II : Target

992 51 2
                                    

"Ma beliin adek seragam baru dong," pinta Denia kepada Raisa -mamanya yang sedang sibuk menyiapkan makan malam.

"Kan seragam kamu masih baru kok udah minta beliin lagi? Kamu tambah gendut ya?" Raisa berkata tanpa memperhatikan Denia.

Denia mendengus sebal. "Aku gak gendutan ma tapi seragam aku ilang," bohong Denia padahal ia dengan sengaja membuang seragamnya tadi.

"Kok bisa?" Sekarang Raisa menatap putri bungsunya itu dengan dahi mengernyit.

"Jatuh di jalan mungkin," jawab Denia asal lalu sebelah tangannya mengambil 1 paha ayam goreng yang tersedia di meja makan.

Belum juga Denia gigit ayam itu langsung diambil oleh Raisa dari tangan Denia. "Cuci tangan dulu!" Peringanya membuat Denia mendengus sebal namun tak urung tetap melaksanakan perintah Raisa.

Baru saja Denia mau mengambil ayam lagi, Raisa menjauhkan piring itu dari jangkauan Denia. "Mama," protesnya.

"Panggilin papa sama kakak dulu baru boleh makan." Raisa tersenyum miring nelihat ekspresi sebal putrinya.

"PAPA, KAKAK BURUAN MAKAN DITUNGGU MAMA!"teriak Denia dengan begitu keras hingga membuat Raisa sedikit terlonjak karena kaget.

"Udah aku panggil ma sekarang aku boleh makan kan?" Denia tersenyum sok imut.

Setelah selesai makan malam Denia langsung beranjak ke kamarnya untuk tidur. Hari ini tenaganya benar-benar terkuras habis sehingga ia memutuskan untuk tidur lebih awal.

🐣🐣🐣

Hari ini Denia berangkat menggunakan seragam sekolah lamanya. Masa bodoh ia dikira murid baru lagi ataupun mendapat teguran dari gurunya yang penting ia berseragam dulu.

Niatnya ia ingin membeli seragam pagi-pagi sekali tapi apa daya koperasi sekolahnya buka pukul 8 sehingga Denia memutuskan memakai seragam sepunyanya saja toh seragam sekolah lamanya tak terlalu berbeda dengan seragam sekolah barunya.

"Denia." Panggilan itu membuat Denia yang sedang berjalan sendirian di koridor menoleh dan mendapati Vega berlari kecil menghampirinya.

"Nih." Vega mengulurkan paper bag. "Itu seragam lama gue moga aja muat buat lo."

Denia tersenyum, beruntung sekali ia mempunyai teman baru sebaik Vega. Saat pertama kali mereka bertemu Denia sudah menduga kalo Vega adalah orang baik dan dugaanya 100% benar.

Vega dan Denia kemudian berjalan beriringan menuju toilet yang tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.

"Semalem gue telephon kok lo gak angkat Den?" tanya Vega sambil merapikan seragamnya di depan cermin washtafel.

"Jam berapa? Dari kemarin gue gak pegang hp soalnya," jawab Denia dari dalam bilik toilet. "Eh tapi hp gue kemana ya kok gue gak liat wujudnya dari abis pelajaran olahraga."

Denia mulai panik saat menyadari bahwa ia tak membawa ataupun melihat perwujudan ponsel bercover pink kesayangannya sedari kemarin.

Ia keluar dari bilik toilet sembari mengingat-ingat kapan terakhir kali ia melihat ponselnya. Seingatnya sebelum pelajaran olahraga ia menaruh ponselnya di laci meja namun setelah olahraga ia hanya menemukan secarik kertas di lacinya dan tak melihat ponselnya disana.

Mata Denia membelalak kala ia menebak siapa orang yang mengambil ponselnya. Tidak salah lagi, orang itu pastilah yang menaruh kertas di lacinya yang juga dengan sengaja merendam seragamnya di air bekas pel.

"Ve, pinjem hp bentar."

Vega langsung merogoh sakunya dan mengambil ponsel yang selanjutnya ia serahkan kepada Denia.

DENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang