Wolu.

3.5K 545 40
                                    

Hari minggu harusnya menjadi hari yang paling menyenangkan bagi seluruh anak sekolahan, namun buat gue enggak sama sekali. Gue selalu merasa sial setiap hari sabtu dan minggu. Karena ketika gue libur, Daddy bakalan ikut meliburkan diri.

Setiap minggu pasti selalu ada aja omelan yang keluar dari mulut gue, sebenernya udah bosen mengomel tapi Daddy seolah kaya menantang gue buat mengomel terus.

Tiap sabtu sama minggu gue udah bilang di awal kalau asisten rumah tangga nggak pernah dateng, karena ada gue, lagian rumah juga nggak besar-besar amat, jadi berdua bisa cukup buat beresin rumah.

Niat nya sih begitu.

Namun kenyataannya enggak.

Jauh dari ekspektasi.

Seenggaknya Daddy kaya bapak-bapak lain gitu setiap hari minggu diam aja di depan rumah, minum kopi baca koran, ini malah sibuk bulak-balik buat membasuh terus menjemur bola voli-nya atau tidur seharian layaknya orang mati.

Sama sekali tidak ada kontribusi Daddy tiap sabtu dan minggu selain merecokki gue.

Gue memang biasa kalau hari minggu menyuci baju, seenggaknya biar enggak terlalu menumpuk dan pakaian gue habis.

"Dad, baju kotornya mana?" Gue dengan bebas masuk ke kamar Daddy, sedangkan beliau masih sembunyi di balik selimut tertidur pulas.

Gue menghampiri Daddy dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, "Bangun, aku udah bikin sarapan,"

Setelah itu gue santai aja bawa cucian yang ada di keranjang baju kotor di toilet kamar Daddy, "Dad nggak ada lagi kan?"

Daddy cuma menggeram halus sebagai respon dan mengangkat tangan menampilkan jari jempolnya.

Gue langsung aja kembali ke bawah, memasukkan cucian kotor ke mesin cuci dan menunggu sampai beres.

Selagi gue menunggu cucian, gue menyapu rumah sampai bersih, beres-beres, membuang sampah ke depan, membersihkan debu segala macam kegiatan yang biasanya dilakukan asisten rumah tangga, gue jabanin tiap minggu.

Setelah semuanya beres, gue mendekat ke arah mesin cuci, semuanya beres, gue cuma tinggal jemur cucian dan mengepel lantai.

Lagi asyik-asyik menjemur pakaian di depan rumah seperti biasa, komplek rumah selalu ramai, banyak ibu-ibu yang lagi belanja sayuran atau bapak-bapak yang lagi mandiin burung, cuci mobil atau ada juga yang olahraga.

Ada anak kecil yang lagi main juga ada, seramai itu komplek gue tiap akhir pekan.

Setelah beres menjemur pakaian yang memang nggak seberapa banyak gue kembali dan mengepel rumah, mulai dari kamar gue, kamar Daddy, dapur, ruang makan, ruang tv, ruang tamu dan teras dengan kekuatan seribu tangan gue mengepel sepenuh hati, lantai mengkilap cantik, bahkan gue bisa lihat pantulan wajah gue dari ubin keramik rumah gue saking kinclong-nya.

Gue menunggu santai berdiri di luar rumah sambil menunggu ubin kering, lagi santai berdiri sambil memperhatikan tetangga-tetangga, teriakan Daddy bikin gue kaget.

"SAYANGGGGGG, BAJU DADDY ADA YANG KETINGGALAN NIH!"

Kenapa nggak daritadi:)

Pintu rumah gue terbuka lebar, gue yang memang berdiri tepat di luar bisa melihat Daddy lari-lari pakai sendal dirumah sambil membawa beberapa tumpukan baju menghampiri gue.

Disitu gue merasa sakit yang teramat dalam.










Pakaian.

Ubin.

Belum kering.












Daddy sampai di depan gue sambil nyengir kuda, "Ini ketinggalan, maaf ya," terus menyodorkan tumpukan baju.

"Eh? Kamu lagi ngepel ya? Yaampun maafin Daddy," beliau sadar ketika melihat gue yang sedang memegang tongkat pel dan ember berisi air kotor.

Terus beliau berjalan mundur-maju lagi, pinggir-maju, mundur-pinggir seolah menghindar mencari ubin yang kering namun kenyataannya malah menambah kotor lantai.

Belum juga gue siram pakai air bekas pel.

Gue bisa melihat sekarang Daddy lagi ketawa kikuk menatap gue yang sedari tadi menatap Daddy dengan pandangan menusuk mematikan, Daddy memandang gue was-was.

"Daddy," panggil gue.

"I-iya sayang?"

"Makasih lho, makin kotor," gue tersenyum penuh arti dan meninggalkan Daddy masuk kedalam yang diam mematung memandangi kepergian gue.

"DEK JANGAN MARAHHHHHHHH!" rengek Daddy.
































Sabar, sabar, sabar, sabar:)

*****

Daddy! | Oikawa Tooru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang