Lima.

4.4K 701 93
                                    

Bel pulang berbunyi, gue langsung bergegas membereskan buku-buku dan alat tulis yang berceceran kedalam tas dengan rapih.

Baru aja mau keluar dari kelas, langkah gue terhenti dengan adanya panggilan dari teman sekelas.

"[Name], bantuin gue bisa?"

Gue noleh kearah belakang, ada bendahara yang lagi menatap gue dengan memelas.

"Apa?"

Iya sesingkat itu, gue memang dikenal dengan anak yang cuek dan kadang judes, tapi mereka belum tahu aja gue di rumah seperti apa.

Bendahara tadi mendadak keringat dingin, mau ketawa tapi jaga imej.

"Bantuin gue nulis ini di papan tulis ya?" Pinta dia sambil menyodorkan secarik kertas yang bertuliskan kalimat.

Tanpa basa-basi gue mendekat ke arah meja guru dan mengambil spidol hitam, lalu menulis kalimat yang diberikan tadi.

Jangan lupa bayar kas, untuk yang masih nunggak besok saya akan tindaklanjuti.


-Jyuto Iruma.


Tentunya dengan huruf sambung khas milik Pak Jyuto, gue langsung mengerti ketika bendahara memberikan secarik kertas tadi.

Pengelabuan sebenarnya, namun biasanya efektif.

Setelah menulis gue langsung menaruh spidol dan berjalan keluar meninggalkan bendahara tadi yang berulang kali bilang terimakasih.

Tiba-tiba gue merasakan getaran cinta dari handphone gue, cielah dangdut banget gue. Btw hengpon jadul mirip si minceu.

Huruf bertuliskan 'Daddy Tampan' tertoreh di layar.

Ini yang menulis namanya Daddy sendiri bukan gue, emboh gue manggil Daddy ganteng meski aslinya ganteng, mending Om Hajime.

Gue dengan santai buka chat yang masuk.

Daddy Tampan

SOS!


Pas udah baca itu gue langsung aja pergi melesat dan melampauinya keluar gerbang, buru-buru nemuin Daddy.

Dan pemandangan pertama kali yang gue lihat yaitu, Daddy lagi ketawa-ketiwi bareng guru-guru cewek yang ada di sekolah gue.

Hadeh, gue udah ngerti juga sih dari pesan SOS nya Daddy, beliau sering banget ngasih SOS kalau lagi jemput gue ke sekolah.

Gue dengan terpaksa berdesakan memasuki kerumunan, "Maaf bu, permisi saya mau pulang,"

"YAHHHH!"

Seolah tahu mereka perlahan langsung membubarkan diri dengan wajah kecewa. Dasar ibu-ibu ganjen, nggak tenang lihat yang bening barang sedetik.

Daddy bernafas lega, "AKHIRNYAAAA!"

Gue cuma mendelik sebal, "Lain kali biarin aja Pak Budi yang jemput aku daripada Daddy,"

"EHHHH? KOK??? DADDY KAN MAU JEMPUT KAMU~,"

Memijat kening pelan, "Nggak! Pak Budi aja!"

Daddy meraih gue terus meluk dan mendusel pipinya di pipi gue, "Daddy aja udah, nggak usah Pak Budi, yayayayaya,"

Yang kaya gini nih yang harus disingkirkan.

Iya gue emang paling lemah kalau Daddy udah kaya gini.

"Yaudah oke, Daddy boleh jemput aku, tapi dengan syarat pakai masker!"

"Hah kok masker? Kan itu buat perawatan?"

"Bukan masker itu! Masker buff! Biar muka Daddy nggak keliatan!"

"Jahat banget sih!~"

"Bodo amat!"

Daddy ketawa gue cuma memberikan tatapan bingung, "Iya~ iya~ nanti Daddy pakai masker, gausah cemburu gitu ah~," terus tak lupa mencuri kecupan ringan di pipi gue setelahnya berlari buru-buru masuk kedalam mobil.

"Cemburu ndas mu!"







Ini bukan terlalu tampan tapi terlalu pede.

*****

Daddy! | Oikawa Tooru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang