XII : Apa Maksudnya?

671 35 1
                                        

Denia tak bisa fokus selama pelajaran berlangsung. Matanya terus saja melirik ke bangku bagian tengah di mana Kevin sedang duduk dengan santainya di sana.

Cowok itu pindah ke SMA Dirgantara dan sialnya sekarang ia harus sekelas dengan cowok itu. Padahal niatnya pindah ke Dirgantara adalah agar terhindar dari Kevin.

Begitu bel pulang berbunyi, Denia langsung melesat menuju kelas Davian. Ia tak ingin Kevin menganggunya lagi.

"Kak cepetan pulang!" Denia berucap dengan napas terengah setelah berlari dari lantai satu menuju lantai tiga.

"Gue lupa kalau ada tambahan. Lo balik bareng Veron aja ya, gue tadi udah bilang kok sama dia."

Denia menghela napas Kevin dan Veron tak ada bedanya sama-sama ingin ia hindari. Tapi setidaknya Veron lebih baik dari Kevin jadi Denia akhirnya mengangguk setuju dan kembali turun menuju lantai dua.

Dari tempatnya Denia bisa melihat Veron baru saja keluar kelas. Denia segera mempercepat langkahnya untung menghampiri Veron.

"Kak aku pulangnya bareng kakak kan?" tanya Denia memastikan takut kalau Davian membohonginya atau malah Veron menolak untuk mengantarnya pulang.

Veron mengangguk membuat Denia bisa bernapas lega. "Tapi sebelum balik kita pantau Agatha dulu. Okay?"

Tentu saja Denia hanya mengangguk menuruti permintaan Veron. Toh statusnya masih sebagai target jadi kalau ia tidak patuh pastilah kesialan akan menimpanya.

🐣🐣🐣

Denia meneguk ludahnya susah payah ketika mobil Veron terparkir di depan sebuah toko alat musik.

"Gue mau beli gitar. Ntar lo yang ajarin gue," ucap Veron sambil melangkah masuk ke dalam toko.

Denia memandang ke sekeliling toko. Masih sama seperti dulu belum ada yang berubah. Bahkan kursi tempat dia biasa duduk sambil menunggu Kevin pun masih berada di tempat yang sama.

"Mbak Denia udah lama banget mbak nggak kesini," sapa salah satu pegawai di sana.

Denia hanya tersenyum dan mengangguk sopan enggan menjawab.

Ya hampir semua pegawai di sini mengenal Denia. Itu karena dulu ia sering sekali mampir ke toko ini. Untuk sekedar melihat koleksi alat musik terbaru ataupun hanya mendatangi Kevin untuk memainkan alat musik bersama.

Banyak kenangan indah dan buruk bersama Kevin di tempat ini. Dan kecintaannya pada musik juga berawal dari toko ini.

Toko ini adalah milik Kevin. Setaunya ini adalah hadiah karena Kevin berhasil menang di ajang kompetisi musik nasional.

Berada di toko ini membuat Denia merasa tak nyaman. Ia takut kalau Kevin tiba-tiba muncul.

Melihat gelagat Denia yang nampak aneh membuat Veron mengernyit heran. Setaunya gadis di depannya ini begitu menyukai musik bukankah harusnya Denia merasa senang ia ajak kemari.

"Kenapa lo?"

Denia menggeleng. "Nggak pa-pa kok," jawabnya bohong.

Veron hanya mengendikkan bahunya dan melanjutkan memilih gitar.

"Kalau ini gimana Den?" Veron menunjuk gitar yang mirip dengan miliknya hanya saja warnanya hitam.

"Bagus kak," jawab Denia sambil menampilkan senyuman kecil di wajahnya.

Veron langsung mengambil gitar tersebut dan membawanya ke kasir setelah sebelumnya di cek oleh Denia.

Denia menghela napas lega akhirnya ia bisa keluar dari toko itu dan tak bertemu Kevin.

DENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang