When you are with me, I'm free
I'm careless, I believe
Above all the others we'll fly
This brings tears to my eyes
My sacrifice(My Sacrifice by Creed)
***
Irene tak bisa terlelap. Dia berusaha memirkan semua kaitan yang tadi terjadi. Sayang usahanya kembali sia-sia. Semakin Irene berpikir, semakin dia tak mengerti. Irene merasa dirinya begitu bodoh sekarang.
Alasan lain dia tidak bisa terlelap lagi adalah tadi saat dia berpikir tadi dia meminum segelas kopi hangat. Dia bukan penggemar kopi, tapi terkadang kopi membantunya berpikir lebih tajam.
Irene melirik jam yang menggantung di dinding. Pukul setengah setengah lima pagi. Hari sudah pagi, dia kehilangan waktu tidur yang berharga, situasi Mino masih belum dia baca, dan diperparah Mino yang pergi entah kemana.
Gebrakan kencang di pintu rumah membuat Irene kaget setengah mati. Dia itu ulah Mino yang tengah mabuk seperti kemarin tapi dugaannya jauh melesat. Di depannya kini berdiri orang-orang berbadan besar dan berwajah sangar.
"Siapa kalian?" tanya Irene mencoba bersikap berani walaupun nyali dia sekarang sangat ciut.
Irene tak pernah melihat tiga ini. Dilihat dari segi manapun, mereka bukan orang baik. Irene menelan ludahnya, untung saja dia punya senjata pertahanan dadakan. Sebelum tiga pria ini datang mendobrak pintu rumah Mino, dia tadi merebus air panas yang dia rencanakan untuk membuat kopi ketiganya untuk pagi ini.
Dilihat dari kondisinya saat ini, air panas itu bisa menjadi senjatanya yang paling hebat. Dia hanya harus tidak boleh jauh dari kompor di dapur ini.
"Jadi, ini yang Mino lakukan untuk menyekap tawanan? Dia tidak mengikatmu sama sekali?" tanya pria yang tidak punya rambut sekaligus pria terseram disana karena bekas luka goresan yang mencoreng wajahnya.
Irene segera menuangkan air panas dari teko itu ke tiga gelas, masing-masing gelas untuk setiap orang ini. "Katakan siapa kalian? Dan apa mau kalian?"
"Apa mau kami?" pria itu melirik kedua teman di kanan dan kirinya sambil tertawa renyah, "Mau kami adalah menculikmu dengan cara yang benar. Mino payah itu terlalu lemah untuk pekerjaan yang sangat ringan ini."
"Oh, begitu?" Irene menganggukan kepalanya. "Memangnya penculikan yang menurut kalian benar itu seperti apa?"
"Kami tak akan menjawabnya, biar kau saja yang rasakan sensasinya." Kali ini pria di kanan pria botak yang berbicara.
Tawa Irene pecah, "Kalian berbakat menjadi bintang iklan! Sungguh, aku tidak bohong! Rasakan sensasinya... puahahaha seperti iklan saja. Tagline kalian sudah bagus, tinggal kalian pergi saja ke Gangnam dan merombak wajah kalian. Tidak ada kata terlambat untuk merubah wajah monster kalian."
Perkataan Irene sukses memancing amarah ketiga pria itu. Si pria botak langsung menyuruh pria disampingnya mendekati Irene dan merencanakan aksi mereka. Irene bersiap dengan dua cangkir air panas di tangannya. Jujur saja Irene gemetar, kalau ia melewati timing yang tepat, air panas ini bisa saja malah mengenai tubuhnya bukan kedua orang itu.
Ketika jarak mereka sudah dekat, Irene tak membuang waktu. Ia langsung siram dua orang itu dengan air panas yang baru mendidih tepat di wajah mereka. Rencana sukses, dua pria sudah sukses berteriak kesakitan sambil memegang wajah mereka. Irene puas sekali, dia bahkan menyiram kedua pria itu dengan sisa air dari teko langsung untuk menambah kepuasan.
Tinggal satu cangkir air panas. Dengan senyum percaya diri, Irene mendekati si pria botak. Pria itu tampak marah oleh ulah Irene, Irene melihat kedua tangannya terkepal erat seperti hendak meninju orang, ah, maksudnya meninju dirinya. Tapi tentu saja hal itu tidak akan mudah, Irene lebih dulu menyiram orang itu dengan air panas. Selesai sudah, Irene lebih hebat dari ketiga preman tak berguna ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is A Lie
RomanceMINRENE Song Mino diberi tugas oleh bosnya untuk menculik Bae Irene untuk memberi pelajaran pada jaksa yang sudah membuat atasan mereka masuk penjara. Ada banyak hal yang terjadi selama Mino menculik Irene yang membuat Mino gusar dan takut pada pera...