Enem.

4.1K 643 13
                                    

"Ih lama banget sih! Udah daritadi juga!" Kalimat protes keluar mulus dari bibir seseorang.

By the way bukan bibir gue ya, bibir Daddy.

Kita berdua lagi di tempat skincare langganan, seperti biasa jika penunjang kecantikan habis kita berdua langsung cus pergi sekalian konsultasi kalau ada yang kurang atau apa.

Namun sedari tadi hampir 2 jam kita nunggu, biasanya nggak selama ini, entah kenapa hari ini memang keliatan penuh banget dan sedari tadi Daddy udah merengek nggak karuan.

Ini yang harusnya merengek kan gue ya.

Daddy paling nggak suka menunggu, padahal beliau sendiri paling suka bikin orang menunggu, memang kalau kasarnya "tidak tahu diri" apalagi kalau sudah sama Om Hajime tingkat "ketidak tahu dirian" Daddy tuh meningkat drastis, makanya Om Hajime sering banget emosi.

Gue hanya bisa pasrah sama tingkah Daddy, dari mulai gelenjotan di lengan gue, tiduran di paha gue, menyenderkan kepalanya di bahu gue, sampai merengek di depan orang-orang, gue cuma bisa pasrah.

"Sabar Dad, bentar lagi pasti,"

"Kamu dari tadi bilang gitu, tapi kenyataannya enggak, udah yu ah pulang aja,"

Tolong siapa pun tahan gue untuk enggak banting bapak-bapak di sebelah gue ini.

"Dad, percuma dong dari tadi kita nunggu akhirnya pulang? Mending tadi nggak pergi aja sekalian," gue menghela nafas lelah noleh kearah beliau yang masih menyender di pundak gue.

"Ya siapa suruh tadi pengen kesini," sahut beliau yang anteng main handphone buka akun kyuustagram.

"Kan Daddy tadi yang ngajak,"

"Lho bukannya kamu?" Daddy langsung menoleh sambil menarik sebelah alis ke atas.

"Kok aku? Kan tadi Daddy ngajak soalnya besok sama lusa Daddy nggak bisa,"

"Kamu ah," elak beliau.

Udah jelas-jelas tadi pagi beliau mengajak gue buat pergi ke tempat skincare, sekarang nggak mengaku kesalahannya, gue rasa ini kalau kelihatan perempatan urat gue udah keluar nih.

"Daddy tahu,"

"Kamu! Kok Daddy?!"

"Lah emang Daddy kok," tahan-tahan.

"Kamu ah, suka nggak ngaku kamu,"

"Ya ampun, Daddy,"

"Kamu!"

"Dad-----,"






"Oikawa [Name] bisa masuk ruangan Dr. Elise," suara mbak-mbak yang mendata tadi terdengar.

Gue langsung aja bangkit dari duduk, namun lengan gue dicekal, gue menoleh ke samping, Daddy menampakan senyum lebar.

"Daddy dulu ya," beliau langsung ngacir mendekat ke mbak-mbak.

Lho? Lho? Lho? :)


Gue nggak berusaha menahan atau apa, masa bodoh lah dengan Daddy, pasti kalau gue tahan pun beliau pasti merengek lagi, akhirnya gue duduk aja memperhatikan Daddy yang kelihatan lagi debat sama mbak-mbak nya.










Terus nggak lama Daddy balik lagi dengan wajah muram.

"Kenapa Dad?"

"Daddy marah sama kamu!" Beliau memalingkan wajah.

Gue mengerti terus bangkit ninggalin Daddy, "Nice follow mbak!"

******


Daddy! | Oikawa Tooru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang