Cira berlari dari kamarnya menuju luar rumah. Ia berlari tanpa alas kaki dan hanya menggunakan celana pendek selutut serta kaos berlengan pendek berwarna kuning. Saat itu yang ada di pikirannya hanya bulannya. Bulannya yang akan pergi jauh darinya. Bulannya yang akan meninggalkannya. Bulannya yang tidak akan ada di dekatnya lagi. Lalu Cira berdiri di tengah jalan melihat taksi yang menjauhinya.
Awan di hari itu tidak mampu membendung air matanya. Akhirnya air mata itu jatuh membasahi tanah yang sudah mulai kehausan. Tapi tidak hanya awan saja yang menangis, mata Cira juga menurunkan hujannya. Hanya awan di hari itu yang tau bahwa Cira ikut menemaninya menangis.
Cira sudah tidak peduli lagi dengan air hujan yang sudah membasahinya, tidak peduli dengan dingin yang menusuk kulit. Bahkan ia lupa bahwa hujan adalah hal yang sangat ditakutinya.
Cira sangat takut oleh hujan, karena semua kejadian yang membuat hujan turun dari matanya selalu terjadi tepat pada saat awan menurunkan tangisannya. Sekarang Cira semakin membenci air mata yang diturunkan oleh langit itu. Karena sudah membawa pergi bulannya.
Ia tidak melepaskan pandangan dari taksi yang membawa bulannya pergi. Hingga taksi itu menghilang di ujung jalan, Cira masih mengharapkan taksi itu akan kembali. Ia berharap bahwa ini hanya mimpi.
Bi Wati melihat hal yang dilakukan Cira. Ia sangat khawatir dengan apa yang dilakukan Cira. Lalu Bi Wati keluar untuk membujuk Cira masuk ke dalam rumah sembari memayunginya.
"Non Cira. Masuk yuk, kan taksinya udah pergi"
"Nggak Bi. Pasti taksinya balik. Pasti Iyo cuman bercanda buat tinggalin aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
SUN AND MOON
Romance[PENDING] Matahari dan Bulan memang benda langit yang tidak akan pernah bisa bersatu. Lalu jika Matahari dan Bulan saling jatuh cinta, apakah semesta akan berkorban untuk mempersatukan mereka? Atau Bulan dapat tergantikan dengan benda langit yang la...