Hal yang sangat wajar jika banyak yang berpikir bahwa Irene telah kehilangan kewarasannya. Bagaimana tidak, Irene pasrah dibawa seorang penculik! Alasan Irene tidak berteriak atau tidak meminta bantuan di situasi ini layaknya orang normal lainnya karena Irene menimatinya. Dia penasaran bagaimana kehidupannya saat diculik nanti. Ya, Irene sadar… dia sudah benar-benar gila.
Lebih tepatnya, kehidupannya yang membuat cara berpikir Irene agak melenceng. Orang luar selalu menganggap Irene sempurna, baik dalam tampilan fisik, kehidupan keluarga, pekerjaan, bahkan asmara. Nyatanya empat hal itu adalah alasan Irene membenci dirinya sendiri. Ia benci semua hal yang terjadi di dalam kehidupannya. Ia lelah pada hidupnya yang sangat monoton… dia butuh hiburan.
Irene menganggap penculikan ini sebagai liburan untuk otaknya. Sekali lagi, Irene akui… dia memang gila.
Lagipula, Irene yakin, dia tidak akan disakiti oleh sang penculik. Lihat saja kejadian yang baru saja terjadi padanya, Irene bahkan diselamatkan oleh penculiknya dari serangan pria brengsek. Satu hal lagi, penculiknya menarik tangannya sangat lembut, bahkan sikapnya pun lembut. Penculiknya meminta maaf karena lancang menarik tangan Irene. What a gentlemen.
Satu hal lagi yang membuat Irene yakin, pria ini adalah pria baik-baik, yaitu firasatnya mengatakan hal itu. Irene percaya pada insting hatinya. Dia begitu yakin penculik ini adalah pria yang baik… jauh lebih baik dari mantan tunangan brengseknya itu.
“Siapa namamu?” Irene membuka suara. Ia ingin perjalanan menuju tempat penyekapannya tidak membosankan.
“Kau tidak perlu tahu.”
“Tapi aku ingin tahu.”
Pria itu menghela napas Panjang, “Song Mino.”
“Nama yang bagus.”
“Terima kasih.”
“Apa rumahmu masih jauh?”
“Sepuluh menit lagi sampai.”
Irene mengangguk, “Sudah berapa lama kau menjadi penculik?”
Song Mino menoleh padanya dengan tatapan tidak suka, “Tidak bisakah kau diam?”
Irene menggeleng, “Tidak.”
Song Mino tidak mengatakan apapun lagi, bahkan saat Irene bertanya hal lain, hanya kesunyian yang menjadi jawaban. Irene yang tidak ingin kebosanan pun memilih untuk meenyetel musik di mobil itu. Sayangnya Mino langsung mematikan musik yang tengah menyala, “Berisik.”
Irene memajukan bibirnya. Dia bosan, dan satu-satunya hal yang bisa membuat kejenuhan Irene hilang saat ini hanyalah terlelap. Ia pun menyandarkan kepalanya ke samping untuk mencari posisi yang nyaman, lalu memejamkan matanya.
“Aku baru kali ini ditugaskan menjadi penculik.”
Sontak saja, Irene membuka matanya bersemangat. Tidak dia sangka akhirnya Mino kembali membuka suara.“Lalu—”
“Sebelumnya aku adalah pembunuh.”
Bibir Irene langsung terkatup. Jujur sekarang Irene merasa takut, ditambah lagi nada suara Mino saat mengatakan kalimat yang tadi sungguh dingin. Aura di sekitar Irene berubah menjadi kelabu. Apa mungkin dia telah salah menilai orang? Apa nyawa dia sedang dalam ancaman?
Seolah bisa menebak jalan pikiran Irene, Mino berkata, “Tak perlu takut, aku hanya ditugaskan untuk menculikmu,” dia mengambil jeda sedikit, “Tapi kalau kau sekali lagi mengangguku, aku tak segan untuk membunuhmu.”
Irene sebenarnya sedang ketakutan tapi dia tidak mau terlihat lemah, jadi Irene pun memilih untuk bersikap santai. “Kalau kau membunuhku, aku pun bersumpah akan bergentayangan dalam hidupmu, tapi tenang, aku tidak akan menakutimu. Aku justru akan membuatmu jatuh cinta padaku, hingga kau pun gila karena mencintai hantu lalu kau pun bunuh diri juga untuk menyusulku. Pada akhirnya kau juga mati. Impas.”
![](https://img.wattpad.com/cover/146074770-288-k435102.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is A Lie
RomanceMINRENE Song Mino diberi tugas oleh bosnya untuk menculik Bae Irene untuk memberi pelajaran pada jaksa yang sudah membuat atasan mereka masuk penjara. Ada banyak hal yang terjadi selama Mino menculik Irene yang membuat Mino gusar dan takut pada pera...