XI : Kiss the Rain

732 34 0
                                        

Denia diperbolehkan pulang oleh dokter karena kondisinya sudah membaik. Beruntunglah alerginya tidak terlalu parah karena kalau tidak ia pasti akan dipaksa opname oleh sang dokter.

Sampai di kamar Denia langsung merebahkan tubuhnya di pulau kapuk kesayangannya.

Ia kemudian mengambil ponsel dari tasnya dan tak lama setelahnya ada panggilan masuk dar Vega.

"Halo Ve," sapa Denia begitu panggilan tersambung.

"Kata kakak lo, lo masuk rumah sakit Den."

"Gue udah balik kok cuma alergi ringan aja," sahut Denia sambil terkekeh kecil.

"Ini si Daniel sama kak Raka ribut ngajak jengukin lo."

"Ya sini kalau mau jenguk tapi bawain oleh-oleh yang banyak ya."

"Oke gampang. See you."

Setelah sambungan teleponnya terputus Denia memilih membuka social media yang ia miliki. Menstalk akun milik teman-teman lamanya.

🐣🐣🐣

Seninnya Denia bisa berangkat sekolah seperti biasanya. Reaksi alerginya tidak parah dan hanya meninggalkan beberapa ruam merah di tangannya.

Denia berjalan dengan santai menuju kelasnya namun langkahnya langsung terhenti begitu melihat ada orang yang sangat dikenalnya berdiri bersandar di tembok dekat pintu masuk kelasnya.

Denia berdehem sejenak lalu melanjutkan langkahnya dan pura-pura tak melihat orang itu.

"Denia."

Langkah Denia terhenti karena orang itu mencekal tangan Denia.

"Lepasin gue!" Denia berucap dengan nada yang begitu ketus.

Cowok itu menggeleng. "Ikut gue!"

Denia ditarik paksa oleh cowok itu. Ia meronta hingga menjadi pusat perhatian namun cowok di depannya ini seakan tak peduli.

"Kevin, please lepasin gue."

Cowok yang dipanggil Kevin itu tak bergeming dan terus menarik tangan Denia.

"Kak Veron, help me!" Denia berteriak ketika mereka sampai di halaman belakang dan Denia melihat Veron yang baru saja memasuki area sekolahnya lewat gerbang belakang.

Tak ada lagi yang bisa ia mintai pertolongan selain cowok itu. Entah Veron akan membantunya atau tidak yang penting ia sudah mencoba.

Veron yang mendengar panggilan Denia segera menghampiri mereka dan melihat tangan Denia yang dicengkram begitu erat oleh Kevin dengan tatapan meremehkan

"Banci lo main kasar sama cewek!" Veron menghempaskan tangan Kevin hingga cengkramannya pada tangan Denia terlepas.

Denia memegangi tangannya yang terasa cukup sakit. Cengkraman tangan Kevin meninggalkan warna kemerahan di tangan Denia.

Veron tiba-tiba menairk Denia agar berdiri di belakangnya.

"Jangan berani lo sentuh dia atau lo berurusan sama gue!" peringat Veron.

Kevin berdecih dan menatap Veron remeh. Tidak ada orang yang berani membantahnya sebelumnya dan perlakuan Veron benar-benar membuat Kevin naik pitam.

Kevin baru saja mau melayangkan tinjuannya untuk Veron tapi Veron lebih gesit dengan menahan tangan Kevin hingga tak mengenai pipinya.

Veron menghempas tangan Kevin dan mengenggam tangan Denia lalu membawanya menjauh dari sana meninggalkan Kevin yang sedang mengumpat sebal.

Denia sendiri tak peduli akan dibawa kemana oleh Veron yang terpenting ia bisa jauh dari sosok Kevin. Ia bahkan tak peduli kalau Veron mengajaknya membolos lagi.

"Tadi siapa?"

Mereka saat ini sedang berada di ruang musik. Salah satu ruangan yang selalu sepi di SMA Dirgantara. Entah karena lokasinya yang nampak menyeramkan karena berada di pojok sekolah atau karena hal lain ruang musik selalu sepi kecuali saat ada ekstrakulikuler. Veron duduk di salah satu kursi di sana dan Denia memilih duduk di depan sebuah grand piano putih. Ya walaupun jarang di pakai tapi fasilitas di ruang musik ini sangat lengkap bahkan Denia yang baru pertama kali masuk dibuat cukup kagum.

"Dia mantan pacar aku kak," jawab Denia tatapan matanya masih nampak shock. "Makasih ya kak udah bantuin aku."

"Iya,"  jawab Veron dengan nada dingin seperti biasanya.

Karena tak ingin berlarut-larut dalam keheningan tangan Denia mulai memencet asal tuts piano di depannya. Namun pencetan asal itu lama kelamaan mulai menjadi suatu melodi yang paling ia sukai.

Veron hanya diam memperhatikan bagaimana lincahnya jemari Denia menari di atas tuts piano tersebut. Veron tidak tau melodi apa yang dimainkan gadis itu, tapi melodi itu terdengar sangat indah menurutnya.

Veron merasa kagum. Denia bahkan tak melihat ke arah jemarinya dan hanya menatap lurus ke depan tapi sepertinya gadis itu tak salah menekan tuts dan bisa bermain dengan indahnya.

Berbanding terbalik dengan Veron yang terkagum-kagum, pikiran Denia juatru terlempar ke masa lalunya. Ia ingin melupakan apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu.

Kevin yang tak ingin ia temui kembali lagi. Tanpa permisi mencoba masuk lagi ke dalam kehidupannya yang baru.

Ia masih ingat kejadian beberapa bulan lalu yang memaksanya pindah dari sekolah lamanya karena terlalu takut berada di sekitar Kevin tapi Kevin justru mengikutinya. Mencoba membuatnya semakin takut.

Denia menoleh saat permainannya selesai dan melihat Veron berdecak kagum.

"Gila! Lo kok bisa main piano?" tanya Veron masih dengan wajah takjubnya entah kemana perginya wajah dingin Veron, Denia tak tau.

"Aku nggak terlalu pintar di bidang akademik makannya mama paksa aku buat belajar musik setidaknya aku harus bisa kuasain bidang non akademik."

"Pantesan."

Setelahnya hanya ada keheningan. Veron berkutat dengan ponselnya sedangkan Denia hanya diam tak ingin menganggu kegiatan Veron.

Ia ingin kembali ke kelasnya tapi ia urungkan kecuali ia ingin dihukum karena masuk terlambat. Ia akan ke kelasnya saat pergantian jam pelajaran karena itulah saat teraman baginya.

Saat bel berbunyi Denia segera menyandang tasnya dan keluar dari ruang musik meninggalkan Veron yang sepertinya masih enggan kembali ke kelas.

"Oh ya kak," Denia berbalik menatap Veron dari depan pintu ruangan. "Judul lagu tadi Kiss the Rain kalau kakak pengen dengerin lagi. Lagu itu selalu berhasil bikin sedih aku ilang siapatau berlaku juga buat kakak."

Veron mengangguk paham dan Denia langsung melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

🐣🐣🐣

Yuhuu i'm back

Setelah sekian lama ngga nyentuh cerita ini akhirnya bisa update lagi walaupun pendek 😅

Don't forget to vote and comment

🎨 24 Januari 2019

Withlove
DotterNatt

DENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang