If I Knew

379 53 21
                                    

Oh, oh I, I was a city boy
Riding to danger's where I'd always run above and is hurt
I wouldn't have done
All the things that I've done
If I knew one day you would come

(If I Knew by Bruno Mars)

***

Seingatnya dia hanya pernah dua kali berpakaian rapi dengan mengenakan jas dan dasi seperti ini. Itupun saat dia masih kecil... saat ibunya masih ada. Sekarang, demi meraih keadilan bagi ibunya, dia kembali lagi berpakaian rapi.

Disinilah Mino berada, duduk dengan tegap menghadap ke kamera yang sedang mengarah padanya. Rencana dari Zico disambut bahagia oleh temannya. Media memang haus dengan berita yang menyakitkan seperti ini, bukan?

Kim Jinwoo, si reporter langsung bersikeras agar Mino melakukan pengakuannya beberapa hari setelahnya setelah semua bukti sudah beres terkumpul. Dia juga berkata tayangan video Mino ini nantinya akan disiarkan di prime time jam siaran. Dia yakin sekali kisah buruknya ini akan mendapat sambutan yang luar biasa dari warga Korea.

Jujur saja, Mino agak grogi. Untung saja dia melakukan rekaman terlebih dahulu, tidak langsung menyiarkan dirinya secara langsung.

Mino berdeham mencairkan gumpalan yang menyumbat tenggorakannya. Dia mengatur napas secara pelan. Lalu, dia pun mulai mengatakan apa yang seharusnya dia katakan sejak dulu.

"Annyeonghaseyo. Song Mino imnida. Aku ingin membuat pengakuan dan membeberkan fakta tentang CEO dari Yang Company, Yang Hyungsuk. Aku adalah anaknya, Song Mino. Aku mengganti nama depanku karena aku tak sudi nama pria brengsek­ –

"Stop!" seru Jinwoo. "Ini akan disiarkan. Jaga tata bahasamu dan sebisa mungkin tolong perlembut raut wajahmu, seperti orang tersakiti. Bagus lagi kalau kau menitikkan air mata untuk bumbu drama."

Alis Mino terangkat. Apakah pria di depannya ini bercanda? Menangisi itu pria sebrengsek ini? Tidak akan pernah! Mino tak sudi menangis untuk mengemis seperti itu. Dia bukan pria cengeng, dia tidak akan menangisi hal seperti ini. Dia hanya mau menyampaikan kejujuran, "Aku tidak akan menangis." Tegasnya membuat Jinwoo langsung tersenyum kikuk.

"Baiklah, tidak masalah. Asalkan jangan pakai kata umpatan."

Mino pun mengulang kembali rekamannya dari awal. Berat rasanya memanggil pria itu dengan sebutan ayah, dan hampa rasanya tak mengiringi nama itu dengan segala umpatan kasar.

"Song adalah nama ibuku. Song Eun Hye. Dia adalah ibuku. Dia sudah meninggal oleh tangan kotor tuan Yang." Mino memberi jeda sebentar dengan satu tarikan napas panjang, "Waktu itu aku masih kecil, dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa Tuan Yang menembak Ibuku berulang kali tanpa belas kasih. Dia hanya peduli dengan jabatan, tidak dengan keluarganya. Itulah alasan kenapa dia tidak pernah mempublikasikan tentang keluarganya."

Mino membuka map di atas pahanya. Map itu berisi berkas-berkas yang membuktikan kebejatan si tua bangka brengsek. Dia mengambil foto keluarganya yang sudah lusuh. "Ini adalah foto keluargaku."

Dia mengeluarkan bukti berkas lainnya. "Setelah dia membunuh ibuku, dia langsung membakar rumah dan ibuku. Ini adalah bukti keberadaan rumah itu yang telah lenyap sepenuhnya."

Mino mengatakan banyak sekali hal di sepanjang dua puluh menit rekaman itu dijalankan. Di depannya ada dua tipe orang berbeda yang menyaksikannya. Zico dengan pandangan iba, dan Kim Jinwoo yang tersenyum begitu lebar dan bertepuk tangan bahagia. Irinos memang kemalanganmu bisa membuat orang lain bahagia.

**

Lee Seunghoon memandang layar komputer di depannya dengan mata bengis. Layar itu menampilkan seorang anak durhaka yang membeberkan aib ayahnya sendiri. Benar-benar manusia tak tahu diuntung. Bagaimana dia berbuat seperti kepada ayahnya sendiri?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Is A LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang