Bab 7

74 9 0
                                    

Satu kata yang menggambarkan wendy saat ini, bingung. Ada hal yang harus dia lakukan saat ini, pergi. Tapi, seakan langit tak mendukung sehingga tidak ada hujan dan tidak ada cuaca panas untuk alasan pergi kali ini.

Sambil menyerahkan kunci mobil, dia bilang, " lagi mau pulang ya? Kenapa buru-buru?"

"Iya. Gak papa." Kata wendy. Yaa dia kan gak perlu basi-basi emang niat nya langsung pulang.

"Kamu masih marah sama aku?" Kata dia.

"Maaf ya suho, gue mau pulang." Ucap wendy. Yap, yg bertabrakan dengan wendy adalah suho. Maklum lah kalau dia gak perlu untuk basi-basi. Sudah mulai tutup pintu mobil masih saja dihalang lagi.

"Tunggu dulu. Aku perlu ngomong."

"Ck lo budeg apa dongo sih, gue mau pulang." Sarkas wendy. Suho belum menyerah buat ngomong sama wendy.

"Iya aku tau. Tapi beri aku waktu sedikit buat njelasin ke kamu. Aku sama irene udah putus, jadi gak usah khawatirin lagi. Sergah suho.

"Ahahaha lo sehat? Gue aja gak peduli kehidupan lo, ngapain buang waktu lo cuma buat omong kosong kayak gini."

"Please wen, aku ngerti aku salah dengan kelakuan aku yang dulu tapi kasih aku waktu buat njelasin semua."

"Udah deh lo gak usah capek-capek kayak gini. Gue juga males dengerin omongan lo yang gak ada benernya. Untuk yang dulu, gak usah diungkit lagi. Gue juga nyesel gue dulu bodoh banget buat percaya sama lo. Gue juga nyesel apapun kelakuan lo gue slalu maafin. Makanya sekarang, gue udah capek urusan dengan lo mending lo nyari yang lain aja deh. Mungkin si sirine-sirine itu bisa lo ajak balik lagi. Gue yakin. Oke, gue cabut. BYE! Ucap terakhir wendy setelah itu wendy pergi dari parkiran kampus menuju rumah.

****

Sesampainya dia langsung ke kamar. Entah karena apa, hari ini dia kelihatan capek banget. Yang dia lakukan pertama kali mandi trus tidur. Setelah 20 menit bersih-bersih, dia jadi laper. Untuk itu, dia turun kebawah buat makan. Yakali laper pergi ke empang.

"Bi, laper. Bibi masak apa?" Sudah seperti ibu asuh nya, jadi lebih akrab dari yang dibayangkan majikan dan pembantu.

"Ini non, bibi udah siapin cumi crispy sama cumi saus mentega kesukaan non. Bibi mah tau kalau non kelaparan jam segini mah." Ucap bi inah.

"Wahh terbaik udah bibi mah, sayang dehh." Dengan wajah berbinar-binar wendy melihat makanan tersaji di depan mata.

"Nih non, nasi putih nya. Kalau mau nambah bilang bibi."

"Siap bi. Eh bi, kalau bibi mau pulang kampung bilang ke wendy yaa. Gak usah malu sama wendy."

"Aduh non, bukan nya malu bibi mah ngerasa kalau pulang kampung itu, mikirnya non makan apa nanti? Trus dirumah siapa yg jagain kalau non sibuk diluar. Bibi mah mikirnya gitu."

Ada semilir perasaan yang beda setelah denger pengakuan dari seorang pembantu ke majikan, lain dari yang lain sikap pembantu memikirkan majikannya. Itu yang dirasakan wendy.

"Bibi kenapa mikirin wendy, kan disana masih ada keluarga nya bi inah. Keluarga bibi pasti kangen sama bibi soal nya kan udh agak lama belum pulang."

"Keluarga udah tau ko keadaan non gimana, jadi gak usah mikirin itu. Bibi sering ko ngabarin keadaan bibi kesana. Kan bibi di kasih henpon canggih sama non." Ucap bi inah dengan senyum teduh nya yang selalu menenangkan setiap melihatnya.

"Bibiiii." Udh gak kuat lagi nahan air matanya, langsung saja nenghambur di pelukan bi inah. Gak kebayang dia kalau bi inah berhenti kerja.

"Eh non kenapa nangis atuh, bi inah mah gak papa kalau disini mah. Yang penting non sehat udah lega bibi."

"Hiks tapi bibi kalau ada hiks sesuatu yang mendadak di sana hiks bilang langsung sama wendy yaa hiks." Sambil tersedu-sedu wendy menjawab.

Bi inah malah tergelak, "non kalau nangis ngga cocok, cocok nya tuh jadi orang galak aja kaya ngomong ke temen-temen non itu.

"Ih bibi mah kan itu beda bi. Yaudah yuk kita habisin bareng-bareng. Trus bibi istirahat di kamar. Aku yang cuci piring."

"Gak bo.."

"Sst udah, sekali-kali wendy megang sabun cuci piring. Dah ayok makan."

"Eh non, kayak bibi bosen deh."

"Kenapa bi? Bosen di rumah? Mau jalan-jalan sama wendy yuk besok, gimana?"

"Bukan gitu non, bibi tuh bosen liat non itu sendirii mulu. Ke mall gitu sama temen-temen non mah keseringan. Cari pacar gih non." Celetuk bi inah.

"Uhuk uhuk uhuk, bentar bi." Wendy lagi makan langsung disodori omongan nya bi inah. Lah nyari pacar kaya nyari cabe aja gampang banget."

"Bibi ngomong apaan sih, lagi males aja bi. Kayak gak ada semangat nya gitu deh bi."

"Eh gak baik ngomong gitu non, nnt ujung-ujung nya non kena sendiri loh kayak waktu itu."

"Udah engga bi. Capek disakitin terus, mending aku serius kuliah aja biar cepet lulus trus balik ke korea lagi."

"Yaa juga ya non, bibi juga pernah liat waktu non pulang ke rumah nangis-nangis gitu."

"Udah lah itu dulu bi, sekarang bibi langsung istirahat. Ini biar wendy yang cuci."

"Makasi ya non, selamat malam non hehe."

"Idih bi inah gaya bener."

Terasa waktu tidak terhitung lagi jika wendy berbaur dengan pembantu nya kali ini. Karna orangtua wendy sibuk sendiri di negaranya, dan jarang sekali jika mampir ke indo untuk bertemu dengan anaknya. Sekali itupun hanya berlibur saja, sekalian bertemu dengan anaknya. Itupun bisa dihitung jari. Jadi, wendy sudah terbiasa jika tinggal dengan pembantu nya.

****

Wendy menghela nafas berat. Jika dirasakan lagi, dirinya lelah jika begini terus. Tinggal di negara orang lain tanpa orangtua itu gak enak emang. Apalagi selama dua tahun lebih tanpa suasana kekeluargaan, seperti rumah ini hampa. Wendy ingin seperti teman-teman nya, pindah kuliah ke negara orang diikut sertakan dengan orang tuanya. Berbeda dengan wendy, dia pindah sendirian hanya fasilitas di sini sudah tersedia tanpa kekurangan suatu apapun. Percayalah wendy rindu orang tua nya, ingin memeluk mama dan papa nya disana. Tak terasa bulir air mata menetes di sekitar pipinya.

Wendy bukan orang yang diliat dari luar seperti orang sombong, seperti orang yang tidak pernah merasakan sakit ini. Tidak. Dilain sisi wendy terlihat rapuh jika sudah sendirian. Seperti halnya tak ada semangat sama sekali. Jika bukan karna teman-temannya yang bisa dia buat tertawa maka wendy tidak akan pernah merasakan perasaan tanpa beban. Sudahlah wendy tidak ingin berlarut  dalam kesedihan. Ia ingin tampil bahagia.

****





Kuingin buat mellow aja, karna belum ada yang tau kenapa wendy sendirian terus dan tidak ada orang tua nya. Jawaban nya sudah ada.

Maaf terlambat ngucapin, selamat hari natal bagi yang menjalankan teman 😊 dan HAPPY NEW YEAR gaes 🎉🎉🎆🎊 selamat berlibur panjang. (Cuma gue yang liburnya sedikit dan tahun baru dirumah 😅)

Jangan lupa vote dan komen. Kalau ada kritik dan saran boleh dong kasih ke aku, makasi 🙏

Different - WenNyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang