Telu.

5.7K 794 117
                                    

Seperti biasa hari ini cerah—bahkan terlalu cerah sehingga cuaca terasa panas sekali. Sudah panas hati ditambah panas badan. Syedapp.

Gue selalu berharap kalau tiap pagi gue bakalan seperti deskripsi dongeng-dongeng yang dulu selalu gue dengar dari Daddy tapi realitanya nggak seperti itu. Seperti kali ini, gue lagi mencak-mencak membangunkan Daddy.

Dan ini terjadi setiap hari.

"Dad bangun dad, ya ampun. Ini udah siang," ucap gue sambil berusaha tidak memukul atau menyiram dengan air panas—biar enggak mainstream.

"5 menit lagi," balas Daddy dengan suara seraknya sembari menenggelamkan wajahnya ke bantal semakin dalam.

"Cepetan bangun, daritadi 5 menit mulu!" omel gue.

"5 menit lagi sayang,"

"Cepetan bangun atau aku telpon Om Hajime ya," ujar gue dengan halus tapi syarat akan mengancam.

Dengan seketika Daddy bangun secepat kilat, meski matanya masih menutup rapat. Daddy udah berdiri di hadapan gue sambil menguap lebar menggaruk rambut nya gatal.

Tampang Daddy baru bangun tidur itu imut banget—dengan boxer pendek dan sweater lucu—pengen khilaf tapi ingat dosa.

"Kamu tuh, kalau ngancem gak kira-kira ya," keluh Daddy dengan suara serak khas bangun tidur.

Gue cuma cekikikan aja, "Makanya Daddy tuh jangan kebo, kebiasaan banget,"

"Berarti kamu anak kebo dong," celetuk Daddy.

"Hmm? Apa dad? Coba ulang?"

"Nggak, hehe, nggak,"

"Cepetan mandi terus turun kebawah, aku udah bikin sarapan," suruh gue sambil berjalan keluar dari kamar Daddy.

"Mandiin~,"

"Mati aja,"


Iya nanti gue mandiin terus gue shalatin, hehe tapi mana mungkin. Bercanda.


*****

Daddy! | Oikawa Tooru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang