Seberkas cahaya langit sore berwarna jingga memancarkan keindahannya, senja datang dan jinggapun tiba begitulah kiranya. Dua orang berbeda gender itu tanpa segan menikmati betapa indahnya karya Tuhan, kesana kemari tanpa tujuan yang pasti. Cewek dengan rambut panjangnya kini memeluk seseorang yang tengah mengendarai motor maticnya, menikmati setiap detik yang ia tahu akan berubah esok harinya.
"Senja," panggil cowok itu.
"Iya?"
"Istirahat kamu berapa jam lagi?"
Cewek itu melirik arloji yang setia melingkar indah pada pergelangan tangannya. "Satu jam lagi," jawabnya lesu.
"Kita muter-muter lagi, ya?" pinta cowok itu.
Senja mengangguk, menuruti saja keinginan cowok itu. Entah, rasanya ia ingin selalu berada dalam dekapan cowok itu. Jika perlu, ia ingin menghentikan waktu agar ia tetap bersama dengan cowok itu setiap waktu.
Nyaman, itulah yang ia rasakan.
"Senja," panggil cowok itu sambil mengusap lembut punggung tangan Senja.
"Iya, Jingga."
"Kalau aku pergi, kamu bakal nyusul nggak?"
"Pasti."
"Masa?"
"Iya, sayang."
"Yang bener?"
"Iya, Jingga!"
"Bohong, ah," godanya.
"Ih, Jingga. Ngeselin deh!" protes cewek itu sambil mencubit perut Jingga hingga membuat cowok itu tertawa.
Itulah hobby baru Jingga, membuat gadisnya kesal setengah mati seperti sekarang ini.
"Apa, sayang?" tanyanya dengan nada jahil.
"Love you." Senja mengeratkan pelukannya.
"Love you too, baby," balasnya sambil mencium punggung tangan Senja.
"Jingga?"
"Iya, sayangnya Jingga. Kenapa? Laper, haus, pengen buang air kecil? Senja pengen apa, sini ngomong sama aku?"
"Pengen kamu tetap tinggal."
Jingga menghembuskan napasnya berat.
Pilihan yang sulit, pikirnya.
"Aku harus balik, Senja. Kan aku udah mulai masuk kuliah, kalau nggak kuliah aku udah pasti di sini sama kamu." Jingga melirik kaca spionnya, terlihat mata gadisnya sudah berkaca-kaca. "Aku janji, aku bakal balik ke sini lagi buat temuin kamu," kata Jingga menenangkan.
Senja menyerah, memaksa Jingga pun tak ada gunanya karena ia akan tetap pergi meninggalkan, layaknya langit sore--pergi tanpa pamit yang akhirnya hanya menyisakan kerinduan.
"Sayang?" panggil Jingga lembut, namun Senja hanya bisa diam membisu.
Senja tidak ingin kehilangan Jingganya.
Cowok itu berhenti tepat di depan tempat ia sering bermain game. Kemudian Jingga meraih tangan Senja, menggenggamnya erat guna memenangkan gadisnya itu.
"Jangan gitu, ih!"
"Ya terus aku harus gimana?"
"Aku bakal balik lagi buat kamu, sayang. Aku janji, percaya sama aku." Jingga mengacak rambutnya frustasi. "Kalau aku boleh milih, aku juga pengen tetep di sini sama kamu ... ngehabisin waktu berdua sama kamu kaya gini tapi kamu tau sendiri 'kan alasan aku?"
Masih pada posisi yang sama, Senja tetap memeluk Jingga dari belakang.
Cewek itu masih terdiam, ia enggan untuk mengutarakan.
"Senja, kalau bisa aku juga pengen egois ... egois buat lanjutin kuliah di sini." Jingga mengusap wajahnya kasar. "Tapi, kamu tau 'kan ayah kaya gimana? Percaya sama aku, aku nggak bakal macam-macam di sana.. Aku bakal fokus kuliah buat bahagiain kamu."
"Iya, aku percaya," katanya parau.
Bukankah harusnya seperti itu, Senja percaya dengan setiap ucapan Jingganya? Walau tak sedikit ada keraguan dalam benaknya?
Senja takut, Jingganya akan mengingkarinya seperti waktu itu. Kejadian yang belum lama ini terjadi.
"Aku nggak bakal ninggalin kamu lagi, aku nggak bakal selingkuhin kamu lagi."
Jingga melirik Senja pada kaca spionnya
"Cukup, cukup waktu itu aja aku nyakitin kamu, cukup waktu itu aja aku buat kamu nangis ... percaya sama aku, hati ini cuma buat kamu. Liat kamu nangis kaya gitu buat aku sakit, jujur aku nggak bisa liat cewek nangis," lanjutnya.
Detik itu juga Senja merasakan sesak nyata kembali hadir dalam benaknya, kejadian itu berputar lagi dalam memori otaknya. Namun, dengan cepat ia segera menetralkan perasaannya.
Senja menghembuskan napasnya, mencoba menarik ke dua sudut bibirnya ke atas. "Aku pengen kamu buktiin ucapan kamu."
"Pasti." Jingga menengok ke belakang dan mencubit pipi gadisnya yang sudah memerah itu.
"Jingga, jangan mulai deh!" Bukan merasa bersalah tapi cowok itu malah tertawa puas.
"Habisnya kamu melow gini sih. Masa iya kita mau pisah malah termehek-mehek kaya gini, kan nggak banget," ledek cowok itu.
"Ya mau gimana lagi, aku nggak bisa jauh dari kamu." jujur Senja.
"Hmm ... yakin?"
"Iya."
"Ya udah, pulang yuk! Istirahat kamu udah habis, nanti malam aku jemput."
Ya Allah, kenapa waktu cepet banget kalau aku lagi sama Jingga?
Senja menggelengkan kepalanya. "Masih pengen sama kamu," rengeknya manja.
Jingga terkekeh, inilah yang ia suka dari gadisnya itu. "Nanti malam 'kan ketemu lagi, sayang," ucap Jingga menenangkan.
"Hmm ... Iya," ucap Senja menyerah.
Pasrah, itulah yang mampu Senja lakukan.
Dengan berat hati Jingga menyalakan lagi motornya. Jujur, Jingga juga tidak ingin jauh dari Senja karena gadis itu sudah mampu merebut hatinya seutuhnya. Gadis yang belum lama ia kenal namun sudah mampu membuatnya nyaman.
.
.
.
.
.Holla, I'm come back! Gimana prolognya? Ngga banget ya😂
Wkwk, maafkan aku yang ngga bisa buat kata-kata romansa yang romantis bikin baper abis😂
Btw, ini Account baru aku karena yang dulu ngga bisa ke buka. Dan, Senja Untuk Elang bakal lahir kembali di Wattpad baru ini. So, sabar aja dulu ya yang kangen Elang😂Next? Comming soon, baby!
Salam sayang dari aku😝❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Jingga✔
RomanceKita adalah kesalah pahaman yang sulit untuk diluruskan. Kita adalah dua orang yang saling menyayangi namun memilih untuk seolah tak peduli. Kita adalah dua orang yang saling mencintai namun memilih untuk saling bungkam tak memberi tau. Dan, pada ak...