Once there was a way,
To get back homeward.
Once there was a way
To get back home.Sleep, pretty darling,
Dot not cry
And I will sing a lullaby.(Golden Slumbers by The Beatles)
💙💙💙💙
Pertengaran dengan Irene membuat Mino enggan kembali ke rumah, dia masih kesal dengan wanita itu. Bisa-bisanya dia ikut mencampuri urusannya?
Tak ada lagi tempat tujuan yang paling tepat untuk Mino selain markas para mafia, tempat dimana bisa melampiaskan semua keresahan yang dia rasakan. Markas yang dimaksud Mino disini bukanlah markas utama, ini adalah markas untuk melatih para junior untuk melatih daya tangkas dan serang.
Mino bukanlah pelatih anak-anak ingusan itu, sebenarnya sangat jarang senior yang masuk ke markas ini karena hanya membuang waktu dan tenaga. Tapi Mino senang ada disana ketika dia banyak pikiran, dia senang melampiaskan kekesalan dia dengan cara bertempur dengan para bawahannya itu, toh itu symbiosis mutualisme, bukan? Mino bisa menjadi lebih tenang sekaligus memberi pelajaran bagi mereka.
“Hyung, kau disini?” seorang pria dengan senyum lebar datang mendekat. Pria itu bernama Bobby, dia adalah pelatih markas ini yang sebenarnya. Bobby selalu tersenyum tapi dia adalah pria berdarah dingin.
“Ya,”
“Sudah lama sekali kau tidak kesini, hyung… sudah lima bulan?”
Persetan dengan basa-basi tak berguna, Mino ke tempat ini bukan untuk mengobrol, dia punya tujuan lain. “Ada berapa bocah yang kau latih sekarang?”
“Jumlahnya makin menipis, hyung. Sekarang hanya ada delapan orang.”
Jumlah itu merosot jauh sekali, Mino ingat terakhir kali dia ke tempat ini sekiaranya ada dua puluh orang. Mungkin saja sekarang bocah-bocah menyedihkan yang menyerahkan diri untuk kejahatan sudah berkurang.
“Aku ingin melihat mereka,” titah Mino dingin.
“Siap, hyung!”
Bobby pun mengajak Mino masuk ke lapangan yang ada di luar markas itu. Di pinggir lapangan ada tabung yang dinyalakan api sehingga situasi tidak terlalu gelap. Saat ini cuaca sedang dingin karena akan memasuki musim dingin tapi para bocah di hadapannya dibiarkan tidak memakai baju, hanya celana pendek.
“Kalian berbarislah!” teriak Bobby yang langsung dituruti mereka.
Bocah ingusan di depan Mino punya banyak luka di wajah dan tubuh mereka, tapi bukan pandangan memelas atau kesakitan yang terpancar dari mata mereka, melainkan tatapan bengis. Itu memang aturan pokok di geng ini, tidak boleh ada tatapan memelas walau sekarat sekalipun, karena motto disini adalah lebih baik mati daripada terlihat lemah.
Biasanya mereka akan ditandem dengan kawan mereka sendiri, bisa pertandingan satu lawan satu, atau satu lawan semua anggota. Cara latihannya berat, Mino ingat dulu selama dua hari berturut-turut di tengah cuaca dingin, dia terus diminta bertarung tanpa henti bahkan tanpa makan dan minum.
“Kenalkan ini sunbae kalian, namanya Song Mino.” Serempak barisan itu pun menunduk sembilan puluh derajat.
Mino lalu berjalan menatap mereka satu persatu dengan jarak dekat. “Siapa namamu?” tanyanya pada bocah ketiga.
“Bang Yedam, sunbaenim.”
“Pukul aku!” titahnya, Yedam kaget dengan perintah tersebut.
“Ne?”
![](https://img.wattpad.com/cover/146074770-288-k435102.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is A Lie
RomanceMINRENE Song Mino diberi tugas oleh bosnya untuk menculik Bae Irene untuk memberi pelajaran pada jaksa yang sudah membuat atasan mereka masuk penjara. Ada banyak hal yang terjadi selama Mino menculik Irene yang membuat Mino gusar dan takut pada pera...