Patbelas.

2.9K 469 72
                                    

Pagi ini gue terkejut dengan sesuatu hal yang mustahil terjadi.

Iya saking mustahil nya, gue masih nggak percaya dengan apa yang terjadi dan gue lihat.

Daddy masak dan udah menata meja makan dengan rapih, gue yang lagi sibuk pakai dasi  sambil rusuh turun dari atas karena kesiangan aja sempat berhenti sejenak sambil memperhatikan meja makan.

Aneh banget, sebuah kemustahilan yang selalu gue semogakan akhirnya terjadi.

Gue berjalan pelan ke arah meja makan, masih diam aja mencerna, siapa tahu gue masih di alam mimpi, diam-diam gue mencubit lengan, dan memang terasa sakit, ini bukan mimpi ini kenyataan.

Gue melihat Daddy lagi berdiri sambil memegang piring, beliau udah rapih dengan pakaian kantor dan tak lupa apron biru muda milik gue yang keliatan kekecilan, mau ketawa tapi jaim.

Daddy kelihatan malu aja gitu ketahuan pakai apron, biasanya beliau paling nggak mau pakai apron karena katanya girly, padahal buat menjaga kebersihan aja.

Dengan cepat Daddy menyimpan piring di atas meja makan, terus begitu aja melepas apron yang beliau pakai.

Gue langsung duduk di meja makan tanpa bicara, Daddy juga ikutan duduk, "M-maaf ya cuma bisa bikin nasi goreng sosis sama telur goreng," kata Daddy sambil menatap gue hati-hati.

Gue cuma mengangguk aja nggak banyak omong, terus ambil piring Daddy dan isi dengan nasi goreng, "Telurnya mau satu apa dua?" Tanya gue.

Daddy langsung menyerbu, "Duaa!"

Gue dengan cepat ambil telur dan setelah itu memberikan piring yang udah gue isi kearah Daddy.

Kita berdua sama-sama diam ketika makan, sampai gue beres makan, Daddy masih belum habis, kebiasaan.

"Dad, cepet, udah mau telat," kata gue memperingati, terus berjalan aja menyimpan piring kotor.

Daddy yang mendengernya langsung aja makan dengan cepat, dan nggak sengaja tersedak sama makanannya, Daddy refleks mukul-mukul dadanya, gue datang sembari membawa air putih, dan langsung diserbu dan diminum dengan cepat, selepas itu Daddy masih batuk-batuk, gue dengan pelan mengusap punggung Daddy tanpa banyak bicara.

Setelah itu akhirnya Daddy beres dan harus mengganti pakaiannya terlebih dulu karena sempat kena semburan air ketika minum, memang ya suka ceroboh banget.

Untung bukan semburan lava.

Gue menunggu di luar sambil memainkan ponsel, nggak sadar kalau Daddy udah ada di samping gue kalau Daddy nggak memanggil.

"Dek,"

Gue masih sibuk mainin hp, "Hm,"

"Masih marah ya?"

Gue menoleh memperhatikan Daddy, gue menghela nafas, terus memasukan ponsel ke dalam satu seragam, "Kalau iya, kenapa?"

"Maaf ya, janji nggak bakal diulang kok,"

"Janji terus, tapi nanti bakal diulang,"

"Ih nggak, beneran kok," kata Daddy terus ngangkat tangannya sambil peacesign.

"Beneran?"

"Beneran dek, kemarin Daddy cuma kaget aja liat kamu, makanya Daddy langsung samperin aja tanpa pikir panjang," kata Dadyy terus wajah tiba-tiba mengkerut nggak suka, "..sama si i-itu tuh, huh!"

Gue akhirnya mengangguk, "Yaudah, asal lain kali nggak boleh diulang, Daddy udah tua nggak pantes buat marah-marah depan umum," kata gue.

Daddy yang awalnya mau senyum langsung mendelik pas denger gue bilang beliau "tua" tapi emang kenyataan, kan?

Daddy! | Oikawa Tooru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang