Sixteen

554 53 21
                                    

Jungkook dan Jiyeon sudah tiba di tempat tujuan, kafe Andalusia. Jungkook memesan secangkir vanilla latte dan Jiyeon memesan secangkir espresso. Mereka kini bergeming, bingung harus memulai percakapan dengan topik seperti apa.

Terlebih, kini Jungkook harus memahami Jiyeon secara perlahan, memahami apa yang Jiyeon butuhkan, mengerti semua tindakan Jiyeon. Jungkook sebenarnya tak tahu menahu tentang penyakit-penyakit mental, ia hanya tau beberapa.

"Ji, bagaimana keadaan aya-" Jungkook langsung bungkam saat menyadari bahwa pertanyaannya terbilang sensitif. Jiyeon mengernyit, matanya membulat. Ingin tahu apa yang Jungkook tanyakan.

"Apa Kook?"

Jungkook tersenyum lebar, berusaha menetralkan mimik wajahnya. "Bagaimana keadaan anjingmu? Eh, kau punya anjing tidak?"

Jiyeon tertawa kecil melihat ekspresi Jungkook yang terlihat lucu, kemudian ia menggeleng, "Tidak, aku tidak punya anjing."

"Kenapa? Anjing lucu, asal kau tau," Jungkook lalu menyesap vanilla latte-nya, mengamati raut wajah Jiyeon yang secara tiba-tiba muram.

"Pasti ia akan mati. Seketat apapun aku menjaganya, mereka akan tetap mati, Kook," ujarnya pelan, kemudian menunduk.

Jungkook menjilat bibirnya, terus fokus pada Jiyeon. Jungkook menarik napas dalam, tak tahu apa yang seharusnya ia katakan setelah ini. Perlahan tangannya meraih punggung tangan Jiyeon, menggenggamnya erat.

"Kau baik-baik saja?"

Jiyeon mendongak, bertatapan dengan Jungkook sebentar lalu ia tersenyum kecil, "Kau mau kutunjukkan sesuatu?"

Jungkook mengangguk walau ia tidak mengerti apapun, "Boleh, ada apa?"

Jiyeon tiba-tiba bangkit dengan bahagia, "Tapi kau janji tidak akan pergi dariku 'kan?"

Pertanyaan itu menohok Jungkook. Masalahnya ia tidak tahu apapun tentang ini semua, dan sekarang ia harus berjanji untuk tetap bersama Jiyeon walau masalahnya seberat apapun.

"Aku..." ia berhenti, menghela napas sejenak, meyakinkan dirinya bahwa Jiyeon lebih membutuhkan dirinya, "aku berjanji. Aku tidak akan meninggalkanmu."

Senyum Jiyeon mengembang, kemudian gadis itu menarik lengan Jiyeon, "Ayo ikut aku! Tinggalkan saja minumannya, aku yang akan bayar."

***

Sepanjang perjalanan, Jiyeon terus saja menggenggam tangan Jungkook dan membawanya berjalan-jalan mengelilingi Kota Seoul. Ia akan mengajak Jungkook ke tempat favoritnya, bermain bersama teman-temannya dan mengenalkan Jungkook pada teman-temannya.

Jungkook yang ada di belekangnya hanya diam memerhatikan tubuh Jiyeon yang terlihat kegirangan. Terkadang ia tersenyum kecil karena rambut panjang Jiyeon yang bergerak seiring lompatan kecil gadis itu.

Lucu, pikirnya.

Untuk saat ini, saat dimana tangannya digenggam oleh milik Jiyeon, ia bersyukur. Jungkook bersyukur masih bisa melihat Jiyeon melalui matanya sendiri. Ia bersyukur masih bisa merasakan kehadiran Jiyeon untuk saat ini. Mengingat kejadian bunuh diri yang Jiyeon lakukan di gudang, Jungkook cukup bangga karena ia bisa menjaga Jiyeon sampai saat ini.

Selama berjalan selama beberapa menit mengelilingi pinggiran Kota Seoul, Jiyeon akhirnya tiba di tempat favoritnya. Senyum lebarnya tercetak, menarik Jungkook lebih erat dan berlari lebih cepat. Ia ingin cepat sampai dan melepas rindu bersama teman-temannya.

Jungkook heran saat melihat rumah kecil dengan tulisan 'Panti Asuhan Byeol' itu dikunjungi oleh Jiyeon— bahkan dirinya juga ikut mengunjungi panti asuhan kecil ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang