan memberikan selimut untuknya. Aku pun turut ikut tidur disebelah Ashya, dan naas nya aku tidak menyadari keberadaan cctv yang dipasang tadi siang saat aku berada di kantor.

Keesokan harinya.

     Ashya membangunkan dan memberi kan 6 buah tangkai bunga. Bima yang terkejut pun berkata, 

“Ngapain pagi gini bawa-bawa bunga mawar sebanyak ini?!”

     Ashya bergegas mengambil kunci mobil dan menyuruh Bima untuk cepat mandi dan berangkat ke psikiater. Bima terkejut, apakah ternyata kemarin ia telah berubah sikap atau hal lain terjadi pada dirinya. Sesampainya dikamar mandi, ia melihat kamar mandi yang baru ia sadari bahwa ia telah dirumah, ia tersadar setelah melihat bak mandi dengan ditutupi sebuah gorden putih buram dan yakin bahwa memang benar ia telah sampai dirumah. 

     Bima terkejut dan cepat menyelesaikan mandinya untuk bertanya kepada Ashya. 
10 menit kemudian, Bima turun kelantai satu untuk bertemu Ashya yang tidak ada dikamar dan bertanya 

“Kemarin aku bersikap aneh lagi? Aku kemarin    berangkat kerja?”

      Ashya menjawab sambil melihat cctv yang dipantaunya dari laptop putih dengan logo apel ditengahnya,

“Yap, kemarin kamu aneh banget. Ini lihat sendiri kelakuan kamu waktu kamu ngasih bunga mawar, kamu tadi kebingungan aku kasin tunjuk bunganya dari mana. Jelas-jelas kamu yang ngasih tuh liat” sambil menunjuk ke arah layar laptopnya. 

     Bima yang terkejut mendapati bahwa ia benar – benar berubah dari ia yang biasanya.
Seperti saat bangun tidur ada yang mengendalikan tubuhnya, namun jiwanya seperti masih tidur. Semakin penasaran dengan semua ini, Ashya mengajak Bima untuk pergi ke psikiater untuk mencari petunjuk sebenarnya ada apa dengan Bima. 

Siapa Aku SebenarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang