The Little Things

781 119 52
                                        

Song : The little things by Colbie Caillat

****
Mino malu setengah mati saat pergi ke toko untuk membeli kebutuhan Irene itu… Mino sungguh tak mengira menculik adalah pekerjaan yang lebih sulit daripada membunuh. Apalagi jika targetnya wanita seperti Irene. Belum sampai satu hari, dia sudah diberi cobaan oleh Irene. Entah apalagi cobaan yang wanita itu beri pada Mino. Sungguh, Mino ingin mengakhiri penderitaannya secepatnya.

Penjaga toko yang sudah akrab dengan Mino tentu saja curiga, untuk apa Mino membeli keperluan wanita seperti itu.

“Ini untuk adikku.” sanggah Mino secepatnya.

“Kau punya adik?”

“Ya.”

“Aku kira ini untuk kekasihmu.”

Mino memutar matanya. Dia tidak ingin punya kekasih apalagi jika wanita itu si wanita sinting.
Untung saja ada antrian lain di belakang sehingga Mino bisa terlepas dari pembicaraan tak jelas ini. Mino pun segera beranjak ke rumahnya.

Irene masih ada di dalam kamar mandi. Mino mengetuk pintunya beberapa kali.

“Mino?”

“Bukan. Aku hantu.”

“Se-serius?”

Bukankah perempuan ini terlalu bodoh dan polos?

“Ya. Aku hantu dan aku sudah memakan Mino barusan.”

“Kau apa??? Kau sudah memakan Mino?”

“Iya.”

“Bagaimana rasanya? Enak tidak?”

“Biasa saja. Mungkin lebih enak memakan dirimu.”

“Awww…. Tentu saja aku lebih enak dari Mino.”

Mino memutar matanya kesal. Kenapa juga dia tadi mengajak Irene berbicara omong kosong karna wanita itu jelas berotak kosong.

“Sudahlah. Ini aku bawa kebutuhanmu! Cepat ambil.” Walau kebutuhan itu sudah dibungkus oleh plastik tetap saja Mino tak nyaman memegang barang pribadi itu lama-lama.

“Untuk apa kau membawa kebutuhanku, hantu?”

Sial… sabar sabar.

“Ini aku Mino.”

“Astaga… Mino!!! Kau sudah berubah jadi hantu sekarang?”

“Aku Mino dan belum berubah menjadi hantu. Jadi, cepatlah ambil ini!!!” akhirnya Mino meninggikan suaranya supaya Irene mendengar kejengkelan dirinya.

Cara itu ternyata berhasil. Irene membuka pintu kunci kamar mandi. “Tutup matamu.”

“Sudah.” padahal sebenarnya belum, untuk apa pula dia menutup matanya? Dia tidak tertarik dengan wanita itu dan tolong.… wanita itu hanya mengeluarkan tangannya dari kamar mandi. Mana mungkin Mino bernafsu dengan sebuah tangan.

“Terima kasih.”

“Hm.”

Mino pun segera melangkah ke ruang tamu atau entahlah apa ruang sesempit ini layak dijuluki ruang tamu. Yang jelas Mino akan tidur di sana mulai malam ini, dia akan beri kamarnya ke Irene. Mana mungkin dia tega membiarkan seorang wanita tidur di luar, walaupun Irene menyebalkan dia tetap seorang wanita.

Dia lalu melepas kemeja yang melekat di badannya dan menyisakan kaus dalam putih. Dia sudah terbiasa seperti ini, orang gilang mana yang tidur menggunakan kemeja?

 Dia sudah terbiasa seperti ini, orang gilang mana yang tidur menggunakan kemeja?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Is A LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang