Denia berteriak histeris ketika kakinya yang terkilir dipijat oleh Raisa. Ia duduk di sofa dengan kaki kirinya berada di pangkuan Raisa. Beruntung Raisa adalah mantan guru olahraga sehingga Denia tak perlu repot memanggil tukang urut untuk mengobati kakinya.
"Sakit ma... pelan-pelan!" Denia merengek seperti anak kecil sambil sedikit meronta.
Raisa memukul paha Denia agar gadis itu diam. "Makannya anteng!"
Denia hanya mencebikkan bibirnya dan melihat bagaimana tangan lihai Raisa memijat kakinya. Sesekali ia mengaduh kala tangan Raisa memijat tepat di pusat sakitnya.
Denia menghela napas lega begitu Raisa selesai memijitnya.
"Gimana udah enakan?"
Denia mengangguk dan mencoba menggerakkan kakinya. Masih terasa sedikit sakit tapi tak separah sebelumnya.
"Makannya besok lagi hati-hati jangan lari-larian di kamar mandi," peringat Raisa yang diangguki Denia.
Ya gadis itu beralasan kalau ia terpeleset di kamar mandi karena sudah kebelet buang air. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya atau Veron akan berada dalam masalah jika berani melukai putri kesayangan Raisa.
🐣🐣🐣
Rumor tentang Denia yang menjadi perusak hubungan Veron dan Agatha --pacar Veron-- masih hangat dibicarakan oleh warga SMA Dirgantara.
Pagi ini pun Denia masih harus mencoba bersabar kala menyusuri koridor menuju kelasnya bersama Davian. Banyak yang menatapnya dengan tatapan menyebalkan namun tak secara terang-terangan karena ada Davian di sampingnya.
Ia mencoba menulikan telinganya mengabaikan semua hal buruk yang mereka tuduhkan kepadanya. Denia bersikap masa bodoh akan semua itu toh bukan itu yang sebenarnya terjadi.
Begitu memasuki kelasnya Denia dikejutkan dengan adanya Veron di dalam kelasnya. Cowok itu duduk santai di bangkunya dengan kedua kakinya di letakkan menyilang di atas meja dengan mata terpejam.
Pantas saja atsmosfer kelasnya sangat berbada dari biasanya.
Denia melangkah pelan menuju bangkunya yang berada di baris ketiga. Vega sepertinya belum berangkat karena ia tak menemukan keberadaan gadis itu maupun tasnya.
"Kak." Denia menepuk pundak Veron pelan.
Veron membuka matanya dan langsung mengubah posisi duduknya dan melepas earphone yang sedaritadi menyumpal telinganya.
"Ikut gue." Veron langsung menarik tangan Denia dan membuat seisi kelas Denia riuh seketika melihat pemandangan tersebut.
Denia mencoba menyamakan langkahnya dengan langkah panjang Veron. Sedikit tertatih ia mengikuti Veron karena kakinya memang belum sembuh betul bahkan ia terpaksa harus berangkat bersama Davian. Dan sepertinya cowok di depannya ini tidak tau kalau ia sedang menahan sakit dan bersusah payah menyamai langkahnya yang begitu lebar.
Denia menatap tangannya yang digenggam oleh Veron. Terasa hangat disana dan Denia menikmati kehangatan itu. Tangan cowok itu ternyata sangat berbeda dengan sikap dan tatapannya yang sangat dingin.
"Kita mau kemana kak?" tanya Denia penasaran begitu mereka sampai di halaman belakang sekolah.
"Bolos."
Jawaban singkat dari Veron membuat Denia menghentikan langkahnya seketika. Yang benar saja cowok itu mau mengajaknya bolos lagi. Ia sudah cukup kapok dengan hukuman yang diterimanya belum lama ini dan sekarang Veron berusaha membuatnya berurusan lagi dengan guru BP?
Veron menatap Denia yang mencoba menahan langkahnya.
"Aku nggak mau bolos lagi kak,"
Denia mencoba melepaskan genggaman tangan Veron tapi cowok itu justru semakin meneratkan genggamannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DENIA
Teen FictionDenia tidak menyangka bahwa hidupnya akan berubah 180 derajat setelah ia bertemu dengan Veron. Kakak kelas di sekolah barunya itu selalu saja membuatnya dalam masalah. Seolah itu tak cukup, Veron dengan tanpa berdosa memaksanya untuk menjalani hubun...