[19 November 2017]
“Jungkook, sayang!”
“Ada apa?” tanya lelaki itu halus. Ia melangkahkan tungkai demi mendekati sang kekasih.
“Apa kau mau ke kantin?”
Jungkook segera duduk di sebelah gadis itu, kemudian ia menyandarkan kepalanya pada pundak kekasihnya. “Tidak sepertinya, aku tidak lapar.”
“Oh ayolah, aku lapar sekali,” kekasihnya mengacak-acak rambut Jungkook, lalu ia tertawa melihat rambut lelaki itu berantakan akibatnya.
“Tidaaakk,” jawab Jungkook manja, “Ya, Sumin - ah, kau pergi bersama teman-temanmu saja,” usul Jungkook pada sang kekasih.
Kim Sumin, kekasih lelaki itu justru mengerucutkan bibir, “Astaga, aku bilang aku ingin makan bersamamu!”
Jungkook menghela, ia akhirnya mengangguk dan langsung bangkit, berjalan mendahului Sumin. Segera gadis itu melingkarkan tangannya di lengan Jungkook, dengan sesekali melontarkan candaan yang bahkan Jungkook tak dengar sama sekali.
Selama kakinya terus melangkah menuju kantin, Jungkook memikirkan perasaannya pada Sumin. Rasanya sudah menghilang dan tak ada rasa bergairah lagi di mata Jungkook, ketertarikannya pun lama-kelamaan kandas dimakan waktu.
Jungkook hanya bisa menghela, ia sudah tidak merasakan debaran jantung lagi saat berdekatan dengan kekasihnya. Kini, yang ia rasakan adalah rasa jengkel yang mendalam karena gadis itu egois.
Tiba-tiba Sumin berhenti, ia menatap objek yang ada di depannya. Sumin seger lompat-lompat kesenangan, “Jungkook, ada Kim Taehyung dan Park Jimin di sana! Ayo kita makan bersama mereka!”
Jungkook lantas menggeleng, ia menolak disertai senyuman, “Sepertinya kau saja deh yang ke sana, aku harus ke toilet.”
Dengan senang hati Sumin mengangguk, ia segera berlari meninggalkan Jungkook. Dari kejauhan, lelaki itu dapat lihat Sumin yang langsung merangkul Taehyung dan Jimin, lalu mereka saling melontarkan candaan.
Jungkook tersenyum paksa lalu ia melangkahkan kakinya menuju toilet sekolah. Setelah sudah ada di dalam, ia menatap pantulan dirinya di cermin, membersihkan wajahnya dengan air. Lelaki itu hanya diam, ia sudah bosan hidup di dunia.
Hingga ia memilih untuk kembali melangkah ke gudang, menjalankan aktivitas yang terus ber-rotasi. Ia membuka pintu besi itu perlahan, langsung saja suasana mencekam menyergap Jungkook.
Tapi ini sudah biasa, Jungkook tidak pernah takut akan hal ini. Ia kembali menutup pintu, memerhatikan isi gudang yang begitu kusam dan berdebu. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat favoritnya— pojok gudang.
Namun alangkah terkejutnya saat maniknya menatap siluet yang sedang berdiri di atas meja, diiringi suara tangisan yang menulikan telinga. Jungkook melirik sebentar, kemudian ia melangkahkan tungkai untuk melihat siapa pelakunya.
Ia melihat seorang gadis yang sedang menangis di depan tali. Jungkook membulatkan matanya saat tahu gadis itu berniat untuk bunuh diri, ia segera lari dan mencoba melarang gadis itu.
“Hei! Turunlah! Apa yang kau lakukan?!”
Gadis itu nampaknya tak merasa terganggu oleh kicauan Jungkook yang berada di bawahnya. Gadis malangbitu menggenggam erat tali yang sudah siap untuk dijadikan media menggantung diri, tapi air matanya terus menerus mengalir.
Jungkook dengan cepat naik ke atas meja itu, ia menarik tubuh mungil gadis itu sehingga gadis itu menjauh dari tali tersebut. Gadis itu langsung berontak minta dilepaskan, namun Jungkook justru memeluknya sangat erat.
“Hei, ada apa?” tanya Jungkook khawatir, ia mengelus punggung gadis itu lembut, “lain kali jangan seperti itu. Hanya orang bodoh yang akan melakukannya, kau tahu?”
Tapi nampaknya gadis itu merasa nyaman berada dalam pelukan Jungkook yang hangat, akhirnya ia membalas pelukan lelaki itu, namun air matanya belum bisa berhenti.
Jungkook bisa mengerti, ia hanya diam dan berusaha untuk menenangkan gadis itu.
“Terima kasih,” ucap gadis itu pada akhirnya, “terima kasih banyak.”
“Tidak apa-apa,” Jungkook tersenyim hangat, “namaku Jeon Jungkook, aku kelas 10-1. Siapa namamu?”
Tak ingin melepas pelukannya dari lelaki bernama Jungkook ini, gadis itu langsung menjawab, “Park Jiyeon, kelas 10-3.”
Jungkook manggut-manggut, “Nama yang cantik.”
Jiyeon tersenyum malu, “Terima kasih banyak.”
“Lain kali kalau ada masalah, bisa ceritakan padaku? Jangan mengambil tindakan bodoh seperti tadi, mengerti?” tanya Jungkook, ia masih setia merengkuh Jiyeon.
Jiyeon mengangguk, “Aku mengerti, terima kasih Jungkook.” []
***
Haloo, sudah mulai masuk part flashback yaaa <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive
Fanfic❝Ingat kisah kita 3 tahun yang lalu?❞ ❝Tentu. Tentang si posesif gila yang menjagamu sampai kita menikah, 'kan?❞ ❝Dasar, dari dulu sampai sekarang pun kau tetap posesif. Beruntunglah kau masih kucintai, Kook.❞ Dimulai saat Jeon Jungkook menemukan Pa...