Kehidupan Denia di sekolah semakin tak tentram. Dulu ia memutuskan pindah sekolah agar hidupnya damai tapi pilihannya ternyata salah.
Hanya kurang dari dua bulan ia lepas dari belenggu Kevin sekarang cowok itu datang lagi ke kehidupannya. Belum lagi gangguan dari Veron membuatnya semakin ingin pindah sekolah.
"Ma aku pindah sekolah aja ya?" Denia menatap Raisa dengan tatapan penuh harap.
Raisa berhenti mengaduk adonan kuenya dan beralih menatap Denia. Ya sedaritadi mereka sedang sibuk membuat kue atau lebih tepatnya hanya Raisa yang sibuk karena Denia bahkan tak membantu sedikitpun hanya duduk diam melihat pergerakan mamanya.
"Kamu kan abis pindah sayang, masa mau pindah lagi? Ada masalah?"
Ada buanyakkk.
Itu yang ingin Denia katakan tapi yang ia lakukan justru hanya menggeleng. Sangat berkebalikan dengan pikiran dan hatinya.
Raisa terkekeh dan mengacak poni putri satu-satunya itu. "Kamu aneh-aneh aja."
Denia menghela napas lelah, sepertinya keinginannya kali ini tak akan terpenuhi.
Mata Denia membelalak kaget saat melihat jarum jam yang melingkar di pergelangan kirinya menunjukkan pukul empat lebih limabelas. Ia kemarin sudah berjanji kepada Veron akan mengajari cowok itu bermain gitar dan otaknya dengan seenaknya melupakan hal itu.
Buru-buru Denia berlari ke kamarnya mengambil gitar dan slingbagnya lalu berlari cepat menuju garasi.
Di jalan Denia melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia bahkan hampir menabrak seorang penyebrang jika tangannya tak gesit menarik rem.
Begitu sampai di rumah Veron ia segera memencet bel dan tak lama kemudian seorang satpam berperawakan gagah menyambutnya.
"Cari siapa neng?" tanya Satpam tersebut dengan nada ramah.
"Kak Veron ada pak?"
"Waduh nggak ada neng, tuan Veron lagi pergi dari jam tiga tadi."
What the--
Dia udah bela-belain ngebut di jalanan kayak orang kesetanan tapi sampai di rumah Veron anak itu malah minggat entah ke mana.
Denia akhirnya hanya menghela napas. "Ya udah pak kalau begitu saya permisi."
Setelahnya ia memilih pergi dari sana daripada ia menunggu Veron yang tak jelas kapan pulangnya kan mending dia jalan-jalan saja.
🐣🐣🐣
Denia masuk ke dalam cafe yang kemarin ia kunjungi bersama Veron. Bukan tanpa alasan ia memilih kemari. Ia kemari karena vanilla latte di sini lebih enak dari tempat biasa ia minum.
Setelah memesan ia memilih duduk di dekat jendela sembari melihat kendaraan yang lalu lalalng memadati jalanan sore ini.
Berada di cafe ini membuat Denia ingat perkataan Agatha kemarin.
'Jadi sekarang lo pacaran sama bekasan sepupu gue'
Pertanyaan atau lebih tepatnya pernyataan Agatha itu masih belum bisa ia pahami apa maksudnya hingga detik ini.
"Loh kamu Denia kan?"
Sebuah suara menginterupsi lamunan Denia. Denia menoleh dan mendapati Laisa sudah berdiri di depan mejanya.
Denia mengangguk sopan. "Iya tante, tante apa kabar?"
"Tante baik kok. Gimana kamu sama Veron masih suka dikerjain?"

KAMU SEDANG MEMBACA
DENIA
Teen FictionDenia tidak menyangka bahwa hidupnya akan berubah 180 derajat setelah ia bertemu dengan Veron. Kakak kelas di sekolah barunya itu selalu saja membuatnya dalam masalah. Seolah itu tak cukup, Veron dengan tanpa berdosa memaksanya untuk menjalani hubun...